Bab 27

1714 Kata

“Tapi, emang lo beneran mau nikah sama Om Bian kalo misal dia tau dan mau tanggung jawab?” Kania terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Tidak langsung menolak. Tidak juga mengiyakan. Ia bimbang—dan kebimbangan itu terlihat dari cara bahunya turun perlahan, seperti kekuatan di tubuhnya dilepas sedikit demi sedikit. Semua terasa terlalu rumit untuk dipikirkan otak kecilnya saat ini. Gadis tersebut terdiam. Ia hanya menunduk. Air matanya turun lagi—tanpa suara, tanpa ia sadari. Tatapannya jatuh pada perutnya yang masih rata, seolah sedang menatap sesuatu yang belum tampak, tetapi sudah nyata keberadaannya. Helaan napas lelah menguar. Telapak tangannya yang dingin menyentuh perut itu, pelan, hati-hati. Kram kembali terasa—datang setiap kali emosinya naik seperti gelombang yang sulit i

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN