TTB 6. Tupperware Hilang

1231 Kata
Pagi yang damai dengan kicauan burung yang merdu. Ica masih nyaman bergelung dalam selimut bulu yang halus. Hari ini weekend, jadi dia bisa sepuasnya menghabiskan pagi dengan malas-malasan. "Ca, Tupperware mama yang kamu bawa kemaren mana?" Suara mama menginterupsi tidur lelap Ica. Mama menggoncang-gocang tubuh Ica yang enggan bergerak. "CA, TUPPERWARE MAMA MANA!" teriak mama di depan wajah Ica membuat sang putri terlonjak bangun. "Ihh Mama, gangguan Ica aja! Lagi mimpi ketemu sama Cha Eun Wo juga," sungut Ica sambil mengusak rambutnya kesal. "Bangun! Anak gadis nggak boleh malas, ayo cepat cari Tupperware mama yang kamu bawa kemaren!" "Maa..." Ica memelas dengan mengedipkan mata lucu, jurus lain Ica. "No! Sekarang! Segera!" "Ihh ini gara-gara si Rakha Ma yang selalu makan bekal aku. Trus Tupperwarenya sama dia, nggak pernah di balikin. Mama tanya Rakha gih." Ica kembali tiduran dan menarik selimut. Namun sang mama menarik tangannya dan membawanya keluar dengan paksa. "Ihh karena kamu yang bawa, jadi kamu yang mesti tanggung jawab!" masih sambil menyeret putrinya menuruni tangga. "Kamu nggak tau apa, itu Mama sampai ikut arisan bela-belain buat dapat yang series itu!" Mama terus saja mengomel sambil menyeret Ica yang masih belum terkumpul nyawanya. Begitu menuruni tangga pemandangan setiap weekend yang selalu sama tersaji kembali. Bue yang asik dengan ikan-ikan hiasnya. Papa dan Bang Rio yang baru balik joging duduk santai menikmati secangkir kopi dan cemilan. "Apa sih Ma, pagi-pagi udah ribut aja," tegur sang suami. "Nih anak gadismu jam segini masih molor." Mama cemberut. Papa hanya menggeleng kepala dan Rio tersenyum geli melihat drama pagi berjudul 'Diantara Ibu dan Anak Gadisnya yang Mencari Tupperware.' "Tuh, Si Rakha pagi-pagi udah nyuci motor. Samperin gih!" perintah Mama di depan pintu rumah. "Yee daewang daebi mama!" Tanpa peduli dengan penampilannya dan malas berdebat Ica ngeloyor aja ke hadapan Rakha. "Rakhadal, Tupperware kemaren mana?" tanya Ica dengan mata terpejam dan menggaruk sekitar lehernya. Rakha melongo melihat penampilan absurd tetangganya ini. Dari bawah, sendal jepit sebelah kiri, sendal selop di kanan. Lalu baju tidurnya, celana training cap SMP mereka tiga tahun lalu dan kaos putih kedodoran yang memperlihatkan 'tali surganya' karena kerah yang sudah 'leweh'. Wajah bantalnya dengan rambut panjang yang awut-awutan dan mata yang masih terpejam. Entah bagaimana Ica bisa melangkah tanpa tersandung. "Huffpp Kena gempa apa habis berantem sih lo Ca?" Rakha tidak bisa menahan tawanya, dia tertawa terpingkal hingga berair mata. Dia lalu dengan isengnya menyemprotkan air dari selang yang di pegangnya ke wajah Ica. "RAKHA!!!' "Bangun! Mandi Ca, nih gue mandiin pake air gratis! Hahaaa" Ica berusaha menghindar tapi Rakha terus mengejar. Hingga Ica mengambil ember berisi air sabun sisa Rakha mencuci motor dan menyiram balik Rakha. Terus begitu hingga tawa itu terlukis spontan di bibir mereka. "Apa nggak tambah ill feel tu si Rakha liat anakmu kayak gembel gitu Ma? Harusnya kamu dandani dulu tadi," bisik Papa tepat di kuping Mama yang sedang asyik mengintip di balik tirai. "Ihh Papa, tuh liat rencana Mama berhasil tau. Mereka ada kemajuan Pa, jadi kejar-kejaran main air gitu." Mama tersenyum puas. "Kaya anak kecil gitu kok ada kemajuan sih Ma!" gerutu Papa seraya berlalu menghampiri Rio kembali. Mama Amel mengambil ponsel dan menghubungi Bunda Saira. Tak perlu menunggu lama dering itu langsung di angkat. "Gimana jeng, sukses kan rencanaku?" kata Mama Amel tanpa basa basi. "Yahh selangkah lebih maju hihiii," mereka kompak cekikan kesenangan. "Pokoknya ya jeng, Rakha sama Ica harus jadi! Karena kita udah gagal untuk ngejodohin Rio dan Ane, yang ini harus sukses! "Kan Rio keburu punya pacar, nggak bisa kita paksa juga sih." "Makanya si Ica sama Rakha harus sejak dini alias dari sekarang kita deketin." Kompak dua tetangga itu menggibah dari balik tirai rumah masing-masing sambil ketawa-ketiwi. "Lihat apa'an sih Bun?" Bunda Saira sedikit kaget karena Ane tiba-tiba saja ada di belakangnya. "Lihat drama rumah tangga anak di bawah umur. Takut KDRT!" Bunda cekikan sambil berlalu ke arah dapur takut pembicaraannya dengan Mama Amel di dengar Ane. Sementara Ane melongo tidak mengerti dan ikut mengintip dari balik tirai. Dilihatnya Rakha dan Ica sedang asyik bermain air di halaman. Ica tergelincir dan Rakha tertawa ngakak di samping motor barunya. Keduanya sudah basah kuyup tapi seperti masih enggan mengakhiri peperangan. *** Meski memiliki maksud lain tapi Mama Amel serius dengan Tupperwarenya yang hilang. Jadilah sekarang Ica dan Rakha berangkat mengambil wadah makan yang sengaja di tinggal Rakha di ruang kelas dengan naik motor Ninja hitam baru milik Rakha. "Motor baru nih? Yang kemaren mana?" tanya Ica dengan sedikit berteriak karena suara berisik dari motor yang mereka kendarai. "Iya lah, cewek baru motor baru!" Rakha melambatkan laju motornya dan membuka kaca helm full face yang dipakainya. Sedikit menengok ke belakang agar Ica mendengar suaranya. "Huuu songong lo!" Ica menoyor kepala Rakha dari balik helm full face itu. "Emang siapa yang sekarang lagi lo incer?" "Adalah cewek cantik..." "Siapa? Siapa? penasaran gue. Tipe lo nggak jelas sih, gonta ganti pacar kaya ganti baju, tiap hari!" "Mau tau aja atau mau tau banget?" goda Rakha. "Kammuu naenyyaak?" Rakha ngakak melihat ekspresi wajah Ica dari kaca spion. "Si Zara..." jawab Rakha asal. "Hah Zara mantan anak paskib itu? Yang di kirim ke Jakarta jadi duta sanitasi?" Rakha hanya mengangguk, sementara Ica berdecak kagum, "Gila, ketinggian bener selera lo! Ntar jatohnya sakit tau!" "Lo nggak ngaca? Lo ngarepin si Daniel apa nggak ketinggian halu lo?" Ica meringis, "Gue kan sambil menyelam minum air doang. Gue nggak terlalu ngarep kalee!" "Sama! Gue juga gitu..." "Jawab gitu aja nyontek gue lo," celetuk Ica yang sekali lagi sukses membuat Rakha nyengir. Begitu berhenti di lampu merah, sosok yang baru saja mereka bicarakan juga berhenti di lampu merah yang sama. Menggeber-geber gas motor ninja merahnya sengaja menantang Rakha. Meski memakai helm full face, Rakha tau betul siapa yang berada di balik kaca itu. Rakha tersenyum sinis, ikut menggeber motor menerima tawaran. "Pegangan Ca!" katanya serius saat rambu menunjukkan warna kuning. Ketika lampu berubah hijau, mereka sama-sama memutar gas ninja itu kencang. Menghiraukan pengendara lain yang membunyikan klakson untuk memperingati aksi kebut-kebutan itu. "RAKHA!!" Ica memekik kencang dan memeluk pinggang Rakha erat, takut kalau dia akan terpelanting karena kuatnya angin yang menerpa. "LO GILA! TURUN GUE MAU TURUN! Tapi Rakha menulikan telinganya. "TURUN ATAU NGGAK GUE LOMPAT YAA!" ancam Ica sambil mencubit pinggang Rakha. Rakha mengalah. Dia yang awalnya memimpin, menurunkan kecepatan dan melajukan motornya santai. Hingga motor itu sama-sama berbelok ke SMA Taruna Jaya dan memarkir di tempat yang terpisah. "DASAR SINTING! GUE NGGAK MAU DIBONCENGIN LO LAGI!" Begitu turun Ica menghentakkan kaki dan melangkah meninggalkan Rakha yang cengengesan. Mulutnya komat-kamit menyumpahi Rakha hingga tanpa sengaja dia menabrak seseorang. 'Bugh' Ica terduduk di lantai keramik di teras depan kelas Rakha, XII IPA 2. Ica sudah bersiap ingin mengomel lagi, "LO..." Omongannya tercekat seperti tertelan kembali. "Daniel!" "Lo nggak pa-pa?" tanya cowok itu sambil menolong Ica untuk berdiri. Ica berkedip-kedip lucu tak percaya. Sejenak Ica menahan nafas ketika cowok itu memegang tangannya untuk berdiri. 'OMG! di sentuh langsung oleh the most wanted and popular boy SMA Taruna Jaya!' "Demi apa?" "Ini Karin auto guling-guling ngiri kalau liat!" "Dua hari dua malem nggak bakal gue cuci deh bekas tangannya Daniel!" "O MAAY GAAT!! Nafas buatan dong! Sesak nafas nih gue!" Isi hati Ica meronta-ronta. Tapi bibirnya hanya bisa menyungging senyum kaku. Pun saat Daniel berlalu ke arah lapangan, Ica hanya terpaku. "Kenapa lo? Ngeliat setan?" celetuk Rakha yang tiba-tiba muncul dan mengusap wajah Ica dengan tangannya yang sumpah demi apapun bau bensin!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN