Chapter Lima Belas

1196 Kata
            “Babe, aku pinjam laptopmu ya!” Rika berteriak kepada Rendy yang masih berada di kamar mandi.            “Iya, pakai aja.”             Rika baru sadar kalau dia belum mengerjakan laporan yang harus dikumpulkan di hari senin. Sudah beberapa hari ke belakang pikirannya selalu terganggu dengan bayangan soal Ana. Sampai-sampai dia lupa kepada hal penting yang harus segera dia selesaikan. “Kenapa sih harus ada cewek pengganggu kayak dia!” gerutunya. “Bikin pikiranku gak tenang aja!”             Rika membuka folder untuk membuat sebuah dokumen baru. Tapi, perhatiannya mendadak teralihkan saat melihat sebuah folder berjudul ‘data Ilyana’. Saat membuka isinya, dia merasa kesal karena banyak sekali foto-foto Ana dan Rendy yang masih tersimpan.             Tanpa meminta izin kepada sang pemilik, Rika langsung menhapus semua foto yang ada. Hingga kini menyisakan beberapa buah folder saja. Di mana salah satunya bertuliskan ‘draft novel Ana’.             Rika semakin bertambah penasaran. Rendy memang tidak banyak bercerita soal mantannya itu. Hanya beberapa kali—itu pun karena Rika memaksanya.             Betapa terkejutnya Rika saat menyadari bahwa Ana adalah Miss Rigel. Dia banyak tahu soal buku, karena ayahnya adalah pemilik sebuah perusahaan penerbitan yang cukup besar. Dan tentu saja tidak ada satu pun penerbitan yang tidak mengenal siapa Miss Rigel.             Setiap kali menulis cerita baru, Ana selalu meminta Rendy untuk menjadi pembaca pertamanya. Itu kenapa semua draft novel Ana ada di laptop Rendy. Sekaligus supaya ana memiliki back up data jika sewaktu-waktu laptopnya bermasalah.             Rika bergegas mengeluarkan flashdisc miliknya, dan mengopi semua draft tulisan Ana. Dia baru saja mendapatkan ide untuk melakukan sesuatu yang dipikirnya bisa melenyapkan keberadaan Ana.             “Kamu belum bikin laporan ya?”             Mendengar suara Rendy yang mendekat, membaut Rika cukup terkejut dan langsung mencabut flashdiscnya. “Iya, nih. Padahal Senin harus aku kasih ke pak direktur.”             “Mana, kok belum mulai ngerjainnya?” tanya Rendy setelah melirik ke layar laptop.             “Tiba-tiba malas. Habisnya aku lihat banyak fotomu dan mantanmu di dalam laptop.”             “Ya ampun, itu kan foto lama. Aku aja udah gak inget masih punya.”             “Aku hapus semuanya gak apa, kan?”             “Hapus aja.”             Rendy melengos ke arah kamar. Meninggalkan Rika yang tersenyum senang sembari memikirkan hal yang menyenangkan di kepalanya. Tak sabar untuk merealisasikan rencananya untuk menyingkirkan Ana.                                                                                             ***               Selang satu bulan berlalu, Ana merasa kehidupannya mulai semakin membaik. Kegalauan pasca putus dari Rendy sudah hampir menghilang. Sam pun mulai kembali normal seperti biasa. Benar-benar hari penuh ketenangan yang saat ini dia dapatkan.             Di weekend kali ini, Ana tidak menghabiskan waktu dengan Sam—yang sudah memiliki rencana dengan sang kakek. Tapi dia tidak kesepian karena Remy menghubunginya untuk meminta bantuan. Remy bilang dia butuh orang yang bisa memberikan komentar kepada design yang sedang dia buat.             Mereka berdua pun membuat janji untuk bertemu di sebuah kafe yang Ana rekomendasikan. Tempat di mana dia bertemu dengan editornya tempo lalu.             “Kayaknya orang Indonesia lebih banyak yang suka pastel deh, Kak. Warna yang mencolok kayak gini, mungkin kurang banyak peminatnya.”             “Kalau orang sini mungkin akan merasa norak ya.”             “Kalau secara design bajunya sih aku juga kurang paham. Tapi buat warna, aku pikir pastel pasti jauh lebih bagus.”             “Oke, aku akan coba ganti warnanya kayak yang kamu bilang.” Remy menutup tabletnya. Lalu menyesal earl grey yang dia pesan. “Baju yang aku kasih gimana? Udah dicoba?”             “Aku suka banget, Kak! Ukurannya pas sama aku.”             “Wah, pilihanku ternyata tidak salah.”             “Kamu pernah kepikiran jadi model tidak, Na? Siapa tahu mau gabung di pameranku selanjutnya.”             “Ah, enggak, Kak. Aku gak suka tampil di depan banyak orang. Badanku aja gak bagus. Masih perlu diet dulu kalau mau jadi model.”             “Kamu mau jadi sekurus apa lagi?” Remy tertawa. “Habis ini kamu mau ke mana?”             “Kayaknya ke toko buku. Udah lama gak lihat-lihat buku baru.”             “Wah, aku juga udah lama tidak beli buku baru.”             “Kak Remy suka baca buku juga?”             “Yah… kadang. Kalau lagi suntuk ngedesign, pelarianku baca buku.”             “Pasti nonfiksi ya?”             “Tidak juga. Aku suka novel, kok. Paling suka genre misteri, thriller. Tapi aku ngikutin tren juga. Sampai sudah baca trilogi Bintang Kejoranya Miss Rigel. Kamu baca juga?”             “Oh… iya, aku baca, Kak hehe.”             “Menurutku dia keren, sih. Bukan sekedar nulis cerita romance, tapi selalu ada pesan yang ingin disampaikan. Sebenarnya dia perempuan apa bukan ya?”             Ana ingin sekali tertawa tapi berusaha menahannya. “Emang tulisannya gak kelihatan kayak tulisan perempuan ya?”             “Hmm… menurutku ada bagian-bagian yang benar-beanr dia pikirkan pakai logika. Bukan sekedar mengikuti perasaan. Atau bisa jadi itu taktik dia buat menarik pembaca laki-laki juga. Cerdik.”             Rasanya aneh bagi Ana mendengar pujian dari orang lain secara langsung. Apalagi yang bicara adalah sosok yang membuatnya kagum.             “Tapi, menurut Kak Remy, ada sisi jelek dari buku itu gak?”             “Kok, kamu lebih tertarik ngomongin hal jelek dari buku orang?”             “Ng… soalnya aku udah banyak dengar pandangan orang lain soal kenapa mereka suka novel itu. Tapi jarang denagr hal jeleknya.”             “Wah, jangan-jangan kamu haters yang tidak suka ngumbar kejelekan orang ya?”             Ana tertawa. “Jadi haters pun aku gak akan menang ngelawan kumpulan fansnya Miss Rigel.”             Mereka berdua pun lekas menyelesaikan makan, dan pergi bersama menuju ke toko buku. Kesibukan membaut Ana jadi lupa terhadap agenda rutinnya mengunjungi toko buku setiap minggu. Dia senang sekali melihat buku baru agar bisa mendapatkan lebih banyak inspirasi dan hal-hal yang bisa digunakan untuk memperbaiki tulisannya. Sekaligus untuk mencari tahu tren yang sedang ada saat itu.             “Selalu ya, novel terjemahan mendominasi bagian best seller,” ucap Ana kesal saat melihat deretan buku rekomendasi di hadapannya.             “Coba kamu lihat. Genre tertentu kayak romance, religi, horror, masih tetap lokal yang kuat. Dari luar itu lebih banyak buku fiksi detektif, petualangan dan scifi yang laku.”             “Padahal banyak juga penulis lokal yang nulis genre itu.”             “Aku sempat baca beberapa dan memang kualitasnya gak kalah. Tapi memang banyak yang masih ragu.”             Di dekat meja kasir, Ana menemukan tumpukan buku best seller karya penulis lokal. Judul buku itu mencuri perhatiannya karena mirip dengan judul novel miliknya sendiri. “Keluarga Kejora?” ejanya.             “Buku Miss Rigel?”             “Bukan, Kak. Penulisnya Lord Saturn. Aku baru dengar.”             “Tapi dia pintar juga. Sengaja ambil judul mirip buku yang lagi hits. Bisa jadi dia best seller karena banyak yang mengira ini tulisan Miss Rigel. Aku jadi penasaran juga.”             Tidak semua keluarga di dunia ini hidup harmonis. Ada beberapa yang harus berusaha keras melawan terpaan masalah. Bahkan beberapa terlanjur rusak, tak tertolong lagi. Namun, selalu ada kesempatan bagi mereka memperbaiki kembali keadaan. Meski perjalannya tentu tak akan mudah.             Ana memicingkan mata. Merasa blurb novel tersebut mirip dengan tulisannya yang masih belum diterbitkan karena menunggu ilustrasi Bu Alikha. Oleh karena itu, Ana memutuska untuk membeli satu. Ingin memastikan isi dari buku yang telah laku lima ribu eksemplar tersebut.             Remy yang penasaran pun turut membeli satu. Dia hanya mencari alasan agak bisa mempunyai alasan untuk kembali berbincang dengan Ana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN