tanpa alasan
"Yahhh... kasian kejebak friendzone, makanya kalau disuruh nonten Frozen tolak biar gak prendzone."
"Temenan kok sampai suka, memang gak ada cewek lain, Bro?"
"Itu murni atau rekayasa? Kok ada sukanya."
"DIEM!" Orang yang diejeknya pun tersulut emosi, siapa yang tidak emosi? Jika diledek ketika mood lagi buruk, orang yang dia suka ditembak orang lain, suka tapi berlindung dari kata sahabat. "Gue friendzone masih bisa bersatu, lah elu suka kok sama animasi, malu cuk udah dewasa sukanya yang gak nyata," sindir orang tersebut pada temanya yang suka nonton anime.
"Cewek banyak, tapi gue sukanya sama dia. Terus lo? Udah tau cewek banyak kenapa milih cewek yang beda agama?" sarkas orang tersebut membuatnya temannya tidak memiliki sahutan.
"Rekayasa seperti hidup lo."
4 remaja laki-laki itu sudah biasa dengan ejekan satu sama lain, bau bawang, freindzone, beda agama, kata tersebut udah jadi bahan ejekan satu sama lain. Tetapi salah satunya tidak ada yang merasa sakit hati, semuanya memang kenyataan.
"Tuh liat, Nata bareng sama Ali mana gandengan tangan lagi, uwu banget. Eh... eh bro dia kesini." Dimas Atlantas--- berteriak heboh ketika Nata dan Ali menuju tempat mereka.
"Haikal...," pekik Natasya dan berhambur pada pelukan Haikal. Sudah menjadi hal biasa diantara mereka, berpelukan, kecup kening dan pipi, seranjang dalam artian tidur biasa, cuci baju sudah dilakukan sejak kecil. Dari kecil yang sudah berteman membuat mereka sulit untuk dipisahkan.
"Kenapa?" tanya Haikal kepada Nata yang sudah melepaskan pelukannya.
"Mau makannn," rengek Nata. Dia bukanlah gadis manja ataupun gadis polos, dia gadis biasa yang hanya bisa merengek kepada orang tuanya dan Haikal selain itu dia tidak pernah merengek.
"Lah, 'kan udah ada pacar kamu itu. Minta dia aja jangan ke aku."
"Gak mau, aku maunya minta sama kamu. Kan selama ini aku makan dikantin kamu yang bayarin."
Aku-Kamu sudah menjadi panggilan biasa oleh mereka karena sedari kecil sudah menerapkannya, pernah terjadi Haikal memanggil Nata dengan kata "lo" namun, saat itu Ayah Haikal berada didekatnya jadi Haikal dimarahin.
"Kal, aku-kamu bukan lo-gue. Gak sopan pakek bahasa kek gitu." Itu kata Ayah Haikal, Ayah Haikal sudah menganggap Nata menjadi anaknya dan berarti Nata sudah mejadi adik Haikal.
"Yaudah mau pesen apa? Atau makanan kesukaan kamu di kantin ini aja?"
Nata mengangguk. "Oke." Jika ada murid baru lewat maka dia akan mengira bahwa pacar Nata itu Haikal bukan Ali. Ali tetap bergeming di tempat duduknya, sesekali melihat ke arah Nata dan Haikal yang saling melempar candaan.
Dia tidak cemburu? Jawabannya iya tapi sedikit, sebelum menembak Nata dia sudah tau resikonya jika Nata akan lebih dekat dengan Haikal mengingat Haikal lah yang selalu ada di samping Nata.
"Kal," sapa seorang murid perempuan yang diketahui dari bed kelas dia kelas 12.
"Kenapa?"
"Lo gak cemburu sama Ali?"
Haikal melihat ke arah murid tersebut. "Ngapain cemburu? Bang Mizonenya satu yah!"
"Haikal saran dari gue lo jangan minum mizone deh, entar lo kejebak friendzone. Kasian gue sama lo," ucap murid tersebut menepuk pundak Haikal dan meninggalkannya.
"Tuh anak kenapa? Yang minum mizone kan si Nata terus kenapa gue yang kejebak prendzone?" tanyanya pada diri sendiri.
Haikal membawa satu mangkok bakso, itu makanan kesukaan Nata dengan satu botol mizone dingin.
"Nih." Haikal meletakkan makanan tersebut didepan Nata, dengan semangat Nata mengambil banyak sambal, namun dicegah oleh Ali.
"Jangan, nanti kamu sakit perut," ucapnya.
"Memang kenapa? Aku bisa kok makan cabe banyak banyak gak akan sakit perut, tanya aja sama Haikal." Nata menunjuk Haikal menggunakan dagunya. Sebelum dicegat kembali oleh Ali dia mulai menambahkan sambal dengan 5 sendok.
"Gak nurut? Yang pacar kamu itu aku atau Haikal?" tanya Ali mulai sensi dengan keberadaan Haikal.
"Kamu, tapi aku lebih nurut sama haikal karena dialah yang sedari kecil sama aku," jawab Nata sambil mengunyah pentolnya.
"Bau bau bakal putus nih,Bro. Si Nata gak ada niatan pacaran kok nerima orang mulu sih, masa dalam satu bulan udah ada delapan mantan," bisik Dimas pada Tio yang ada disampingnya.
"Heem, mending sama si Haikal aja kalau gitu, liat mukanya sih Haikal udah kesenangan liat sahabatnya ribut sama pacarnya. Emang kurang ajar tuh orang," jawab Tio, menunjuk Haikal yang mukanya sedang berseri melihat Nata ribut dengan Ali.
"Udah ah! Aku minta putus sama kamu, gak guna juga pacaran sama kamu, gak mentingin perasaan pacarnya malah deket sama sahabatnya mulu. Dasar sasimo!" ujar Ali.
"Yaudah putus, dasar sasimi, sana sini minat." Senyum diwajah Haikal bertambah lebar, Nata tidak sampai sehari berpacaran dengan Ali dan sekarang dia sudah putus.
???
"Siapa yang membuat anda suka? " Sesi pertanyaan dibuka oleh Winwin atau yang sering dijuluki mas menang.
"Nata."
"Kenapa dengan Nata?"
"Emmm semenjak kehadiran Nata, emm sejak itu aku harus jadi rich friend buat dia," jawabnya dengan melihat kearah atas seakan dia sedang memikirkan sesuatu.
"Harus jadi rich friend? Gak mau jadi rich aunty ?"
"Ck kalau itu kan kuyang, kalau gue mau jadi rich friend."
"Tapi serius, Hai...."
Haikal melempar bantal sofa yang berada dipangkuannya kearah Winwin yang memanggilnya Hai. "Call me Kal no Hai, your paham?
"Adohh gak usah nimpuk juga njir, tapi kenapa bisa sih lo suka sama Nata jelas jelas lo sahabatnya dari lahir." Winwin mengembalikan bantalnya kepada Haikal.
"Emm karena... tanpa alasan," ucapnya dengan serius.
"Suu gue kira karena apa!" kesal Tio.
"Ya emang gak ada alasan gue suka sama dia, ya kalian bayangin aja cowok mana yang bakal gak suka sama cewek yang tiap harinya nempel mulu sama kita? Apa lagi sudah hidup bersama dari kecil, gak ada bro."
Semuanya mengangguk paham, membenarkan ucapan Haikal. Yang baru ketemu pertama kali aja langsung kecantol apa lagi ceweknya cantik behh langsung digombalin pakai kata laut akan kuseberangi, rela kesamber petir agar gak kena. Apa lagi seperti Haikal dan Nata yang jelas jelas sedari kecil udah bersama, saling tindih menindih pas kecil kalau udah besar bahaya, mandi bareng pas kecil, ada kemungkinan Haikal nyaman dengan Nata apa lagi Nata cantik.
"Nyee iman lo aja rendah, suka sama sahabat sendiri," sangkal Tio.
"Gue sumpahin lo ya, gak bisa jadian sama tuh cewek. Tak perlu gue sumpahin lo emang gak bakal menyatu, beda agama bro."
"s****n," umpat Tio.
???