14

2636 Kata
Satu minggu telah berlalu sejak Dita kabur. Reza terus berusaha mencari Dita. Reza yang saat itu telah bekerja di hotel milik orang tuanya Fiko, sering kali tidak bisa berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya. Di benak Reza selalu muncul bayang-bayang Adiknya Dita. Di suatu malam saat hendak pulang dari kantor, dan seperti biasanya sambil menyetir mobil, Reza menolehkan kelapanya ke kanan dan ke kiri untuk melihat g**g-g**g kecil yang dilaluinya. Reza selalu berharap di salah satu g**g yang dilaluinya itu, Dia akan melihat sosok Dita adiknya. Reza pun juga terus berharap bahwa suatu waktu Dita akan menghubungi dirinya. Berkali-kali Reza mengecek handphonenya, karena Dia sangat berharap saat itu ada telpon dari Dita. Hingga akhirnya Reza pun kemudian tak sengaja menjatuhkan handphonenya, dan tepat saat itu pula terdengar ada panggilan masuk di handphonenya. Reza dengan segera berusaha mengambil handphone yang terjatuh ke bawah tempat duduknya itu, dan seketika pula Reza merasa tubuhnya terasa sangat berat, dan setelah itu Reza kehilangan kesadarannya. Saat Reza membuka matanya, Dia melihat ada Mamanya yang sedang menggenggam erat tanganya dan tampak sedang menangis. “Mama..” panggil Reza pelan. “Reza!” ujar Mamanya terkejut. Mamanya lantas mencium tangan dan kening Reza. Setelah itu Mamanya segera berlari keluar ruangan dan kembali dengan beberapa orang yang mengenakan seragam rumah sakit. Saat itu Reza belum menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit. Beberapa orang petugas rumah sakit yang datang bersama Mamanya segera memeriksa kondisi Reza. Setelah mendengar percakapan para petugas rumah sakit itu dengan Mamanya, Reza baru tersadar bahwa dirinya telah satu minggu berada di rumah sakit dalam keadaan koma. “Reza..! Reza istirahat ya.. Mama akan selalu di sini untuk jagain kamu” ujar Mamanya sambil menahan air matanya. Reza hanya menganggukan kepala dan tersenyum kepada Mamanya. Saat itu Reza merasa seluruh tubuhnya terasa kaku dan sakit terlebih lagi pada kaki kanannya. Reza merasa kaki kanannya terasa sangat keram dan susah untuk digerakkan. “Ma.. kenapa kaki kanan Reza rasanya sakit banget. Reza nggak bisa gerakin kaki kanan Reza, Ma” ujar Reza yang berusaha menggerakkan kakinya. “Reza istirahat aja ya..! Nggak usah banyak gerak dulu” ujar Mamanya dengan suara sedikit bergetar sambil merapikan selimut Reza.            Setelah dua hari Reza sadar dari komanya, Reza hanya terus terbaring di atas ranjang rumah sakit. Setiap kali Reza ingin bangun, Mamanya selalu melarang Reza. Selama dua hari itu Mamanya tidak pernah mengizinkan Reza untuk bangun dari tempat tidurnya. Di suatu hari, saat Mamanya tidak ada diruangan, Reza perlahan-lahan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. Saat itu Reza mulai merasa ada yang aneh pada kaki kanannya. Kaki kanannya terasa sangat sakit dan tidak bisa digerakkan. Dengan menahan rasa sakit Reza terus berusaha bangun dari tempat tidurnya, tapi Reza tetap tidak mampu untuk bangun. Reza kemudian memegang kaki kanannya dan menariknya perlahan-lahan. Perlahan Reza menurunkan kaki kanannya kelantai, lalu Reza berusaha untuk berdiri, dan seketika itu juga tubuh Reza lengsung terjatuh. Kaki kanannya terasa sangat sakit dan tidak kuat untuk menopang tubuhnya. Mamanya yang saat itu baru masuk ke kamar rawat Reza, spontan berteriak histeris dan Mamanya menjerit dari depan pintu kamar rawat Reza untuk meminta pertolongan. “Reza, kecelakaan itu membuat tulang kaki kanan kamu patah. Dokter udah mengoperasi kaki kamu. Kamu harus ikut terapi agar bisa berjalan normal kembali. Mama yakin kamu pasti bisa. Kamu adalah anak Mama yang kuat” ujar Mamanya setelah Reza diangkat ke tempat tidur kembali. Mamanya berusaha menahan air matanya di hadapan Reza. “Iya Reza. Kamu pasti bisa berjalan dengan normal kembali. Kami sudah melakukan tindakan operasi untuk memasang pen di kaki kanan kamu, tujuannya untuk mempertahankan posisi tulang selama proses penyembuhan agar ujung tulang yang patah dapat tersambung kembali. Nanti setelah satu bulan dari operasi kamu juga harus menjalani rehabilitasi medis fisioterapi untuk menghindari terjadinya kaku sendi” jelas dokter tersbut kepada Reza. Sementara itu Reza hanya terdiam, Reza sangat terpukul saat mendengar kenyataan tersebut. Harapannya untuk mencari dan menemukan Dita telah sirna. Reza pun memejamkan matanya berusaha untuk meredam rasa kesal di dalam hatinya. Setelah Reza diizikan pulang, dokter yang selama ini merawat Reza memberikan jadwal terapi kepada Reza. Setelah berada di rumahnya Reza hanya memperhatikan jadwal terapi yang telah di berikan oleh dokter saat di rumah salkit. Tidak ada niat di hati Reza untuk mengikuti terapi tersebut. Reza telah kehilangan gairah hidupnya semenjak kepergian Dita dan ditambah lagi dengan kondisinya yang tak bisa berjalan, membuat Reza benar-benar mengurung dirinya. Reza banyak mengabiskan waktunya dengan merenung dan mengurung diri di kamarnya. Berhari-hari Mamanya terus membujuk Reza untuk mengikuti terapi yang telah disarankan dokter, tapi Reza selalu menolaknya dengan keras. “Ayo dong Za.. Mama anterin Kamu terapi ya” bujuk Mamanya di suatu siang. Reza tampak tidak merespon perkataan Mamanya, Dia hanya berdiam diri sambil terus duduk di kusi roda dan memandang jauh ke arah luar jendela kamarnya. “Reza.. kalauKamu kayak gini terus. Kamu selamanya nggak akan bisa jalan lagi. Kamu mau jadi lumpuh..?” ujar Mamanya sedikit kesal kerena selalu tidak diperdulikan oleh Reza. “Reza.. Mama mohon..! Reza ikut terapi ya..! Mama nggak mau Reza jadi lumpuh.. Mama nggak mau Kamu menyia-nyiakan hidup Kamu kayak gini. Mama sedih liatnya” ujar Mamanya yang terduduk disalah satu sisi kursi roda Reza dengan suara sedikit bergetar karena manahan emosinya. “Reza, jawab omongan Mama..! ” ujar Mamanya kembali kesal. “Kenapa Kamu memperlakukan Mama kayak gini..? apa Kamu benci sama Mama..? Kenapa Reza..? kenapa..?” ujar Mamanya dengan linangan air mata. “Kenapa Reza tega ngelakuin ini sama Mama..? apa salah Mama..?” tambah Mamanya lagi. Reza hanya terus berdiam diri tanpa memperdulikan Mamanya yang bersedih. Sebenarnya saat itu Reza tidak bermaksud membuat Mamanya bersedih. Hanya saja saat itu pikiran Reza sangat kalut, Reza benar-benar tidak tahu harus berbuat apa pada hidupnya. Oleh karena itu mulutnya seakan terkunci hingga Dia tak mampu untuk mengeluarkan kata-kata. Di suatu hari, Reza kembali duduk termenung di atas kursi rodanya, di hadapanya ada boneka Papa milik Dita yang diambilnya dari kamar Dita saat Dita menghilang. Reza terus memperhatikan boneka itu, sesekali Reza mengajak boneka Papa berbicara, lalu memeluk boneka Papa itu. Saat sedang asik berbicara dengan boneka Papa, tiba-tiba Reza teringat akan cerita Mamanya di rumah sakit di saat Dita belum siuman. Saat itu Mamanya membuka rahasianya tentang Dita. Fiko dan Rangga yang ada di rumah sakit saat itu juga ikut mendengarkan cerita tersebut. Semua itu berawal dari persahabatan tiga orang Mahasiswa, yaitu Dendi heriawan, Suseno Pranaja dan Niken Handayani. Mereka bertiga berteman sejak pertama kali menginjakkan kaki di sebuah Universitas di kota Batam. Karena seringnya mereka menghabiskan waktu bersama-sama, timbulah rasa cinta di hati Niken kepada sahabatnya yang bernama Dendi. Niken sebenarnya telah lama memendam rasa cinta kepada Dendi. Tapi Niken takut mengutarakan perasaannya itu kepada Dendi. Karena Niken takut hubungan persahabatannya akan hancur jika nanti ternyata Dendi tidak menyukai hal itu. Di suatu hari Niken mendengar kabar dari teman-teman kampusnya bahwa Dendi telah memilih seorang perempuan yang bernama Meta untuk menjadi kekasihnya. Dibandingkan dengan Niken, Meta adalah perempuan yang tidak ada apa-apanya. Meta hanyalah seorang perempuan miskin dan anak yatim piatu. Meta bisa berkuliah di sana karena Dia mendapatkan beasiswa dari Universitas. Saat itu Niken sangat kesal mendengar berita bahwa ternyata yang dipilih Dendi adalah Meta bukan dirinya. Menurut Niken hanya dirinyalah yang pantas untuk menjadi kekasih Dendi saat itu. Pada suatu hari saat pulang kuliah, Seno mengajak Niken pergi ke taman hiburan. Dan di saat itu Dendi tidak ikut bersama mereka. Di taman hiburan itu, setelah mereka puas bermain, Seno mengutarakan perasaannya kepada Niken. Saat itu Niken hanya berdiam diri, sampai akhirnya Seno menjelaskan bahwa Dia mengetahui semua tentang perasaan Niken yang menyukai Dendi. Seno pun menjelaskan alasan Dendi memilih Meta. Seno sudah sangat kenal dengan Dendi, karena Dendi adalah teman Seno sejak SMA, Sehingga tidak ada rahasia di antara mereka berdua. Selain sederhana, baik, dan ramah, Meta adalah sosok perempuan yang kuat dan sosok yang mampu memberikan Dendi kekuatan saat sedang terpuruk akibat ayahnya yang tersandung kasus korupsi. Ayahnya Dendi dijatuhi hukuman penjara yang sangat lama, dan karena malu dan frustasi Ayahnya Dendi memilih mengakhiri hidupnya dengan meminum obat penenang sabanyak-banyaknya. Mamanya Dendi meninggal dunia karena serangan jantung akibat mendengar berita bahwa suaminya telah melakukan tindakan bunuh diri. Dendi pun dikucilkan oleh teman-temannya dan terbuang dari sanak saudaranya. Saat itu Meta datang merangkul Dendi yang sedang sangat terpuruk. Meta laksana malaikat yang dikirim tuhan untuk Dendi. Di saat teman-temannya menghujat Dendi, Meta selalu berdiri di depan Dendi untuk melindungi Dendi dari hujatan tersebut. Hanya dengan bersama Meta saja Dendi bisa mendapatkan ketenangan dan kekuatan untuk terus bertahan hidup. Meskipun Niken telah mengetahui alasan Dendi memilih Meta, tapi Niken tetap tidak memperdulikan alasan itu. Cinta Niken begitu besar untuk Dendi, Niken terus berusaha mendapatkan cinta dari Dendi. Sampai suatau saat Niken memberanikan dirinya untuk mengutarakan tentang persaannya kepada Dendi, Niken pun terus memohon kepada Dendi untuk menerima cintanya. Tapi Dendi tidak pernah mau menerimanya, Dendi hanya menganggap Niken sebagai seorang sahabat baiknya.            Setelah tamat kuliah Dendi dan Meta segera meresmikan hubungan mereka. Mereka menikah dan dikaruniai seorang anak lak-laki, mereka hidup dengan kesederhanaan. Tak lama kemudian Niken yang telah menerima kehadiran Seno di hidupnya, juga segera meresmikan hubungan mereka. Niken dan Seno juga dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Reza Hadyan Pranaja. Niken berusaha melupakan cintanya terhadap Dendi. Niken berusaha untuk hidup bahagia bersama Seno dan putranya. Suatu malam Seno mendapat telpon dari sebuah rumah sakit. Pihak rumah sakit mengabarkan bahwa Dendi dan keluarganya mengalami kecelakaan mobil. Mobil mereka tertabrak oleh truk pengangkut barang saat di jalan menuju rumah sakit saat hendak mengantarkan Meta melahirkan anak keduanya. Seno dan Niken segera bergegas menuju rumah sakit tersebut. Di sana mereka menemui tubuh Dendi yang bersimbah darah. Meta dan anak laki-lakinya telah dikabarkan meninggal dunia oleh dokter. Saat itu Dendi menitipkan seorang bayi perempuan kepada Seno dan Niken. Bayi itu adalah anak kedua Dendi yang baru saja lahir. Bayi itu bernama Meggi Anandita.   Seno sangat menyayangi Dita, Seno menganggap Dita seperti anaknya sendiri, karena Dita adalah anak dari sahabat karibnya. Tapi Niken tidak bisa bersikap seperti Seno, Dia sangat membenci Dita. Dengan melihat Dita, Niken pasti akan mengingat Meta yang telah merebut Dendi darinya. Oleh karena itu Niken tidak bisa memberikan kasih sayangnya kepada Dita. Tapi terkadang ada timbul rasa sayang terhadap Dita di hati Niken. Ingin rasanya Dia memeluk Dita yeng telah tumbuh besar bersamanya, tapi rasa egois di hati Niken lebih besar, hingga menutupi rasa sayangnya terhadap Dita. “Tok…tok… tok…” “Reza, Mama masuk ya..!” ujar Mamanya dari depan pintu kamar Reza. Suara ketukan pintu dan panggilan Mamanya itu membuat Reza tersadar dari lamunannya akan cerita tentang Dita. Mamanya kemudian segera masuk ke kamar Reza. Setelah berada di samping kursi roda Reza, Mamanya kembali membujuk Reza untuk mengikuti fisioterapi di rumah sakit. Tapi Reza kembali menolak ajakan Mamanya itu. Reza malah meminta Mamanya untuk meninggalkannya sendirian. XXX                                      XXX                                      XXX Di suatu malam Dita asik membersihkan dan merapikan kursi dan meja makan yang terlihat sangat kotor.  Di sebuah rumah makan yang sederhana itulah Dita bekerja. Pemilik warung makan itu adalah tetangga Dita di rumah sewaanya. Karena melihat Dita menganggur, Bu Tari lantas mengajak Dita untuk membantunya menjaga warung makan miliknya. Dari sanalah Dita mendapat uang untuk membeli kebutuhan sehari-harinya. Meskipun itu tidak cukup tapi Dita bersyukur setidaknya Dia telah mendapatkan uang dari jerih payahnya sendiri. Setelah semua meja rapi Dita dan Bu Tari pun pulang bersama-sama berjalan kaki, karena letak warung makan itu berada tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Di kursi teras rumahnya, Dita melihat Rangga tengah duduk termenung. Setelah berpisah dengan Bu Tari, Dita segera berjalan menghampiri Rangga. “Kak Rangga” tegur Dita yang membuat Rangga tersadar dari lamunannya. “Tumben Kak Rangga datengnya malam-malam kayak gini” ujar Dita setelah duduk di samping Rangga. “Dita, ada yang ingin Kakak sampaikan sama Dita. Kakak harap Dita bisa tenang” ujar Rangga dengan serius. “Apa sih Kak? Kakak pasti mau ngerjain Dita, iya kan..! Pake pasang wajah serius kayak gitu lagi” ujar Dita sambil senyum-senyum. “Ini mengenai Reza” ujar Rangga pelan. Kemudian Rangga terdiam. Dita pun langsung terdiam. Dita merasa ada sesuatu di hatinya yang membuatnya menjadi sangat gelisah, dan saat itu juga muncul perasaan khawatir di hati Dita. “Siang tadi Kakak pergi ke rumah Dita. Rencananya Kakak mau ajak Reza ke sini untuk menemui Kamu. Tapi Kakak bener-bener nggak nyangka, ternyata Reza mengalami kecelakaan sebulan yang lalu. Reza sempat koma selama seminggu. Kaki kanannya harus di operasi. Jika Reza mau berjalan normal kembali, Reza harus mengikuti fisioterapi. Tapi Reza tidak mau mengikuti terapi itu. Reza juga tidak mau bertemu dengan siapa pun. Reza selalu mengurung dirinya di kamar. Mama Dita yang ceritain ini semua sama Kakak. Saat Kakak ke kamar Reza, Reza mengusir Kakak. Dia bener-bener nggak mau ketemu siapapun” ujar Rangga dengan sedih yang berusaha menjelaskan semua peristiwa yang telah menimpa Reza. Mendengar cerita Rangga itu, air mata Dita pun langsung menetes, Dita pun menangis tersedu-sedu. Malam itu juga Dita meminta Rangga untuk mengantarkannya pulang. Rangga pun dengan segera mengantarkan Dita pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah, Dita segera berlari menuju kamar Reza. Dita melihat pintu kamar Reza terbuka lebar. Setelah berada di dapan kamar Reza, Dita melihat Reza sedang duduk di kursi Roda. Reza tampak sedang memandangi boneka papa yang berada di pangkuannya. Dita juga melihat ada Mamanya sedang berdiri di samping kursi Roda Reza. Dita memberanikan dirinya untuk melangkah masuk ke kamar Reza. “Kak Reza” sapa Dita getir. Reza dan Mamanya segera menoleh ke arah Dita. Mamanya pun dengan segera berjalan menghampiri dirinya. “Prak…” terdengar suara keras dari hantaman tangan Mamanya di pipi Dita. Dengan penuh emosi Mamanya kembali menampar Dita untuk kedua kalinya. Dita tidak berusaha untuk mengelak tamparan Mamanya itu, Dita hanya diam saja. Dita membiarkan Mamanya meluapkan semua amarahnya. Dita pun berusaha menahan air matanya, Dita berusaha untuk tegar di hadapan Reza. “Kamu! Kenapa kamu ada di sini...? Ini semua gara-gara kamu! Kamu liat..! sekarang Reza nggak bisa jalan, itu semua karena Kamu. Pergi Kamu…! Mama nggak mau liat kamu lagi.. pergi…!” teriak Mamanya penuh emosi kepada Dita. Di saat itu Dita melihat mata Mamanya mulai berkaca-kaca. “Stop Ma...! Berhenti…! Berhenti nyalahin Dita terus! Ini semua bukan salah Dita” teriak Reza kepada Mamanya. Reza berusaha menjalankan kursi rodanya menghampiri Dita dan Mamanya. Mamanya pun segera pergi meninggalkan kamar Reza. Setelah Mamanya pergi, Rangga yang berdiri di depan pintu kamar Reza, segera melangkahkan kakinya untuk menghampiri Dita. Demikian pula dengan Reza, Reza dengan segera menjalankan kursi rodanya untuk mendekati Dita. Tapi Dita malah pergi keluar dari kamar Reza. Dita segera berjalan dengan cepat menyusul Mamanya. Dita tahu betapa marah Mamanya terhadap dirinya. Reza yang menyadari bahwa Dita sedang menyusul Mamanya, segera berusaha mencegah Dita. Reza takut Mamanya akan terus-terusan memarahi Dita, namun Reza tidak mampu untuk menjalankan kursi rodanya dengan cepat.            Dita akhirnya berhasil menemukan Mamanya di ruang kerjanya. Di sana Dita melihat Mamanya sedang menangis tersedu-sedu. Melihat kedatangan Dita, Mamanya segera memalingkan wajahnya dan segera berdiri membelakangi Dita. “Ma.. maafin Dita. semua ini memang salah Dita” ujar Dita dengan lembut berlinang air mata. “Ma, tolong kasih waktu sama Dita untuk merawat Kak Reza. Dita janji, Dita akan membuat Kak Reza bisa berjalan lagi. Tolong izinin Dita tinggal di sini ma, hanya sampai Kak Reza sembuh. Setelah Kak Reza sembuh, Dita janji, Dita akan pergi. Dita nggak akan mengganggu Mama sama Kak Reza lagi. Tolong ma.. izinin Dita untuk merawat Kak Reza. Tolong Ma..! Dita mohon..!” ujar Dita memohon kepada Mamanya yang masih berdiri membelakanginya. Mamanya hanya berdiam diri dan tampak terus menangis. Dita tahu Mamanya sangat terpukul atas kejadian yang telah menimpa Reza. Melihat Mamanya yang tampak sangat sedih, saat itu pun Dita berjanji kepada dirinya sendiri untuk berusaha sekuat tenaganya untuk membujuk dan membantu Reza agar menjalani terapi agar Reza bisa berjalan kembali. XXX                     XXX                     XXX
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN