Priiiiit!
Seluruh pria yang memakai kaos dengan warna dan gaya senada yang tadinya masih asik dengan kegiatan masing-masing kini mulai beranjak mendekati sumber suara. Beberapa dari mereka tampak melihat sang peniup peluit dengan tatapan heran, terkecuali bocah yang sedari tadi mengacak surainya malas, Abimana. Remaja itu sesekali mengusap lengan putihnya yang terasa panas akibat pertama kalinya terpapar matahari secara langsung.
"Kevlar didepak jadi kapten, sekarang gue yang gantiin dia. Ini atas perintah kepsek, nggak suka bisa maju dan lawan gue sekarang."
Ujaran yang terkesan songong itu lantas membuat Abim terkekeh sinis. Segila itukah sepupunya itu pada sebuah jabatan?
"Eh, ada anak baru. Homo, ngapain di sini? Naksir sama salah satu pemain sini? Atau ... mau nemenin pacar latihan?"
Gio yang merasa disindir lantas mengepalkan tangannya namun dengan cepat ditahan oleh Abim. Bukannya takut atau sejenisnya, Abim hanya tak mau merusak suasana hari pertamanya lalu menanamkan kesan buruk pada para anggota tim.
"Gue udah izin sama pak Ben, mulai sekarang gue aktif di sini," jawab Abim berusaha tenang.
Raka, pria yang dari tadi asik berceloteh luar biasa songong itu lantas tersenyum. "Yakin? Anak rumahan yang taunya cuma hyung Korea mau ngebasket?" remehnya kemudian.
"Anjing! Baru ngejabat jadi kapten aja udah belagu banget lu!" Lepas sudah kata mutiara Gio yang memang sangat tidak suka jika ada orang yang mengatai Abim di depan matanya.
"Lo yang anjing! Apa! Gak suka pacar lo gue katain, ha?" ujar Raka dengan wajah menyolot sembari membusungkan d**a.
Abim lantas menekan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Gio agar menginterupsi sahabat jangkungnya itu untuk berhenti memancing setan seperti Raka.
"Apasih, malah tengkar. Kuy lah mulai, udah sore ini!" celetuk salah satu anggota tim sembari mengambil bola.
Raka hanya tersenyum menanggapi. "Berhubung ada anak baru, bolehlah ngasih kesan pertama dulu. Itung-itung salam perkenalan."
"b*****t! Cari rib--"
"Apasih Yo!" sentak Abim lalu beralih pada Raka. "Dahlah buru, salam kenal gimana?" potong Abim tak sabaran karna merasakan kulitnya mulai panas terbakar matahari sore. Hal yang sangat tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kalaupun upacara, biasanya ia selalu memakai jaket dan sengaja mengambil posisi barisan paling ujung, tak pernah sampai mengekspos kulitnya seterbuka ini. Kalian tau seragam basket 'kan?
"Keliling lapangan duapuluh kali, push up sepuluh kali buat tes stamina, jalan jongkok sepuluh putaran, habis itu baru boleh gabung."
Ujaran enteng itu membuat mata bulat Abim membesar. Ayolah, walau sore, cuaca saat ini itu cukup terbilang panas. Apa kabar dengan kulitnya nanti?
"Dua menit gak gerak, lo gue depak d--"
"Bacot!"
Raka, pria ber-alis tegas juga topi yang melekat di kepalanya itu lantas tersenyum puas melihat Abim yang mulai berlari mengikuti ucapannya. Entah mengapa, semakin hari, kadar rasa bencinya pada Abim terasa semakin meluas tanpa sebab. Walau terikat tali persaudaraan, tak Raka pungkiri bahwa ia tak suka pada Abim.
"Ayo semua ambil posisi, kita main santai aja dulu, itung-itung ngebiasain diri sama kapten baru," ujar Raka lalu mulai bertos ria dengan para anggota.
Tapi tiba-tiba tangannya mengudara saat ingin bertos pada satu orang.
"Lo mau pemanasan apa nyiksa Abim? Kalo sampe dia pingsan karna kecapean, gue aduin mbak Raisa lo!"
"Bodo amat. Lagian siapa suruh anak manja main basket, lemah.
-ooOOoo-
Hosh ... hosh ... hosh ....
"Masih oke, Bim? Sesek atau gimana?"
Abim hanya diam tak menanggapi, ia fokus pada kegiatan minum air mineral pemberian Gio. Di tatapnya lapangan di hadapannya yang sudah sepi dengan pandangan sayu karna penghuninya sudah bubar sedari lima menit yang lalu. Padahal ia baru selesai keliling lapangan. Keringat terlihat membanjiri tubuhnya juga tulang kaki yang terasa linu di beberapa tempat. Benar-benar hari yang melelahkan.
"Jawab kek, kalo sesek biar gue anter ke UKS."
Abim yang tadinya masih menunduk di antara renggangan kaki dengan tangan yang tertopang pada lutut lantas mendongakkan kepala, napasnya masih tak beraturan, keringat sebesar biji jagung terlihat menguasai daerah wajah dan surainya.
"Gue ngos-ngosan, g****k. Jangan ajak ngomong dulu."
Gio mengangguk lalu merogoh kantung kresek berisi air mineral yang tadi ia beli. Mengambil satu botol lagi dan menyodorkannya pada Abim. "Nih, buru minum lagi, abis itu cabut balik. Udah mau malem soalnya."
Abim lantas menghela napas kasar lalu membuang botol kosong yang masih berada di genggamannya dengan kasar, menghiraukan botol yang disodorkan oleh Gio padanya. Hatinya kesal, bisa-bisanya ia menurut pada b******n seperti Raka hingga berimbas pada badannya yang merasa sakit di segala bagian.
"Kalo tadi gue balik, nonton drakor, pasti udah dapet sepuluh episode ini. Gak capek, badan bersih."
Gio yang merasa air sodorannya tak kunjung disambut lantas kembali meletakkanya ke tempat semula. "Jangan pernah nyesel sama apapun yang udah lo jalani. Anggap itu warna proses hidup lo."
Abim diam dengan tangan beralih menyibak surainya yang basah oleh keringat. "Au ah, pusing gue."
"Jangan mimisan, plis. Gue trauma sama kejadian waktu itu, Bim."
"Dih, nggak lah, cuma lemes aja. Kuy lah balik, gerah gue pen mandi trus liat Twitter, kali aja abang gue update status."
Abim lantas berdiri, namun pandangannya berbayang seketika hingga tubuhnya refleks oleng sebab lututnya yang lemas dan juga badannya yang ikut lemas. Untung ada Gio yang sigap menopang.
"Udahlah Bim, besok nggak usah ikut lagi," tutur pria berkulit tan itu dengan nada sarat kekhawatiran.
"Halah lebay, maklum kaki gue kaget disuruh keliling lapangan seluas ini."
-ooOOoo-
Abim tersenyum, menatap lamat-lamat pahatan indah wajah sang idola yang berada dalam layar ponsel yang baru saja mem-post sebuah foto beserta caption tulisan hangul yang jelas tidak ia ketahui artinya. Fikirannya melayang, membayangkan jika dirinya berada tepat di samping foto sang idola, tersenyum dengan tangan saling merangkul. Setelahnya makan bersama, menikmati senja sembari tertawa oleh candaan aneh, saling sharing tentang dunia tarik suara, berduet satu lagu lalu meng-upload nya di Youtube. Ah, siapapun tolong sadarkan pria manis itu saat ini.
"Punya abang kek Taehyung enak kali yah," monolognya sembari menatap langit-langit kamar dengan senyum mengembang. Biasa, haluan anak tunggal yang kesepian.
Tapi senyumnya seketika luntur saat merasakan pandangannya berputar. Refleks ia memejam lalu mengurut pangkal hidung dengan telaten. Ia pun akhirnya menaikkan selimut saat merasakan hawa dingin mulai menusuk, badannya yang sedari pulang tadi terasa lemas pun akhirnya ia manjakan oleh kehangatan kasur.
"Kok tetiba dingin yak, mana belum shalat isya," gerutunya seraya menenggelamkan seluruh tubuhnya masuk ke dalam selimut.
'ABIM! ABIS ISYA TURUN YA, KITA MAKAN DI LUAR!'
Pria yang sudah terlihat pucat itu lantas memutar bola mata malas di dalam rengkuhan selimutnya. Ayolah, suasana saat ini sudah sangat nyaman baginya. Rebahan, kemulan, kemudian tidur. Tubuhnya yang lemas terasa amat sangat malas diajak melakukan apapun, termasuk makan dan ... shalat. Maafkan si pemalas Abim ini ya Allah.
Ceklek~
"Bim, ayo turun," ujar Tyas lalu beranjak duduk di ranjang Abim kemudian menyibak selimut yang menelan penuh tubuh sang anak. Setelahnya terlihatlah tubuh kurus Abim yang meringkuk dengan surai lepek berhias keringat.
"Ayo bangun, Abim ... mama gak masak, nanti malam kalau kamu kebangun kelaparan mama males masakin. Ayo buruan, papa udah nunggu itu di bawah."
Abim hanya menggeliat pelan tanpa membuka mata, malas merasakan sensasi berputar yang hinggap di kepalanya. "Mama sama papa aja, Abim nggak laper," jawab anak itu parau.
"Kamu kenapa?" tanya sang ibu penasaran saat memperhatikan wajah Abim terlihat lumayan pucat dengan keringat membasahi surainya. Tangannya terulur mengecek dahi sang anak.
"Kamu demam ih. Pusing ya?" sambung Tyas kini mulai panik.
Pria yang memakai kaos oblong putih berlogo huruf V itu mulai membuka mata lalu menatap wajah ibunya dengan sayu. Setelahnya menggeleng pelan. "Nggak pusing, cuma semua pada muter, hehe," candanya yang membuat tangan Tyas teturulur menyibak poni sang anak.
"Kenapa sampe demam gini? Perasaan tadi nggak ada hujan."
"Lah masa sakit harus dari hujan eomma kuh sayang."
Tyas terkekeh lalu mengecek kembali suhu dahi sang putra aneh kesayangannya. Niatnya hendak makan di luar terurai sudah saat mendapati sang buah hati jatuh sakit begini. "Mama tinggal masak dulu ya," ujarnya kemudian.
Abim menggeleng. "Nggk usah, mama sama papa kalo mau makan di luar ya udah. Lagian Abim juga gak napsu makan," tutur anak itu seraya menaikkan kembali selimut yang sempat disibakkan oleh sang ibu saat merasa udara sekitar semakin menusuk.
"Ya mana bisa gitu, napsu gak napsu harus tetep makan. Udah, mama mau ke bawah buat bubur sambil bilang ke papa suruh pesen gofood aja."
Abim hanya mengangguk singkat yang membuat wanita itu beranjak dari tempatnya. Pria yang memiliki mata elang itu sempat merasa bersalah karna telah menggagalkan waktu kumpul bareng keluarganya malam ini, melihat sang ibu yang memasuki kamarnya dengan setelan anggun. Tapi mau bagaimana lagi? Dipaksa juga badannya sudah luarbiasa lemas.
"Ini kenapa jadi dingin banget?" monolognya.
Ia pun mulai memejamkan kembali sang mata yang sedari tadi memperlihatkan sensasi berputar, lalu kembali membuka mata saat sekilas ide menyapa kebosanannya di kamar malam ini.
Pria itu lantas meraba sang ponsel yang berada di atas nakas lalu memotret sang kaki yang terbalut selimut lalu memostingnya di i********:.
KimAbm
Disukai oleh MomonAbyt dan 21 lainnya
KimAbm Cpk
10 detik yang lalu
Lihat semua 3 komentar
AprilBucinErpan Firts komen, gws bang. Sakit kan yak?
MomonAbyt Badannya kenapa oppa?
AditamaRaka Lemah, baru segitu dah tumbang lo mo
Abim hanya tersenyum saat kolom komentarnya sudah mulai dipenuhi oleh kicauan para netizen. Sedikit heran pada sang sepupu yang selalu mengibarkan bendera perang padanya, namun selalu rajin pula memberi komentar di akun sosial medianya. Malas berpikir karna menimbulkan efek berputar yang luarbiasa mengganggu, Abim lantas mematikan sang ponsel lalu meletakkannya begitu saja. Memejamkan mata dengan dahi mengkerut lalu menikmati sensasi hawa panas yang menguar melalui jalur napas.
Benar-benar menyebalkan.