7. Kota Moniyan

1305 Kata
Kejadian beberapa jam lalu membuat Liu An sedikit takut, ia tidak ingin bertemu kembali dengan malaikat maut itu lagi. Kali ini, Liu An berusaha menjaga dirinya agar tidak lagi ada dalam bahaya. Hanya saja, tugas yang diberikan oleh ibunya membuat Liu An harus pergi dari istana untuk mencari Yue, kakaknya. “Menyebalkan, kenapa harus aku yang mencari Kakak! Bukankah ia bisa kembali sendiri ke istana?” gerutu Liu An dalam perjalanan bersama Yan Jie. “Tuan Putri, sebaiknya kau melihat ke depan, karena ada banyak sekali pemandangan yang menarik,” ujar Yan Jie mengalihkan ucapan Liu An. Ke dua mata Liu An mulai menatap apa yang ada di hadapannya,dan kini mata sipit itu melebar. Liu An sangat senang saat melewati pasar yang menyajikan banyak makanan dan beberapa penjual pakaian juga aksesoris. “Whoa … apa ini surga?” gumam Liu An. Liu An beberapa kali menelan ludahnya kasar, ia tidak menyangka ada hal semacam itu di wilayah Moniyan. Liu An berhenti di depan penjual bakpao dan dimsum. Ia tidak bisa lagi menahan rasa lapar di dalam perutnya saat ini. “Aku mau itu, lalu ini, dan ini.” “Tuan Putri –“ Liu An menutup mulut Yan Jie agar pria itu tidak memanggilnya dengan sebutan Tuan Putri. Karena akan memancing banyak penjahat yang ingin menculik dirinya jika tahu siapa Liu An. “Yan Jie, apa kau lupa kita ada di mana?” tanya Liu An. “Maaf.” “Nona, apa kau mau ini? Aku akan memberikannya secara cuma-cuma untukmu,” ujar wanita penjual itu. “Tentu saja aku mau!” “Baiklah, ini.” Setelah membayar makanan itu, Liu An kembali berjalan kaki sembari menikmati makanan yang ada di tangannya. Ia tidak memakan semua itu seorang diri, Liu An membaginya bersama Yan Jie. “Yan Jie, wilayah ini sungguh luas, apa aku bisa kembali dengan mudah setelah ini?” tanya Liu An. “Tentu saja bisa, bukankah kau datang bersama aku?” Liu An tersenyum, lalu kembali melangkah, tapi sialnya ia tersandung dan hampir saja terjatuh jika Yan Jie tidak menahan tubuhnya. “Makananku … jatuh.” “Maaf, aku tidak bisa menyelamatkan mereka,” ujar Yan Jie. “Sudahlah! Ayo kita segera mencari Kakak!” ujar Liu An. Yan Jie kembali mengekor, hingga mereka sampai di sebuah tempat yang biasa di sebut dengan guild. Di sana ada banyak sekali pria bar-bar, dan bersikap kasar pada sesame temannya. Sedangkan Liu An masuk begitu saja saat melihat seorang pria sedang bertelanjang d**a dan bersorak gembira karena berhasil melakukan misi. “Ka-kak,” ucap Liu An. Seorang pria yang melihat kedatangan Liu An mendekatinya. Ia bertanya pada Liu An mengenai kedatangannya di guild itu. “Apa kau mencari seseorang di sini?” tanya seorang pria. “I-iya … aku mencari Ka-kak, maksudku … aku mencari Put –“ ucapan Liu An tertahan saat Yue menatapnya dengan mata melebar. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Yue. “Hoi, Alexius Peeter … siapa wanita itu?” tanya seorang teman Yue. “Dia adikku!” ujar Yue. “Apa? Pantas saja wajahnya tidak asing. Adikmu sangat cantik, apa dia juga akan bergabung di dalam guild ini?” tanyanya lagi. “Tidak! Aku harus pergi, dan akan kembali dengan segera,” ujar Yue sembari menarik tangan Liu An. Liu An hanya pasrah mengikuti langkah kaki sang kakak. Sampai mereka berada di tempat yang cukup sepi dari teman-teman Yue. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Yue. “Aku? Aku sedang mencarimu, Kakak.” “Untuk apa? Jika tidak penting, aku harap kau segera pergi dari sini atau … mereka akan tahu siapa aku!” ujar Yue. “Ayahanda mengirim pasukan untuk mencarimu, tetapi Ibu … mengirim aku untuk mencari keberadaanmu.” “Apa? Ibu? Baiklah, aku akan kembali malam ini. Apa kau bisa menahan pasukan Ayahanda?” tanya Yue dengan wajah memohon. “Cih! Baiklah!” “Tuan Putri, pasukan istana sudah sampai di sini,” ujar Yan Jie yang sejak tadi mengawasi sekitar. “Matilah kita!” ucap Yue. “Kakak, apa yang harus aku lakukan?” tanya Liu An bingung. “Seperti biasa saja! Aku harus segera pergi!” ujar Yue sembari berlari dari sana. Pria itu meninggalkan Liu An bersama Yan Jie, sedangkan pasukan dari istana sudah mendekati mereka dan hampir saja menemukan mereka di sana. Yan Jie membawa pergi Liu An dengan cepat, entah bagaimana pria itu melakukannya, karena Liu An hanya terdiam saja. “Tuan Putri, kau baik-baik saja?” tanya Yan Jie. “I-iya. Aku baik.” “Kita kembali ke istana sekarang!” ujar Yan Jie. “Tunggu! Bagaimana dengan Kakak?” “Putra Mahkota bisa kembali sendiri.” “Baiklah.” Akhirnya Liu An kembali ke istana bersama Yan Jie. Mereka kembali berjalan dan melewati beberapa tepi hutan menuju ke Istana. “Yan Jie, hutan ini terlihat sangat sejuk dan indah. Aku ingin berhenti sejenak di sini.” “Baiklah, tetapi jangan terlalu lama. Karena hari semakin gelap, kita tidak tahu apa yang ada di dalam sana.” “Ya, hanya sebentar saja.” Liu An menikmati pemandangan dan suasana sejuk di tepi hutan itu. Namun, pandangan matanya terkejut saat melihat sebuah bayangan hitam di balik pohon yang tidak jauh dari posisinya. “Yan Jie!” seru Liu An. Yan Jie mendekat dan membawa pergi Liu An dari sana. “Tuan Putri, sudah hamba katakan untuk berhati-hati di sana,” ujar Yan Jie mengingatkan. “Aku tahu, tetapi … apa itu? kenapa bayangan itu seperti sedang mengawasi kita?” tanya Liu An. “Mereka monster penjaga hutan, dan Putra Mahkota biasa memburu mereka,” jelas Yan Jie. “Begitu rupanya, pantas saja Kakak tidak pernah kembali ke Istana.” Setelah mendengar penjelasan Yan Jie, mereka kembali ke istana dengan cepat. Melalui pintu belakang yang tidak banyak orang tahu. Saat Liu An masuk ke dalam wilayah istana untuk bertemu dengan Ratu, Liu An bertemu dengan Fang Lin. “Kenapa kau baru terlihat, Tuan Putri?” tanya Fang Lin ingin tahu. “Apa urusannya denganmu, Pangeran?” “Kau!” Yan Jie sudah berdiri di depan Liu An untuk melindunginya. Dan Fang Lin kembali melangkah untuk menjauhi Liu An juga penjaga setianya. “Kenapa Pangeran begitu menyebalkan?” tanya Liu An. “Pangeran ingin diakui oleh semua orang, jadi ia melakukan hal yang seperti itu.” “Hmm, sepertinya dia kurang asupan –“ “Tuan Putri, Ratu sudah menunggu anda,” ujar seorang pelayan istana. “Baiklah, aku akan segera ke sana,” jawab Liu An. Akhirnya Liu An berjalan menuju ke istana utama untuk menemui sang Ratu. Bersama Yan Jie yang masih mengekor dari belakang. Sampai di depan pintu masuk istana, seorang penjaga berteriak mengatakan jika Liu An telah hadir di dalam istana. Saat itu juga pintu masuk terbuka, hanya saja Yan Jie tidak diperbolehkan untuk masuk tanpa izin dari Ratu. “Yan Jie, jangan pergi terlalu jauh,” ujar Liu An. “Baik, Tuan Putri.” Langkah kaki Liu An terasa berat, ia merasa ada sesuatu di dalam sana yang sedang menunggu. Dan benar saja, bukan sang Ratu yang ada di sana, melainkan sang Raja. Liu An menelan ludahnya dengan kasar saat tahu sang Ayah yang sedang duduk di sana dengan wajah dingin. “A-ayahanda,” ucap Liu An sembari memberikan hormat. “Putri Liu An, kemarilah!” panggil Raja Long Cheng. Liu An berjalan mendekati sang Raja, lalu ia duduk di sampingnya. “Ayahanda … ada apa memanggil aku?” tanya Liu An. “Apakah aku memerlukan alasan untuk memanggil anakku sendiri?” tanya sang Raja. “Tentu saja tidak, Ayah. Maafkan aku.” “Baiklah, sekarang … apa kau bisa menceritakan apa yang terjadi hari ini?” Liu An terdiam sejenak, dan ternyata ia tahu maksud dari perkataan sang Raja. Ya … itu karena Liu An bisa membaca pikiran sang Raja dengan jelas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN