Bangsa Hydrangea

1099 Kata
“Semua masalah ini berkaitan dengan hydrangea, musuh terbesar dan terberat kita! Apa kau ingin menunggu permasalahan ini membesar hingga esok pagi?!” Adhair berbisik dengan penuh penekanan dalam ucapannya itu, bisikan yang tentu saja dapat di dengar oleh mereka semua karena Adhair sengaja tidak terlalu memelankan suaranya. Permasalahan yang saat ini terjadi adalah hal yang sangat fatal jika mereka biarkan begitu saja dan mereka pun tidak bisa bila harus menunggu hari esok. Bahkan situasi akan menjadi sangat berbahaya jika hal ini tidak mereka bicarakan pada Szabolcs secepat mungkin, Yasika terluka karena hal ini dan bisa saja beberapa orang lainnya juga ikut terluka. Adhair kemudian melepaskan, atau lebih tepatnya mendorong kerah yang ia remas tadi hingga penjaga itu sedikit mundur, terdorong ke belakang. Setelah mendengar penjelasan dari Adhair tersebut penjaga itu tidak memiliki waktu untuk memperdebatkan sikap Adhair padanya, ia pun mengizinkan mereka untuk masuk ke dalam ruang Szabolcs. Namun, ia mengatakan bahwa mereka harus menunggu beberapa saat, hingga Szabolcs datang menemui mereka. Maka disinilah mereka berada, di dalam ruangan besar Szabolcs. Tak ada percakapan diantara mereka, karena Maddalene lebih memilih untuk diam sedari tadi. Sementara Adhair dan Gaelan memilih berdiri memperhatikan sebuah ruangan yang secara tiba-tiba bercahaya. Cahaya senja yang menyala itu berada di balik kelambu yang menutupi ruangan itu. “Ada apa kalian semua datang mengunjungiku di malam hari seperti ini? Apa yang ingin kalian bicarakan denganku?” Sebuah pertannyaan yang menggema pun terdengar di telinga mereka, dan mereka semua mengetahui jika itu adalah suara dari pemimpin mereka, yakni Szabolcs. Meskipun suara itu terdengar menggema, namun suara itu tidak seperti saat murkanya. Kini, suaranya terdengar lebih lembut dan pelan, juga terdengar lebih sabar. Liam yang sebelumnya duduk disamping Yasika pun segera bangkit dan berjalan, berdiri di samping Gaelan. Ketiganya secara bersama-sama menghadap kearah ruang terang berkelambu tersebut, mereka tahu jika cahaya itu bersinar ketika Szabolcs datang. Berbeda dengan ketiga lelaki itu, Maddalene yang berdiri tak jauh dari ketiganya hanya menundukan kepala, ia tidak mampu untuk sekedar berdiri dan menghadap Szabolcs karena dia terlalu kalut dan gelisah dengan apa yang baru saja ia alami saat melakukan Flashback Vision tadi. Adhair mengambil napasnya panjang, bersiap untuk menjawab pertanyaan dari Szabolcs. “Bangsa Hydrangea, salah satu dari mereka mendatangi Maddalene dan melukai Yasika.” Ucap Adhair menjelaskan dengan sangat singkat apa yang sebenarnya terjadi tadi pada Szabolcs. Bukan tanpa alasan dirinya menjelaskan semua itu dengan sangat singkat, karena sebenarnya ia ingin melihat terlebih dahulu bagaimana reaksi dari Szabolcs mendengar informasi tersebut, sehingga ia tidak menjelaskan semua kejadian itu secara menyeluruh. Sedangkan Gaelan dan Liam yang berdiri di samping Adhair yang tidak terbiasa berbicara pada Szabolcs pun lebih memilih untuk diam dan mengikuti alur pembicaraan yang dibuat oleh Adhair. Selain itu tentu saja mereka juga penasaran dengan apa yang sebenarnya di rencanakan Adhair, dan juga apa yang sedang terjadi saat ini. Tetapi mereka tidak berani untuk bertingkah lancang seperti Adhair dan berucap langsung pada Szabolcs. “…” Dan tidak adanya jawaban dari Szabolcs, membuat Gaelan juga Liam secara bersamaan melirik pada Adhair yang juga terdiam menunggu reaksi dari pemimpin mereka. Lelaki berwajah tegas itu perlahan menyipitkan matanya dengan sangat curiga, kemudian ia melangkah kearah ruangan tersebut tanpa bersuara, berniat untuk menemui Szabolcs dan meminta penjelasannya secara langsung. Meskipun hal tersebut merupakan tindakan yang sangat terlarang. Maddalene yang melihat Adhair akan melakukan sebuah tindakan pelanggaran tingkat tinggi pun berdiri dari tempatnya, ia ingin menghentikan lelaki tersebut jika saja pendaran hitam milik Adhair tidak mengikat kedua kakinya seperti sekarang ini. Yang menyebabkan dirinya tidak bisa melangkah sejengkal pun dari tempatnya. Tangan Adhair sudah memegang kain kelambu tersebut, matanya terbelalak ketika seseorang keluar dari dalam ruangan dan memperlihatkan dirinya didepan mereka semua sambil menatap pada Adhair. Mereka semua terkejut saat melihat seorang lelaki tua yang masih gagah dengan kulit sedikit gelap, tidak! Lebih tepatnya merah dengan rambut yang berwarna putih itu keluar dari tempat di mana Szabolcs berada sebelumnya. Pria itu tingginya tidak melebihi tinggi dari Adhair namun tidak juga terlalu pendek darinya, ia menatap pada Adhair dengan mata hitam pekat miliknya. “Ingin memasuki ruanganku, Adhair?” Tanyanya dengan sebuah senyuman yang ada di wajah itu. Mungkin pria itu menganggapnya sebagai sebuah candaan, namun tidak bagi Adhair yang menggelengkan kepalanya, dan segera melenggang mundur ketempat asalnya berdiri seraya menunduk. Malu karena tingkahnya dan ketahuan basah oleh sang pemimpin desa. Saat mereka mengetahui bahwa yang sedang mereka lihat, yang sedang berdiri di hadapan mereka saat ini adalah Szabolcs. Liam, Gaelan dan Maddalene pun seketika menundukan kepala mereka dengan hormat. “Ayo kita bicarakan hal ini dengan serius!” Ajaknya dengan ramah pada mereka, dan menatap Maddalene yang saat ini kakinya telah di kelilingi oleh pendaran hitam milik Adhair. Szabolcs pun mengayunkan tangannya, mengendalikan pendaran berwarna senja yang berhasil menghancurkan pendaran hitam yang kuat milik Adhair. Mereka semua terdiam takjub, ketika mengetahui inilah sosok Szabolcs, pemimpin mereka. Apakah benar orang ini adalah Szabolcs? Tanya mereka dalam hati dengan perasaan percaya dan tidak percaya. Karena Szabolcs yang mereka bayangkan, sangat berbeda dengan pria sederhana yang kini ada di hadapan mereka semua. Meski begitu, kekuatan yang baru saja ia perlihatkan memperkuat kenyataan jika pria tersebut adalah sang pemimpin.   Saat ini, mereka sedang duduk saling berhadapan dengan pemimpin mereka, yaitu Szabolcs. Yasika yang telah sadar berkat penyembuhan dari Gaelan itu kini hanya bisa duduk bersandar dengan lemahnya di bahu lelaki berambut silver tersebut. Ia terdiam seraya mendengarkan seluruh percakapan yang sedang mereka lakukan bersama dengan sang pemimpin.  “Baiklah, sebaiknya aku menjelaskan hal ini pada kalian semua. Tetapi kumohon agar rahasia ini tidak diketahui oleh siapapun! Karena hal yang ingin ku sampaikan ini bisa menjadi hal yang amat sangat membahayakan bagi mereka.” Pinta Szabolcs yang mengucapkan sebuah syarat pada mereka, yang tentu saja mengangguk menyanggupi permintaan tersebut. Saat itu, Maddalene menatap pada Szabolcs dengan gelisah karena ia takut jika hal ini ada sangkut pautnya dengan dirinya yang sangat berbeda dari para penduduk di desa itu. Sang pemimpin yang ternyata sudah tua itu pun berdiri dari tempatnya dan menghampiri Maddalene, kemudian ia mengulurkan tangannya untuk menggenggam kalung yang bertengger dileher Maddalene. Membuat keempat orang lainnya menatap pada wanita itu. “Seperti yang kau ketahui Maddalene, kau bukanlah bagian dari kami.” Ketiga lelaki yang ada di sana yang baru pertama kali mendengar hal itu pun merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja Szabolcs katakan. Sedangkan Yasika hanya diam menatapi mereka dengan lemah dan tidak begitu mengerti apa maksud dari ucapan sang pemimpin. “Dan kau selalu bertanya padaku mengenai siapa dirimu. Maka sekarang adalah waktu yang tepat untuk kau mengetahui bahwa kau bukanlah bagian dari kami, kau adalah bagian dari Hydrangea.”  To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN