Srek.... srek... srek...
Rere membuka kedua matanya. Begitu mendengar suara hordeng tertarik. Lalu kedua matanya melihat Suster yang tersenyum ramah kepadanya.
"Selamat pagi, Mbak... " sapa Suster tersebut.
"Pagi.... " jawab Rere sembari tersenyum canggung.
"Wah, pacarnya kelihatan kecapean," ucap Suster tersebut. Lalu pandangan Rere menatap Reyhan yang tidur di kursi sebelahnya. Bahkan Reyhan menumpukkan tangannya pada tepi ranjang.
Rere hanya tersenyum. Ia bingung harus menanggapi bagaimana. "Saya cek dulu ya Mbak... "
Lagi, Rere hanya mengangguk. Suster mengecek keadaan Rere. "Semalam saya lihat pacar Mbak, bengong di depan pintu. Terus gak lama setelah itu dia masuk."
Rere mencerna ucapan Suster. "Reyhan bengong depan pintu? Gak salah?"
"Jam berapa Suster?" tanya Rere penasaran.
"Sekitar jam, 10-an sepertinya saya lupa," jawab Suster.
"Jam 10? Gue kan lagi vidio call sama Bang Raka. Apa waktu itu Reyhan mau masuk tapi sungkan? Atau... "
"Semuanya stabil. Dan sepertinya, nanti bisa di bolehkan pulang. Tetapi harus mendapat izin dari Dokter ya."
"Terima kasih Suster, " jawab Rere.
"Iya sama-sama. Saya permisi dulu," ucap Suster lalu berjalan pergi.
Rere mengamati wajah Reyhan di depannya. Lelaki itu nampak tertidur pulas. Nafasnya begitu teratur. Kedua sudut bibir Rere tertarik melihatnya. Lalu tangannya terulur untuk mengelus kepala Reyhan. Tangan Rere menyentuh bagian rambut, dan mulai mengelusnya.
Hal ini mengingatkan Rere kepada kejadian beberapa tahun lalu, di mana mereka masih berpacaran dulu.
"Jadi beneran mau ngerjain PR di rumah gue?" ucap Rere sembari melepas helm miliknya. Helm tersebut memang helmnya. Helm yang di hadiahkan oleh Reyhan. Tetapi meskipun begitu, Reyhan yang selalu membawa helm tersebut kemana pun ia pergi. Ia berjaga-jaga takut jika Rere meminta untuk diantarkan olehnya.
"Iya. Boleh ya.... "
"Oke, tapi ingat, gak boleh berisik. Bunda gue lagi sakit gigi soalnya. Jadi galaknya nambah, " jawab Rere.
"Oke siap! Tuan Putri!"
"Ya udah yuk masuk.... "
Rere dan Reyhan masuk kedalam. Rumah Rere. "Lo tunggu sini bentar ya." Rere masuk kedalam. Lalu tidak lama dia datang membawa cemilan dan minum untuk keduanya.
Singkat cerita, mereka mulai mengerjakan soal.
"Jadi, ini di kali ini dulu, baru deh di pangkatin," ucap Reyhan menjelaskan. Rere hanya mengangguk sembari menguap karena mengantuk.
Reyhan yang memperhatikan Rere hanya tersenyum. Rere begitu sangat cantik dalam keadaan apapun. Bahkan ketika gadis itu menahan kantuknya pun masih tetap cantik.
"Lo ngantuk?" tanya Reyhan.
"Iyalah. Menurut lo? Matematika tuh emang bener-bener bikin ngantuk. Fiks no debat!"
Karena gemas, Reyhan pun menarik hidung Rere. "Arghh... sakit Reyhan! Asal tarik aja!"
"Lo tuh gak fokus, liat deh dari tadi mulut gue udah berbusa tapi lo masih aja dapat segini, mana jawabannya salah lagi."
Mendengar omelan dari Reyhan. Rere hanya memajukan bibirnya kesal. "Dah ah, tau ah! Ngantuk.... kerjain punya gue ya... "
'Dih, enak amat," jawab Reyhan.
"Reyhan... nangis nih.... ngantuk banget... "
"Duh kasihan banget. Ya udah deh sini kalau mau tidur," ucap Reyhan menepuk pahanya. Rere pun segera merebahkan tubuhnya dan menaruh kepalanya di atas paha Reyhan.
"Tapi punya gue juga di kerjain ya... " ucap Rere menatap Reyhan. Reyhan menatap kebawah untuk menatap mata Rere.
"Iya sayang.... kamu tidur gih, mimpi Indah... " ucap Reyhan tanpa menatap Rere. Lelaki itu tengah sibuk mengerjakan PR matematika dirinya dan Rere. Hingga tanpa sadar Rere sudah tertidur lelap.
Beberapa menit kemudian.
"Udah selsai... " Reyhan pun menatap Rere. Kedua sudut bibirnya tersenyum. Rere adalah wanita yang paling ia cintai.
"Ngapain lo liatin gue kek gitu?" Rere mengerjap kan matanya. Ia sadar dari lamunannya. Ucapan ketus Reyhan membuatnya begitu gugup. "Lepasin tangan lo dari kepala gue!"
Rere menarik tangannya. Sembari menunduk takut. Tatapan tajam yang di lakukan oleh Reyhan begitu sangat mengerikan.
"Ma... maaf... "
Reyhan bangkit, lalu masuk kedalam kamar mandi, tanpa sepatah kata pun.
Dan akhirnya, Rere bernafas lega melihat Reyhan sudah masuk kedalam kamar mandi.
"Duh bisa-bisanya gue ingat masa lalu," batin Rere.
****
Reyhan membasuh wajahnya dengan air. Lalu menatap kaca di depannya. Lelaki itu hanya diam, entah apa yang sedang ia pikir kan. Mengingat kejadian tadi, membuat kepalanya menjadi pening. Bisa-bisanya Rere mengelus kepalanya. Dan kenapa juga ia bisa ketiduran di samping Rere.
"Arghh... bodoh banget sih lo Rey," ucap Reyhan mengacak-acak rambutnya. Reyhan diam, pikirannya menerawang ke masa lalu.
"Rey, lo udah makan? Kalau udah temenin gue makan yuk," ajak Rere dengan nada manjanya.
"Gak bisa Re, bentar lagi Bu Widya kan masuk kelas."
"Ah... lo mah gak asik. Gue kangen makanan kantin. Bosen 5 hari makan makanan rumah sakit," ucap Rere menggerutu kesal. Meskipun ia kesal dengan Reyhan, Rere tetap menyandarkan kepalanya pada bahu Reyhan.
Reyhan tersenyum, sembari mengelus kepalan Rere dengan halus. "Emang mau makan apa?"
"Tadinya sih, pengen mie ayam, gak pake sayuran. Sama gak di kasih kecap. Tapi lo aja gak mau," ucap Rere masih dengan nada kesalnya.
"Mau banget sekarang?"
"Iyalah, laper banget. Ayo temanin makannya," rengek Rere.
Reyhan melirik jam tangannya. 3 menit lagi kelas akan di mulai. Tetapi, bagiamana dengan Rere?
"Ya udah ayo, kita ke kantin," ucap Reyhan akhirnya menyetujui ajakan Rere.
"Beneran? Mau bolos pelajaran dong?" ujar Rere dengan antusias.
Reyhan hanya mengangguk. Rere begitu senang. Mereka berjalan menuju kantin. Reyhan rela membolos jam pelajaran, agar bisa menemani Rere makan.
"Sial! Kenapa gue jadi ingat hal itu sih!" Reyhan tersadar dari lamunannya. "Otak gue benar-benar gak bener nih!" dengan cepat, lelaki itu keluar dari toilet.
***
Rere melirik ponsel Reyhan yang berbunyi sementara itu Reyhan belum juga keluar dari toilet. "Apa gue angkat aja ya?" batin Rere. Gadis itu akan mengambil ponsel Reyhan namun....
"Mau ngapain lo?" ucap Reyhan yang baru saja keluar toilet.
"Eum, anu.... " Rere gugup, apalagi tatapan tajam Reyhan sangat menakutkan.
Reyhan mengambil ponselnya. Lalu ia keluar ruangan, karena ia akan mengangkat telpon.
"Duh bodoh banget sih gue," gumam Rere sembari menatap Reyhan yang sedang mengangkat telpon di ambang pintu.
"Iya sayang..... "
Rere dapat mendengarnya. Sebenarnya siapa pacar Reyhan?
"Iya. Aku belum pulang. Bentar lagi pulang."
".........."
"Hehe iya sayang. Gak lupa sarapan kok."
"Perhatian banget ceweknya," batin Rere masih terus mengamati Reyhan.
"Permisi Mas... " seorang Suster masuk dengan membawa sarapan. Suster tersebut tersenyum menatap Rere.
"Selamat pagi Mbak, silahkan, ini sarapannya.... " ucap Suster. Rere tersenyum kaku.
"Terima kasih Suster," ucap Rere.
Suster hanya tersenyum, "Saya permisi Mbak."
Lalu Suster itu pergi. Rere mendesah kesal. Menatap makanan rumah sakit yang sangat ia benci. Melihatnya saja ia sudah tidak nafsu. Apalagi memakannya. Tidak lama setelah itu, Reyhan datang ia mengambil jaket di sofa.
"Tugas gue udah selsai, kan? Gue mau pulang."
Rere melipat bibirnya kesal. "Ya udah sana pulang!"
Reyhan tersenyum sinis. "Makan tuh makanannya." Reyhan pergi, buat Rere benar-benar kesal.
Gadis itu menaruh makanan di meja. Ia bener-bener enggan menyentuh makanan tersebut. Gadis itu mengambil ponselnya. Namun sialnya ponsel itu telah mati. Karena habis baterai.
"Duh gimana gue nelpon Bunda kalau gini ceritanya!"
****
Tok.... tok..... tok....
Rere mendongak ke arah pintu. "Itu pasti Bunda!"
"Masuk! "
Seorang membuka pintu. Rere hanya diam ketika yang datang ternyata bukan Bundanya.
"Mbak, saya mau antar kan titipan dari pacar Mbak... " ucap Suster memberikan sebuah plastik keresek kepada Rere.
"Pacar?" ucap Rere bingung. Bukan kah pacarnya berada di Singapore?
"Iya itu Mas-mas yang tadi pagi... "
"Reyhan maksudnya?" batin Rere.
"Reyhan?" ucap Rere.
"Iya pokoknya Mas-mas yang tadi. Dia nitip ini buat Mbak... " ucap Suster.
"Terima kasih Suster."
"Sama-sama Mbak. Saya permisi dulu," ucap Suster lalu pergi meninggalkan kamar inap Rere.
"Reyhan kasih apa ke gue?" gumam Rere lalu membuka bungkusan plastik yang di berikan oleh Reyhan.
"Mie ayam?" ucap Rere kaget. "Jadi.... Reyhan masih ingat? Gue gak suka makanan rumah sakit?"
Rere tersenyum, dengan semangat ia membuka mie ayamnya. "Perfect, gak ada sayuran, gak ada kecap."
Reyhan memang selalu tahu apa yang di butuhkan oleh Rere. "Makasih Reyhan."
****
"Selamat, anda sudah bisa pulang hari ini," ucap Dokter setelah memeriksa Rere.
"Beneran Dok? Anak saya udah bisa pulang? Gak pa-pa kan? Kakinya gak akan parah kan? Masih bisa berjalan kan? Aduh beneran ini pulang.... "
Dokter hanya tersenyum dengan pertanyaan Sekar.
"Bunda.... anaknya udah boleh pulang kok gak seneng sih!" ucap Rere.
"Bukannya gak seneng. Tapi memastikan kalau kamu emang benar-benar boleh pulang," ucap Bunda. Rere hanya diam.
"Kalau begitu saya permisi Bu," ucap Dokter yang langsung pergi begitu saja.
"Nanti pokoknya kalau Bunda sama Ayah udah berangkat ke Gorontalo, kamu harus bisa urus semuanya sendiri. Kamu sudah besar, jangan manja, jangan repot kan abang kamu. Jaga diri baik-baik."
Rere menghela nafas, begini lah Bundanya yang penuh dengan omelan.
"Oh iya semalam kamu di jagain sama Reyhan, kan?" tanya Sekar menatap Rere.
Rere mengangguk malas. "Nah itu yang Bunda suka dari Reyhan. Kalau dia itu orangnya bertanggung jawab banget. Bunda suka deh sama Reyhan. "
"Dih, Rere bilangin Ayah ah! Kalau Bunda suka sama berondong. Apalagi berondong-nya teman Rere lagi. Pokoknya Rere bakalan ngomong sama Ayah."
"Hey! Bukan suka itu yang Bunda maksud. Tapi suka sama sikapnya. "
"Oh, kirain Bunda suka sama Reyhan yang berondong itu," cibir Rere.
"Gak lah, Bunda kan cinta, sayangnya sama Ayah kamu aja. Gak ada yang lain," ucap Bunda senyum-senyum sendiri.
"Bucin!"
"Apaan tuh bucin? Apa buncit?"
"Tau ah tanya Bang Loren sana," ucap Rere kesal.
****
Rere merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Berasa udah lama benget ninggalin nih kasur."
"Re.... di depan ada Nabila... " teriak Sekar dari luar kamar.
"Suruh masuk aja Bun," jawab Rere tak kalah kencang.
Cklek....
"Hai, masuk ya gue... " sapa Nabila.
"Masuk aja Bil. Gak ada yang larang kok," jawab Rere yang duduk di tepi ranjang.
"Gue seneng lihat lo udah pulang lagi," ucap Nabila.
"Gue lebih seneng, karena ketemu lagi sama kasur gue, kesayangan gue.... "
"Dasar kebo!" seru Nabila sembari tertawa.
"Kebo teriak kebo!" balas Rere.
"Eh iya Re, gue mau nanya deh. Kok lo kenal sama Zoya?" Rere diam, mendengar pertanyaan Nabila.
"Eum..... Zoya..... dia kan anak dari bosnya Ayah gue. Jadi gue kenal lah," jawab Rere tersenyum tipis.
"Oh iya, tapi kenapa kalian kayak gak akur gitu sih? Kelihatannya sih," ucap Nabila.
"Perasaan lo aja kali. Lo kan tahu Zoya orangnya gimana, iya kan?"
Nabila mengangguk, "Iya sih. Nabila emang orangnya gitu."
"Syukur deh kalah Nabila percaya. Maaf Bil, bukannya gak mau cerita. Tapi gue belum siap cerita semuanya, " batin Rere sembari menatap Nabila.
*****