Gama melajukan motornya agak cepat, berharap Ara masih ada di halte. Namun belum sampai halte, ia menemukan Ara yang tengah berjalan sendirian. Gama menghela napas lega karena setidaknya ia masih bertemu Ara. Gama menghentikan motormya tepat di samping gadis itu. Ara langsung menoleh dengan wajah terkejutnya. “Gama?” “Ayo naik!” Ara terdiam sebentar. Ia bimbang harus naik atau tidak. Tapi ia juga tidak mungkin berjalan kaki sampai ke rumah. “Ara, naik!” pinta Gama dengan menekankan kata terakhir. Alhasil, Ara menurut. Ia naik ke motor Gama, lalu mereka pergi dari sana. di perjalanan, Ara tidak mengatakan apa-apa. Ia cukup malu karena berbohong soal memesan taksi, ditambah harga dirinya yang sudah tinggi ketika menolak Gama tadi, langsung jatuh saat ia akhirnya memilih ikut cowok itu.

