Tanpa terasa 4 tahun sudah berlalu, semenjak Clara memutuskan untuk merantau ke kota orang demi melanjutkan pendidikan nya di jenjang universitas. 4 tahun pergi dari ibu kota dan hidup sendiri tidak membuat Clara merindukan keluarga nya, karena memang selama ini Clara pun hidup seorang diri meskipun dekat dengan orang tua nya.
Selama 4 tahun belakangan ini clara sama sekali tidak menggunakan koneksi atau nama Wijaya yang masih tersemat dengan rapih di belakang nama nya. Bahkan Clara berusaha hidup mandiri dengan mencari pekerjaan part time demi bisa mempunyai pendapatan sendiri karena Clara sudah bertekad untuk menghapus nama Wijaya dari nama nya setelah dia bisa hidup sendiri dengan mandiri.
Tekad itu muncul di sebabkan oleh rasa kecewa Clara kepada kedua orang tua nya yang bahkan tidak peduli sedikitpun perihal dirinya yang membutuhkan salah satu dari mereka terutama ayah nya. Clara masih ingat sejak dirinya pertama kali masuk sekolah dimana mayoritas anak murid yang lainnya datang diantar ibu atau ayah ada juga yang diantar keduanya. Lain hal nya dengan Clara yang hanya diantar oleh pengasuh nya, dan itu terus berlanjut bahkan sampai Clara lulus S1 dan wisuda. Harapan terakhir Clara adalah menghubungi orang terdekat kedua nya yaitu asisten masing-masing, tapi apa boleh buat tidak ada satupun yang bisa datang karena sibuk dengan urusan mereka pribadi.
Ibu Clara sedang menemani suami nya untuk perjalanan bisnis ke beberapa negara, sedangkan ayah nya yang baru saja menikah lagi sedang melakukan bulan madu ke luar negeri. Dan jadilah Clara sekali lagi memalui hari penting dalam hidupnya tanpa di dampingi oleh seorang pun keluarga.
Dan sebagai seorang anak, Clara merasa jika dirinya sudah tidak lagi dianggap sebagai seorang anak karena tidak ada satu pun perhatian yang di berikan, Clara merasa seperti dibuang oleh keluarga nya sendiri. Maka karena hal itu lah Clara memutuskan untuk tidak lagi menggunakan nama belakang Wijaya dan hanya Clara Annisa.
"Jadi sekarang apa yang bakal lo lakuin Ra?" tanya sahabat Clara yaitu Vani, kedua nya saling mengenal sejak awal masuk perguruan tinggi, dimana pada awalnya mereka sama sama datang dari luar kota dan mencari kost di daerah yang sama lalu saat awal ospek ternyata mereka terdaftar di kampus yang sama.
"Gw bakalan cari kerja dulu kayak nya deh, lagian emang itu tujuan gw" kata Clara menanggapi pertanyaan Vani.
Saat ini keduanya sedang ada di kost tempat mereka tinggal, Vani sedang menemani Clara yang menulis lamaran pekerjaan dan mencari lowongan.
"Kenapa Lo gak ikutin kata Devan aja sih? Kerja di kantor bokap nya, Lo udah pasti diterima dan bisa Deket sama Devan juga" kata Vani lagi memberikan saran kepada Clara.
"Van, plis. Gw lagi mau serius buat bangun karier gw dulu, pacaran atau terlibat dalam hubungan tuh lagi gak gw pikirin sama sekali" kata Clara
Clara benci jika sudah ada yang membahas masalah asmara. Kejadian 4 tahun yang lalu dan rumah tangga kedua orang tua nya membuat Clara takut untuk menjalin hubungan. Katakan saja Clara merasakan trauma, dan hal yang membuat nya tidak mau berurusan dengan hal yang di sebut cinta karena pertama kali Clara merasakan cinta, saat itu juga Clara merasakan sakitnya patah hati.
Sedikit cerita, Clara dan Vani adalah salah satu primadona kampus, tidak jarang yang terang terangan mengatakan menyukai mereka atau mengagumi sosok kedua nya terutama Clara yang pada saat itu masih menggunakan nama Wijaya. Nama keluarga Wijaya sendiri cukup terkenal terutama dalam dunia bisnis.
Salah satu contoh sosok yang menyukai sepasang sahabat itu adalah Devan dan Devian, kedua saudara kembar itu menyukai masing masing dari mereka.
Devan menyukai Clara, dan Devian menyukai Vani. Hanya saja Devian memiliki nasib yang lebih beruntung karena Vani menyukai pria itu kembali.
Lain hal nya dengan Devan yang sudah 3 tahun ini menyukai Clara tapi sampai saat ini tidak kunjung ada berita baik. Hati Clara terlalu dingin atau bahkan beku untuk di cairkan, dan tidak ada yang mengetahui itu karen Clara juga tidak pernah bercerita pada siapapun.
"Maaf Cla" kata Vani
Keduanya memang dekat, bahkan banyak yang mengatakan jika mereka saudara jika tidak tau asal usul nya. Tapi mau sedekat apapun mereka belum bisa membuat Clara percaya sepenuhnya untuk menceritakan apa yang pernah terjadi di masa lalu nya selain jika dirinya adalah anak broken home.
"Santai aja, gw juga ngerti kok kalo lu mau nya gw kerja bareng sama Lo di perusahaan keluarnya Devan. Tapi maaf Van, gw bisa karna kalo gw terima tawaran Devan sama aja gw ngasih harapan ke dia"
"Gw ngerti. Apapun yang akan Lo lakuin gw bakalan selalu dukung" kata Vani
"Makasih ya Van" kata Clara dengan senyum yang tulus, Clara tidak berbohong saat dirinya mengatakan kalau memiliki Vani disisi nya sangatlah menyenangkan.
.
.
.
Setelah satu Minggu yang lalu Clara mengirim lamaran pekerjaan ke sebuah perusahaan ternama di kota itu akhirnya Clara mendapatkan panggilan untuk melakukan interview.
"Udah siap Ra?" tanya Vani pada Clara yang sedang bersiap-siap untuk melakukan interview pertama nya.
Vani dan Clara akan berangkat bersama karena searah, tapi Vani di jemput oleh Devian yang membuat Clara mau tidak mau ikut bersama dengan pasangan itu.
"Udah, yuk lah kedepan kasian Devian kalo nunggu lama" kedua nya pun berjalan keluar bersamaan dan menuju mobil milik Devian yang sudah menunggu di depan gerbang kost mereka.
"Maaf ya Dev lama" kata Clara begitu masuk ke bangku belakang mobil dan Clara yang di sebelah Devian.
"Santai aja kali Cla, kayak sama siapa aja" kata Devian sambil menjalankan mobil nya menuju tujuan mereka.
"Jadi Lo mau kemana Cla?" tanya Devian memecah keheningan di dalam mobil itu.
"KL Corp" kata Clara
"Lo kerja disana?"
"Baru mau interview, doain ya Dev supaya di terima dan gw gak jadi pengangguran lagi" kata Clara dengan nada bercanda dan hal itu membuat Devian terkekeh.
"So pasti dong, tapi kalo Lo gak lolos kayaknya lo bisa deh pertimbangkan tawaran Devan" kata Devian lagi
"Sorry ya dev kayak nya nggak bisa, Gw gak mau jadi cewek manja Dev, dengan ketergangtungan sama cowok. Gua udah pernah kecewa karna terlalu berharap sama orang terutama cowok" kata Clara yang langsung membuat Devian mengerti
.
.
.
Devian baru saja sampai di perusahaan milik ibu nya yang sekarang di urus oleh dirinya dan juga sang kakak kembar Devan. Melihat apa yang sedang dilakukan oleh Devan membuat Devian menggelengkan kepala nya pelan.
"Lo belom sembuh sembuh ya bang" kata Devian yang jelas mengagetkan Devan yang sedang bermesraan dengan wanita nya. Wanita yang sekedar menjadi pelampiasan rasa frustasi Devan.
"Lo keluar nanti malem gw telfon" kata Devan pada perempuan itu. Setelah memastikan wanita itu sudah keluar, Devian mendudukkan diri di sebelah Devan yang kembali membenarkan baju yang dipakai nya.
"Gw bener bener gak tau lagi harus apa Vian. Kenyataan yang gw terima beberapa bulan kemaren bener bener bikin gw frustasi" kata Devan.
"Ya itu bukan alasan bikin lu jadi cowok b******n Dev. Mau gimana lagi semua juga udah terjadi, Lo tega bikin mamah sedih dan inget kelakuan b***t papa yang ninggalin kita?" tanya Devian.
Devan tertunduk lesu, dia tidak mau senyum diwajah mamah nya hilang karena ke egoisan nya. Tapi dia tidak bisa dengan mudah juga untuk melupakan sang pujaan hati begitu saja.
"Ini kan yang kita mau? Ngelakuin apapun supaya mamah bahagia" kata Devian lagi.
"Tapi ini gak gampang Vian. Lo gak tau gimana posisi gw"
"Gw emang gak di posisi lo bang, tapi apa lo lupa kita itu saudara kembar yang punya ikatan batin. Lo sakit gw juga sakit, tapi sakit itu gak sebanding dengan rasa sakit kita ngeliat mamah nangis" kata Devian mencoba menasihati sang kakak
.
.
.
Clara baru saja selesai melakukan interview, dan senyum terus mengembang di wajah wanita itu karena dia langsung mendapatkan informasi jika dirinya di terima di posisi sekretaris CEO di perusahaan itu. Dia sangat bersyukur sekali karena dia pertama kali mendapat panggilan interview langsung di terima.
Tugas Clara sebagai sekretaris CEO bisa dikatakan banyak, HRD yang tadi menginterview nya mengatakan jika dia harus siap menghendel setiap pekerjaan jika CEO mereka tidak datang ke perusahaan.
Maklum saja CEO perusahaan ini memiliki anak kecil, dan pria itu lebih mengutamakan kepentingan putra semata wayang nya jadi tidak jarang jika anak nya rewel saat di bawa ke perusahaan maka mereka akan pulang atau pergi dari sana.
Setelah melakukan interview itu Clara memutuskan untuk pulang, dia sendiri bahkan sudah memesan taksi online. Dan saat Clara sendang menunggu taksi datang di luar lobby perusahaan, dia melihat seseorang yang terlihat tidak asing di mata nya dengan setelah jas nya yang membuat terlihat gagah.
Pria itu memasuki sebuah mobil mewah yang sudah menunggu, dan tidak lama kemudian mobil itu pergi. Sebelum masuk mobil tadi, Clara sempat melihat wajah yang berkacamata hitam itu. Wajah yang rasanya tidak asing di mata Clara namun wanita itu lupa dimana pernah melihat nya dan kapan dia melihat itu.
'tin tin tin' Clara dikagetkan dengan siaran klakson yang berasal dari taksi yang dia pesan. Lalu langsung saja dia masuk kedalam taksi yang akan membawa nya kembali ke kost tempat nya tinggal.
Clara pun melupakan apa yang dia lihat tadi, karena bukan waktunya untuk memikirkan sesuatu yang tidak penting. Clara hanya perlu fokus pada pekerjaan baru nya sekarang, karena masih ada tujuan yang harus dia gapai untuk membuktikan jika dia bisa tanpa keluarga nya.
Tbc