9. Pergi mengikuti kelas

1218 Kata
Akhirnya ke dua mata Liu An kembali terbuka, ia melihat ada Yan Jie sedang duduk di kursi santai yang ada di dalam kamar itu. Tidak terkejut, justru Liu An seperti menikmati pemandangan dihadapannya. Saat Liu An tersenyum, Yan Jie membalas senyuman itu. Terlihat begitu manis dan memabukkan. “Yan Jie, sepertinya aku jatuh cinta padamu,” gumam Liu An. “Tuan Putri, apa kau sudah sadar?” tanya Yan Jie. Kedua mata Liu An mengedip beberapa kali. Lalu ia mencubit pipinya sendiri hingga mengaduh. Bukan, saat ini bukanlah mimpi. Ia benar-benar melihat Yan Jie di dalam kamar itu. Seketika tubuh Liu An berpindah posisi menjadi duduk. Dengan selimut yang digunakan untuk menutup tubuhnya. Liu An merasa sangat malu di depan Yan Jie. “Kenapa kau ada di dalam kamarku?” tanya Liu An. “Tuan Putri, kau mengunci pintu dan mendekam kuncinya saat aku masih ada di dalam kamar ini. Jadi, bagaimana aku bisa keluar?” tanya Yan Jie. “Maaf, aku tidak tahu jika kau masih ada di dalam kamar ini. Kuncinya … ini, kau bisa keluar sekarang.” “Baik, Tuan Putri.” Yan Jie akan mengambil kunci kamar Liu An, akan tetapi tiba-tiba saja kaki Yan Jie terpeleset oleh sesuatu hingga ia terjatuh di atas ranjang. Lebih tepatnya, Yan Jie jatuh di dalam pelukan Liu An dengan bibir mereka yang saling menempel. Liu An masih memejamkan matanya merasakan lembutnya bibir Yan Jie. Sedangkan pria itu sendiri masih tidak percaya sudah melakukan hal bodoh seperti saat ini. Yan Jie dengan segera berdiri dan meminta maaf berkali-kali pada Liu An. “Maafkan hamba, maafkan hamba.” “Ini kuncinya.” Yan Jie meraih kunci itu dan berjalan ke luar dari kamar Liu An. Liu An menyentuh bibirnya yang masih bisa merasakan kejadian itu. Bibir mereka saling menempel, tanpa sengaja, dan hal itu membuat jantung Liu An semakin berdetak kencang. “Hampir saja aku mati untuk kesekian kalinya,” gumam Liu An. *** Tok Tok Tok “Tuan Putri, kami mengantarkan makan siang,” ujar pelayan istana. “Masuklah!” Pelayan itu masuk dengan membawa hidangan dari dapur istana. “Letakkan saja di sana, aku akan segera memakannya.” “Baik, Tuan Putri.” Setelah itu, mereka pun pergi dari kamar Liu An. “Sudah beberapa jam aku seperti orang bodoh*,” gerutu Liu An. Ia turun dari atas ranjang, dan kembali duduk di kursi yang ada di dalam kamar itu. Liu An menikmati makan siangnya seorang diri di dalam sana, tanpa adanya keributan seperti pagi ini. Setelah selesai dengan makan siang itu, seorang pelayan kembali masuk dan mengatakan jika aka nada kelas etiket untuk Liu An. Raja berpesan agar Liu An tidak menghindari kelas itu lagi, mengingat posisinya sebagai Putri dari kerajaan Dragon Empire. “Baiklah, aku akan mengikuti kelas itu,” ujar Liu An. Akhrinya Liu An bersiap untuk menghadiri kelas etiket. Ia mengenakan pakaian berwarna ungu dengan motif bunga yang berwarna merah jambu. Liu An duduk di satu tatanan dengan anggun, ia melihat ada seorang wanita yang berdiri di depan pintu hendak masuk ke dalam ruangan itu. Tidak ada orang lagi selain Liu An yang mengikuti kelas itu. Sehingga suasana membuat Liu An cepat bosan. “Kenapa tidak ada lagi yang mengikuti kelas ini?” tanya Liu An. “Tuan Putri, para selir sudah mengikuti kelasku selama ini, dan kini giliran dirimu.” “Siapa kau?” tanya Liu An. CTAK! Sebuah rotan dipukulkan di atas meja oleh wanita itu. Tentu saja membuat Liu An terkejut hingga hampir saja ia melempar meja ke arah wanita dihadapannya. “Tuan Putri sangat tidak sopan, coba ulangi lagi pertanyaanmu!” ‘Bagaimana bisa anak seorang Raja tidak memiliki sikap yang bagus seperti ini? Bukankah seharusnya dia bertanya dengan anggun.’ Isi pikiran wanita di hadapan Liu An. Liu An tersenyum ramah, lalu ia bertanya dengan anggun tentang siapa nama dari wanita itu. “Bagus sekali, Tuan Putri. Namaku adalah Cruzia. Seorang pengajar etiket untuk anak bangsawan dan kerajaan,” jelasnya. ‘Begitu lebih baik, sadar anak tidak tahu diri!’ Liu An merasa sakit hati dengan isi pikiran wanita bernama Cruzia itu. Hingga akhirnya Liu An memanggil Yan Jie untuk mengajaknya pergi dari sana. “Permisi, Tuan Putri harus segera menghadap Ratu Mo Ai,” ujar Yan Jie. “Apa Sang Ratu tidak tahu jika anaknya sedang menjalani kelas etiket?” tanya Cruzia. “Maaf, jika kau melarang Tuan Putri bertemu dengan ibunya sendiri, maka aku akan mengatakannya pada Sang Ratu agar sendirinya yang menjemput Tuan Putri kemari,” ujar Yan Jie lagi. “Baiklah, kau bisa membawa Tuan Putri pergi dari sini!” Liu An tersenyum, dan akhirnya berjalan keluar bersama Yan Jie. Saat mereka sudah sampai di luar ruangan, Liu An merasa seperti terbebas dari sangkar burung. “Yan Jie, orang itu –“ “Dia adalah goblin, Tuan Putri.” “Apa? Goblin? Bagaimana bisa makhluk seperti itu bisa masuk ke dalam istana?” tanya Liu An ingin tahu. “Entahlah, aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada istana ini.” Liu An merasa aneh lagi dengan sikap Yan Jie. Lalu ia sadar jika yang datang bukanlah Yan Jie yang asli, melainkan Vahzang. “Vahzang, apa kau menjemput aku untuk berlatih?” tanya Liu An. “Bagaimana bisa kau mengetahui siapa aku, Tuan Putri?” tanya Vahzang yang kini menampakkan mata birunya. “Sikapmu sangat berbeda dari Yan Jie, tentu saja aku bisa membedakan kalian dengan mudah.” “Jika seperti itu, ikutlah bersamaku untuk kembali ke atas bukit.” “Baiklah.” Langkah kaki Liu An mengikuti Vahzang hingga sampai di atas bukit. Liu An melakukan latihan memanah di sana, dengan arahan yang diberikan Vahzang, akhrinya Liu An berhasil mendapatkan sasarannya. Tidak hanya memanah, Liu An yang sebenarnya adalah seorang ahli pedang. Tidak heran jika ia bisa mengalahkan Vahzang saat beradu pedang. “Cukup untuk hari ini, kau sudah sangat hebat.” “Cukup! Jangan memujiku terus menerus.” Liu An nampak malu. “Tuan Putri, apakah kau tidak ingin tinggal di dalam hutan ini?” tanya Vahzang. Sama seperti Yan Jie, entah kenapa Liu An tidak bisa membaca pikiran pria itu. Sampai akhirnya Liu An menjawab jika ia masih belum tertarik untuk menetap di dalam hutan menakutkan itu. meski memiliki pemandangan yang begitu indah tentunya. “Aku harus kembali ke istana, aku takut Raja akan menyadari jika aku tidak ada di dalam kamar.” Liu An berjalan kembali ke arah istana. Dan ia melewati pintu rahasia seperti biasanya. Hanya saja, kali ini ia bertemu dengan Yue yang juga akan pergi dari istana melalui jalan itu. “Kakak!” “Kenapa kau ada di sini?” tanya Yue penuh curiga. “A-aku … aku hanya sedang menikmati pemandangan.” “Dasar kau ini! Aku harus pergi, kau tahu apa yang harus kau lakukan jika Ayah bertanya mengenai diriku,” ujar Yue. “Kakak, kenapa kau selalu pergi? Tidak bisakah kau tinggal lebih lama?” tanya Liu An. “Maafkan aku, Liu An. Ada misi penting yang menunggu di luar sana, dan semua ini atas perintah Ibu. Kau harus menjaga dirimu selama aku tidak ada di dalam istana.” “Baiklah, Kak.” Setelah kepergian Yue, Liu An kembali ke dalam kamarnya. Dia melepaskan seluruh pakaian dan mulai merendam tubuhnya di dalam bak mandi berisi air hangat. “Ah … sangat nyaman.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN