MTM (4) : Jenguk

1648 Kata
"Ini nih Bunda emang paling gak setuju kalau kamu naik motor sendiri," omel Sekar kepada anaknya. "Ah Bunda... jangan omelin Rere terus. Nanti kalau Rere tambah pusing dengerin omelan Bunda gimana, coba?" ucap Rere sembari mendesah kesal. "Kamu itu sama kayak Ayah kamu! Susah banget di omongin." "Namanya juga anaknya. Kan salah kalau mirip sama tetangga," sahut Dirga yang sedang duduk di sofa, sembari menyimak ponselnya. "Ayah.... " ucap Sekar kesal. Dirga meletakkan ponselnya. Lalu menatap istrinya. "Kenapa sih sayang.... kan bener apa yang aku bilang." Sekar memajukan bibirnya kesal. Sudah ia katakan bukan, kalau anak dan suaminya sangat menyebalkan. Rere tersenyum, melihat Bundanya diam tidak lagi mengomel seperi tadi. Lantas gadis tersebut mengacungkan jempol kepada sang Ayah. Dirga membalas acungan jempol putrinya dengan senyuman manis yang ia ciptakan. Suasana hening beberapa menit. Clekk.... "Assalamualaikum... " ucap seseorang masuk kedalam ruangan Rere. Seseorang itu membawa beberapa kantung plastik yang sangat berisik di telinga siapa pun. "Wa'alaikumsalam... " jawab mereka serentak. "Loh, pada diam-diam aja," ucap Loren menatap satu persatu anggota keluarganya. "Bun, pesanan Ayah pecel Lelenya habis. Tapi Loren ganti dengan ayam penyet." Lantas Loren menyerahkan kantung plastik kepada Bundanya. Sekar mengambil kantung plastik yang di berikan oleh Loren. Setelah itu, ia mengganti bungkus plastik tersebut. "Bunda tuh sebenarnya khawatir ninggalin kalian berdua di rumah," ucap Sekar mengawali pembicaraan. Loren dan Rere kompak menatap Bundanya. "Mereka sudah dewasa sayang. Aku yakin mereka bisa jaga diri mereka, kok," sahut Dirga tanpa menatap istrinya. "Tetap aja. Naluri seorang ibu bakalan tetap khawatir sama anak-anaknya," jawab Sekar tidak mau kalah. "Sebenarnya juga Rere gak mau pisah sama Bunda sama Ayah," ucap Rere menatap kedua orang tuanya. "Sayang.... kamu sudah dewasa. Dan juga sudah kuliah. Kalau mau ikut Bunda sama ayah bagaimana dengan kuliah kamu? Nanti kamu gak lulus-lulus, gimana?" Rere mendengus kesal mendengar jawaban dari Ayahnya. Rere memang ingin sekali pindah. Ia ingin berada di mana ia tidak menemukan Reyhan, mantan kekasihnya. "Lagian, kali ini Bunda sama Ayah bakalan pindah di daerah terpencil. Yang bahkan kami gak tau apakah di sana ada universitas atau enggak, " sambung Dirga. "Emang Ayah dapat tugas di mana?" tanya Loren yang sedari tadi diam. "Gorontalo, daerahnya sangat terpencil." Loren mengangguk paham. "Alamat, gue gak akan pindah dari tempat ini! Apa ini karma buat gue?" batin Rere menggebu-gebu. "Sudah-sudah! Ayo kita makan," ucap Sekar telah siap menyelesaikan makanan mereka. **** Clek.... Suara pintu terbuka, Rere menatap kearah ambang pintu. Lantas seorang gadis dengan kuncir kuda berlari menuju dirinya. "Huaa.... Gue kangen banget sama lo, Re!" Sebuah pelukan hangat di terima oleh Rere. "Bil, d**a gue sesek. Lo peluknya kenceng banget," tegur Rere menggoyangkan tubuhnya agar Nabila melepaskan pelukannya. "Hehehe.... sorry... Gue terlalu eksaited ," ucap Nabila lalu melepaskan pelukannya. "Duduk deh, lo gak cape apa?" ucap Rere. Nabila menarik kursi dan duduk di sebelah Rere. "Emang udah selsai jam kuliah? Kok lo udah ke sini aja?" "Belum. Gue absen," jawab Nabila dengan nada sedih. "Yah, kenapa? Sayang banget tahu Bil," omel Rere. "Habisnya gak nahan kangen sama lo. Jadi gue absen aja deh." Mendengar jawaban Nabila membuat Rere mendengus kesal. "Lo kesini sendirian?" tanya Rere. "Eum, enggak... " Rere mengerutkan keningnya. Ia mendongak kanan dan kiri. Tidak ada siapa-siapa di dalam ruangan ini hanya Nabila dan Rere. Mendadak bulu kuduk Rere merinding. Jelas mereka hanya berdua. Tetapi kenapa Nabila berkata kalau ia tidak sendiri? "Lo kenapa sih? Kayak takut gitu?" tanya Nabila menatap ekspresi wajah Rere. "Eum, lo kesini gak sendiri?" tanya Rere hati-hati. "Oh itu, gue emang gak sendiri." "Ha? Ma.... maksud lo, lo sama hantu?" tebak Rere dengan ekspresi wajah ketakutan. "Ha? Hantu? Lo ngaco banget deh, lucu.... " ucap Nabila sambil tertawa terbahak-bahak. "Argh, gue serius Re. Lo beneran sama siapa kesini-nya?" "Gue itu ke sini bukan sama hantu! Tapi sama trio kadal tuh! Mereka ada di luar," jawab Nabila setelah menyelesaikan tawanya. "Trio kadal? Siapa?" Kini ekspresi wajah Rere berubah menjadi bingung. "Malik, Daniel, sama Reyhan. Mereka di luar lagi bujuk Reyhan biar mau masuk." Mendengar penjelasan Nabila membuat Rere terdiam. "Gue bingung deh, kenapa sih Reyhan begitu sikapnya sama lo." "Andai lo tahu apa yang sebenarnya terjadi," batin Rere. "Kenapa juga sih lo ajak Reyhan? Gue juga males kali sama dia," jawab Rere acuh. "Ya gimana. Malik sekalian mau cek up keadaan tangannya. sekalian juga mau jengukin lo," ucap Nabila. Clek... "Udah ayolah masuk!" Suara tersebut membuat Rere dan Nabila menatap ke ambang pintu. Trio kadal yang di juluki oleh Nabila sudah berada di ambang pintu. "Hay Re.... " ucap Malik sembari melangkah kearah Rere dan Nabila. Malik nampak menarik tangan Reyhan agar berjalan mengikuti dirinya. "Gimana keadaan lo? Parah gak? Masih sakit gak?" ucap Malik menatap Rere. "Eum, gue udah gak pa-pa kok. Cuma belum boleh pulang aja," jawab Rere. "Nih Re, oleh-oleh dari kita," sahut Daniel memberikan parsel buah kepada Rere. "Makasih. Harusnya kalian gak usah repot-repot begini," jawab Rere. Malik dan Daniel hanya senyum. Sementara Reyhan diam saja. Malik pun menyenggol lengan Reyhan. "Apa sih?" ucap Reyhan lirih. Namun Rere dapat mendengarnya. Malik memberikan kode kepada Reyhan. "Cepet sembuh. " Ucapan Reyhan begitu singkat. Lelaki itu hanya menatap Rere sekilas. Lalu membuang pandangannya lagi. Sepertinya memang Reyhan tidak ingin melakukan kontak mata dengan Rere. "Makasih." "Udah kan? Yuk pulang!" ucap Reyhan lelaki itu akan melangkah namun di cegah oleh Malik. Reyhan pasrah, ia menuruti kemauan Malik. "Duh, perut gue sakit banget!" ucap Nabila tiba-tiba gadis itu memegang perutnya yang sakit. "Babe, kamu kenapa? Kok bisa sakit perutnya, " ucap Malik panik. "Gak tau mules. Gue ke kamar mandi dulu ya. Re numpang ke kamar mandi!" ucap Nabila langsung berlari menuju ke kamar mandi. "Kebiasaan. Pasti dia habis makan pedes," ucap Rere. Clek... Pintu kembali terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya. "Bunda... " "Lo rame ternyata," ucap Sekar masuk kedalam kamar inap Rere. "Reyhan? Kamu Reyhan, kan?" ucap Sekar yang masih sangat mengenali Reyhan. Reyhan tersenyum kaku. Sembari mencium tangan Sekar. "Iya Tante, apa kabar?" ucap Reyhan terlihat sopan. "Ternyata, Bunda masih ingat sama Reyhan," batin Rere menatap Bundanya dan Reyhan secara bergantian. "Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana? Lama banget loh Tante gak ketemu sama kamu," ucap Sekar mengusap wajah Reyhan. "Kamu tambah ganteng ya sekarang. Rere juga gak pernah cerita kalau dia ketemu lagi sama kamu." "Bunda.... " tegur Rere. "Sekarang lihat deh Rey, Rere tuh masih sama. Suka banget ugal-ugalan dan lihat sekarang luka semua wajahnya, tubuhnya, argh, Tante udah bingung mau ngomongin Rere gimana lagi. Padahal dulu waktu sama kamu, dia tuh insaf lo naik motor. Sekarang kumat lagi." "Kenapa Bunda jadi bahas masa lalu sih?" batin Rere menggerutu kesal. "Bunda ngapain ke sini lagi? Tadi katanya mau pulang?" ucap Rere mengalihkan pembicaraan. "Kunci rumah ketinggalan. Ini, Bunda mau ngambil ini," ucap Sekar mengambil kunci di atas meja. "Oh iya sekalian Bunda mau bilang. Bunda malam ini gak bisa ke sini lagi. Soalnya lagi beresin barang. Kan besok Bunda sama Ayah mau pindah." "Reyhan, Tante nitip Rere ya. Tolong jagain Rere. Soalnya kamu tahu kan kalau Rere itu anaknya bosenan. Dan Tante lagi gak bisa jagain Rere. Jadi Tante minta tolong sama kamu." "Bund, Rere bisa sendiri kok," ucap Rere menyangkal ucapan bundanya. "No! Nanti kamu aneh-aneh lagi!" "Ihh, aneh-aneh gimana sih Bund. Rere bisa jaga diri Rere kok." Rere tatap kekeh dengan ucapannya. "Gak. Pokoknya kamu bakalan di jagain sama Reyhan. Reyhan aja gak gimana-gimana kok. Iya kan Reyhan? Bisa bantu Tante jagain Rere, malam ini aja." Reyhan terdiam sebentar, tidak mungkin ia akan mengatakan tidak kepada Sekar. Reyhan sangat menghormati Sekar, ibu dari Rere. Terlebih juga mereka kenal cukup baik. "Tuh kan Bund, Reyhan tuh sibuk. Gak bisa temenin Rere," ucap Rere. "Enggak kok Tan, saya bisa jagain Rere," jawab Reyhan. "Nah kan, kamu dengar sendiri. Pokoknya kamu jangan lagi bikin ulah. Bunda pulang dulu," ucap Sekar langsung pergi dari ruangan Rere. "Cie.... kayaknya akrab banget lo sama emaknya Rere," ucap Daniel setelah Sekar pergi. Reyhan menatap Daniel dengan tajam. "Gimana gak akrab, kan calon mertua gak jadi, " sambung Malik. Malik pun turut mendapat tatapan tajam dari Reyhan. "Duh, Bunda kenapa sih! Harus banget nitipin gue sama Reyhan. Argh.... !" Clek.... Suara pintu terbuka, Nabila keluar dari kamar mandi. "Kayaknya tadi gue denger suara Tante Sekar." "Iya, tadi emaknya Rere emang ke sini," jawab Malik. "Perut kamu udah gak pa-pa babe? Perlu di USG gak?" tanya Malik. Daniel yang gemas dengan pertanyaan Malik pun menjitak kepala Malik. "Gak usah lebay deh Lik! Mentang-mentang duit lo banyak selagaan mau USG perut Nabila! Lo pikir perutnya ada bayinya apa!" seru Daniel. Nabila dan Rere sudah tertawa mendengar ucapan Daniel. Mereka kembali mengobrol, sampai hari sudah berganti malam. "Eh pulang yuk," ajak Malik. "Yuk, Mami gue nelpon dari tadi," jawab Nabila. "Re, kita pulang dulu ya. Lo cepat sembuh, jangan lupa istirahat ya. besok gue kesini lagu deh," ucap Nabila. "Iya makasih Bil, udah mau jengukin gue," ucap Rere memeluk Nabila. "Rere doang nih yang di peluk?" ucap Malik menatap keduanya. Lantas Nabila mencubit perut Malik. "A... aduh sakit babe... " ucap Malik meringis ke sakitan. "Makanya jangan nakal!" ucap Nabila, sementara Malik mengelus perutnya yang sakit. "Makasih juga ya kalian udah mau jenguk gue," ucap Rere memberikan senyuman termanis yang ia miliki. "Santai aja Re, lo kan juga teman kita," ucap Daniel. Rere tersenyum lagi. "Kalau gitu kita pamit ya... " ucap Malik. Rere mengangguk, Reyhan ingin melangkah, namun Malik menghalanginya. "Eh, lo mau kemana?" "Pulang lah!" "Lo kan udah janji sama nyokapnya Rere buat jagaian dia. Di sini lo gak boleh pulang!" ucap Malik mengingatkan, seketika Reyhan mengingat kejadian tadi. "Udah gak pa-pa pulang aja sana lo Rey," jawab Rere. "Eh, gak bisa gitu dong Re, kata Mama gue lelaki itu yang di pegang janjinya! Ayo lo bukan banci kan?" ucap Malik. Reyhan menghela nafas kasar, akhirnya ia hanya diam ketika Malik, Daniel, dan Nabila pergi meninggalkan kamar inap Rere. Mereka kembali terjebak pada masa lalu yang perih.... *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN