3. Take A Walk

1537 Kata
"Selamat pagi Sayang." "...... Pagi....." Esok harinya, Alexa disambut oleh suara sibuk di dapur dengan Dominic yang tengah duduk di ruang makan dengan secangkir kopi dan koran bersamanya. Lelaki itu tersenyum saat melihat Alexa telah bangun. Dia membantu Alexa duduk disebelahnya, seakan Alexa adalah pasien sakit kritis yang bahkan tidak bisa duduk dengaan usahanya sendiri. Suara sibuk berasal dari dapur di belakang mereka. Rika tengah memasak di dapur, pikirannya begitu fokus sampai dia bahkan tidak sadar seseorang baru saja bergabung dengan mereka. "Dom, mengapa kau hanya memperkerjakan Rika di tempat sebesar ini? Kau tahu, dengan aku yang kini baik-baik saja, kupikir memperkerjakan beberapa orang lagi bukan masalah. Melakukan semua pekerjaan rumah sendiri di tempat ini sepertinya terlalu berat untuk gadis sepertinya," ujar Alexa memberi saran. Dahinya berkerut saat Dominic malah menatapnya dengan tatapan yang cerah. Tatapan ini bahkan jauh lebih cerah dari tatapan bahagianya tadi malam. Dan sebenarnya, itu cukup aneh bagi Alexa. "Um..... Kau keberatan aku memanggilmu Dom?" tanya Alexa ragu. Menyadari kesalahannya, Dominic segera menggeleng. Dia tersenyum sambil menatap Alexa dengan senang. "Tidak, tentu saja tidak Lexa. Hanya saja..... Rasanya sudah lama sekali sejak kau memanggilku begitu. Aku hanya terlalu senang mendengarmu memanggilku dengan panggilan itu," ujar Dominic menjelaskan. Alexa akhirnya mengangguk mengerti, sebelum menoleh pada Rika yang terlihat sedikit kesulitan di dapur sana. "Dom....." "Hm?" "Rika bukan seorang pelayan asli kan? Pekerjaannya terlihat terlalu kaku untuk menjadi pelayan seseorang seperti dirimu. Dan lagi, otot di tubuhnya itu bukan jenis otot yang terbentuk akibat tugas rumah biasa." Jari-jari yang sebelumnya membalik koran kini berhenti. Dominic tersenyum, menengakan tubuhnya untuk menatap Alexa bangga, entah karena apa. "Ya, dia sebenarnya pengawal yang bertugas menjagamu. Seperti yang kemarin aku katakan, kau tidak terlalu suka memiliki banyak orang disampingmu sebelumnya. Hanya dia lah yang bisa menjagamu selama waktu itu, kau telah mengenalnya sejak lama Sayang," jawab Dominic. Alexa nampak berpikir sebelum mengangguk pelan, dia tidak berpikir Dominic berbohong tentang apapun padanya sampai saat ini. Pembicaraan mereka terputus saat suara berisik di dapur sudah tidak terdengar lagi. Tidak lama kemudian, Rika keluar dari dapur dengan membawa sebuah nampan makanan di tangannya. Melihat bahwa Alexa telah bangun dengan sendirinya, Rika sedikit terkejut. Dia berbelok untuk menyimpan s**u dan sandwich yang dibawanya ke meja didepan Alexa. "Maaf Saya sebelumnya tidak menyadari bahwa Nona telah bangun. Semoga Nona tidak keberatan makan sandwich lagi untuk sarapan kali ini," ujar Rika menyesal. Alexa hanya mengangguk. "Tidak apa-apa, dan juga terimakasih," balasnya sambil mulai mengulurkan tangan untuk mengambil segelas s**u hangat yang baru saja dibawa Rika. Sambil menyesap minumannya, Alexa melirik Dominic yang kini melihat ponselnya dengan serius. Kening lelaki tampan itu berkerut jelas, wajah lembut dan penyayangnya hilang begitu saja saat dia tengah terganggu. "Jasper, siapkan mobil dan jemput aku di rumah saat ini juga." Setelah menempelkan ponselnya ke kuping, Dominic langsung memberi perintah dengan tegas. Pria itu sengaja menjauh dari Alexa untuk bicara lebih lama lagi. Alexa hanya memerhatikan pria itu dalam diam, sesekali melihat lelaki itu menurunkan ponselnya hanya untuk membuat panggilan lain. Hanya setelah beberapa panggilan lah Dominic akhirnya kembali menghampiri Alexa. Wajahnya terlihat kesal, namun segera melembut saat dia tahu Alexa masih saja memerhatikannya. "Ada masalah dengan pekerjaanmu?" tebak Alexa. Dominic dengan enggan mengangguk. "Bawa tas dan mantelku Rika" titahnya yang langsung dituruti oleh gadis muda itu. Setelahnya barulah Dominic menatap Alexa, menyentuh pipinya sebentar sebelum menarik tangannya kembali. "Ya. Akhir-akhir ini perusahaanku selalu saja diganggu tikus Sayang. Mereka bersembunyi di tempat menyebalkan saat aku mencarinya. Aku mungkin harus memanggil ahli pembasmi tikus untuk mengusir mereka" ujar Dominic menjelaskan. Mendengarnya, Alexa mengangkat alis karena bingung. Suaminya jelas seorang maniak kerapihan dan kebersihan. Bagaimana bisa kantor tempat dia bekerja dipenuhi oleh tikus? Melihat wajah serius Alexa, diam-diam Dominic ingin tertawa. Mengapa istrinya ini sangat menarik sih saat tengah serius? Yah, walaupun kadang keseriusannya itu membawa masalah untuknya. "Tuan." Perhatian Dominic teralih saat Rika kembali dengan tas kerjanya dan mantel yang sebelumnya dia minta. Dominic berdiri untuk membiarkan Rika membantunya memakai mantel, sebelum tangannya mengusap rambut Alexa pelan. "Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Sampai bertemu nanti malam Lexa." "Tunggu!" Melihat pria itu akan segera pergi, Alexa menahan tangan Dominic dengan cepat. Dia menatap pria itu lama, sebelum melepas tangan Dominic yang dia pegang dengan canggung. Sadar bahwa Alexa ingin bicara dengannya, Dominic berbalik dan menatapnya dengan hangat. Tidak ada sedikitpun jejak ketidak sabaran di wajahnya, sekalipun Alexa tahu lelaki itu tengah dikejar waktu kini. "Itu....... Bolehkah aku ikut denganmu hari ini? Um.... Kau bisa menurunkanku di kota terdekat saja jika aku menganggumu. Aku ingin berjalan-jalan mencari udara segar, aku sudah baik-baik saja sekarang," pinta Alexa malu-malu. Wanita itu menatap Dominic yang sempat terdiam sebelum akhirnya tersenyum kecil. "Tentu saja bisa Alexa. Bagaimana jika kau ikut aku ke kota? Kau bisa mampir ke kantorku juga dengan begitu. Kau pasti penasaran bukan, dengan pekerjaaanku?" tanya Dominic. Lelaki itu tersenyum di permukaan, walaupun matanya menatap dalam Rika yang terlihat mengerutkan kening di belakang Alexa. Mendengar tawaran itu, Alexa mengangguk setuju. Seperti yang dia harapkan, suaminya ini memang tajam dalam menilai situasi. Dia tahu Alexa belum sepenuhnya mempercayainya, hingga membuktikan segala ucapannya benar adalah satu-satunya jalan kini. "Kalau begitu, habiskanlah sarapanmu terlebih dahulu. Baru setelahnya, kita akan berangkat," ujar Dominic sambil tersenyum kecil. Alexa segera memakan sandwich miliknya dalam gigitan besar, sebelum mengangguk kecil pada Dominic. "Selesai. Kau tengah terburu-buru bukan? Sebaiknya kita segera berangkat sekarang," ujarnya sambil bangkit dari duduknya. ***** "Ingat untuk datang ke kantorku saat kau sudah selesai berjalan-jalan nanti. Jangan berdiri terlalu lama, dan jangan sampai terpisah dengan Rika, Sayang," ujar Dominic mengingatkan untuk yang kesekian kalinya. Wajahnya murni khawatir saat Alexa turun dari mobilnya. Dia menatap Rika, yang dibalas anggukan oleh gadis itu tanpa Dominic perlu mengatakan apapun. "Aku akan baik-baik saja. Sampai bertemu nanti Dom," ujar Alexa. Melihat bahwa dia diusir halus oleh Alexa, Dominic merengut kecil. Dia dengan tidak rela mengangguk, sebelum menaikan kembali kaca jendela mobilnya perlahan-lahan. "Kau begitu aku pergi," ujarnya pelan sebelum kaca jendela tertutup sepenuhnya. Alexa memerhatikan mobil itu benar-benar hilang dari pandangannya, sebelum menghembuskan nafas panjang dan berbalik untuk menatap Rika yang berdiri dengan tenang di belakangnya. "Apakah kau tahu cafe yang letaknya dekat dari tempat ini? Aku ingin bersantai dulu sebelum berkeliling," ujarnya bertanya. Rika mengangguk, sebelum menunjuk perempatan jalan yang terletaak tidak jauh di depan mereka. "Jika Saya tidak salah ingat, ada sebuah cafe tidak jauh dari belokan ke kiri. Saya akan membawa Nona kesana," ujar Rika. Alexa mengangguk, dia hanya mengikuti dengan tenang saat Rika memimpin jalan di sebelahnya. Dahinya berkerut saat kakinya mulai sedikit nyeri. Dia tahu kakinya memang tidak kuat, namun Alexa tidak menyangka sudah separah ini ternyata. Untung saja perkiraan Rika tidak salah. Sebuah kafe sederhana yang nampak hangat terlihat saat mereka berbelok ke kiri. Alexa mencoba menahan sakitnya dan mempertahankan wajah tenangnya, masuk ke cafe saat Rika segera memintanya untuk duduk sementara dia sendiri memesan minuman untuk Alexa. Setelah kakinya akhirnya bisa beristirahat, Alexa menghela nafas lega. Dia mencoba memijat kakinya perlahan, mendongkak saat Rika tidak lama kemudian sudah kembali untuk duduk di depannya. "Saya telah memesan minuman yang bisa diminum oleh Nona. Nona masih dalam tahap penyembuhan, dokter secara khusus berpesan pada Saya bahwa ada beberapa makanan dan minuman yang belum bisa Nona konsumsi," ujar Rika menjelaskan. Alexa menghela nafas. "Benar, aku masih sakit bukan?" ujarnya pasrah sambil menatap jalanan kota yang padat diluar jendela kafe. "Nona pasti akan sembuh nanti. Jangan sedih, Saya yakin........ Ingatan Nona juga akan kembali cepat atau lambat." Walaupun sempat tersendat di tengah kalimat, Rika akhirnya berhasil melontarkan kalimat penghibur untuk Alexa. Mengetahui niat Rika, Alexa tersenyum kecil. Sekalipun dia tahu kemungkinan kakinya kembali normal itu hampir tidak mungkin. Luka di lututnya jelas bukan luka biasa. Dengan suami sekaya dan sebaik Dominic, Alexa yakin jika luka di lututnya sederhana kakinya pasti sudah membaik sejak dulu kala. "Baiklah. Terimakasih telah menghiburku Rika," ujar Alexa tulus. Rika terlihat senang mendapat ucapan terimakasih dari nonanya. Wajahnya cerah, saat dia balas tersenyum samar pada Alexa. "Ya Nona, sama-sama," ucap Rika membalas. Mereka menoleh saat pelayan datang membawakan pesanan mereka. Alexa menegakan tubuhnya, saat dia berterimakasih pelan pada pelayan itu. "Silahkan dinikmati nona-nona," ujar pelayan itu ramah sebelum pergi. Alexa menatap s**u didepannya lama, sebelum akhirnya mengeluarkan tawa kecil. "Kau tahu, entah kenapa situasi ini rasanya tidak asing bagiku. Suara berisik orang-orang, s**u di tanganku, dan beberapa obrolan ringan yang aku lakukan. Kau tahu Rika, untuk pertama kalinya akhirnya aku bisa merasakan perasaan yang akrab lagi," bisik Alexa kecil. Tangannya bergerak memainkan gelas di tangannya, sementara Rika yang semula duduk tenang mulai kaku di tempat duduknya. Apakah Alexa mulai mengenali lingkungannya? Apakah obat itu sudah tidak bekerja lagi? Apa Alexa hanya mempermainkan mereka selama ini? Semua pertanyaan itu mulai memenuhi kepala Rika. Dia tetap berusaha tenang di luar, walaupun hatinya mulai gelisah karena panik. Jelas setelah ini dia harus melapor pada Dominic, lelaki itu harus tahu penemuan sebesar ini secepatnya. "Rika?" Gadis itu tersadar saat Alexa memanggilnya kembali. Rika tersenyum, menatap Alexa dengan wajah tenang seperti biasanya. "Saya ikut senang untukmu Nona," balas Rika. Gadis itu hanya berharap Alexa tidak melihat perubahan sikapnya tadi. Dia terlalu ceroboh, Alexa tidak boleh mengetahui apa-apa untuk saat ini. Ini semua juga demi kebaikan Alexa. Setelah semuanya, Rika tidak mau lagi melihat adegan berdarah dengan matanya sendiri. To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN