bc

Ketika Senja Berganti

book_age18+
detail_authorizedDIIZINKAN
2.2K
IKUTI
9.9K
BACA
family
love after marriage
arranged marriage
drama
tragedy
bxg
icy
like
intro-logo
Uraian

Tantri Atmaja secara mendadak harus menikah dengan kakak angkatnya sendiri karena amanah dari sang Papa yang sedang sakit. Sementara Prasta Anggara -kakak angkatnya- terpaksa menikahi Tantri dan mengubur keinginannya untuk melamar sahabat wanita yang ia pikir sebagai cinta sejatinya. Awalnya, Tantri berharap jika Pras menolak rencana sang papa, namun tanpa ia sangka justru Pras malah setuju untuk menjalankan amanah yang Wisnu -papanya- berikan.

Tantri pikir dirinya akan merasa bahagia ketika Pras menyetujui pernikahan mereka tanpa sedikitpun penolakan. Ternyata pernikahan yang mereka lakukan hanya dianggap oleh Pras sebagai wujud bakti terakhirnya pada sang papa yang telah merawat dirinya selama dua puluh tahun belakangan.

Kehidupan berubah semenjak hari pertama pernikahan mereka, ketika kebahagiaan seolah tidak berpihak pada Tantri. Dia yang telah lama memendam perasaan pada sang suami, justru harus menelan pil pahit ketika ia sadar jika pikiran Pras hanya tertuju pada sahabat wanitanya. Sementara di sisi lain Pras selalu berusaha menampik setiap usaha dan perhatian yang Tantri berikan padanya. Pras bersikeras hanya menganggap Tantri sebagai adiknya.

Semakin hari Tantri merasa jika cinta yang ia rasa tidak akan pernah bisa berbalas. Perlakuan demi perlakuan buruk yang Pras berikan semakin mengikis rasa cinta Tantri pada Pras hingga berakhir dengan kekecewaan yang tidak bisa lagi tertahan.

Dapatkah keduanya bisa bersama dalam ikatan cinta? Masih sanggupkah Tantri bertahan untuk menjalankan amanah sang papa ataukah ia justru memilih menyerah dengan pernikahannya dan pergi dari kehidupan Pras?

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1
Bagian 1 “Papa!” Sebuah pekikan tertahan keluar dari bibir yang nampak bergetar dengan wajah basah karena derasnya air mata yang semakin berkejaran. Gadis itu tidak menyangka secepat ini kematian memisahkannya dari sang papa, sementara hanya pada sang papa sandaran terkuatnya selama ini. *** "Bagaimana para saksi? Sah?" Penghulu berbaju koko putih dan mengenakan songkok hitam bertanya kepada para saksi. "Saaahh," jawab serempak para saksi membuat seseorang pria yang sedari tadi nampak tegang perlahan menghela napasnya. Sementara, mempelai wanita terlihat semakin menitikkan air mata, antara haru dan duka di depan jenazah sang papa dia menikah. Sebuah pernikahan sederhana yang bahkan tidak pernah sekalipun berani ia bayangkan sebelumnya. Tepat satu jam sebelum akad nikah dimulai, sang papa -Wisnu Atmadja- mengembuskan napas terakhir setelah menyerahkan sang puteri pada Prasta Anggara. Saat cincin tersemat, tidak ada sedikit pun senyuman yang terukir pada wajah Pras. Hal itu juga tidak jauh berbeda dengan Tantri Atmadja, meski gadis itu selama hampir sepuluh tahun diam-diam menyimpan rasa pada Pras. Jarak usia mereka yang terpaut empat tahun serta keadaan yang membuat mereka tumbuh bersama, menjadikan perasaan Tantri pada Pras yang semula hanya sebatas adik pada kakak, berubah menjadi rasa cinta seorang wanita pada pria sejak gadis itu pertama mengenal cinta,namun selama itu pula tidak sekalipun Tantri berpikiran untuk bisa menikah dengan Pras. Ia cukup tahu jika Pras tidak pernah mencintainya, bahkan pria itu telah lebih dulu mencintai seorang wanita yang juga Tantri kenal baik. "Maaf, Mas." Tantri berbisik saat penghulu memberi arahan untuk mencium punggung tangan suaminya sebagai tanda takzim seorang istri pada suami, namun hanya raut dingin yang Pras tunjukkan padanya. "Pras, Mama titip Tantri sama kamu. Tolong jaga dia," ucap Rahayu dengan suara yang semakin parau ketika menitipkan sang puteri pada Pras sewaktu pria itu mendekat untuk meminta restu. "Pras usahakan, Ma." Hanya jawaban singkat yang Pras ucapkan setelah mencium tangan Rahayu. "Lebih baik kita percepat pemakamannya. Enggak baik membiarkan jenazah Mas Wisnu menunggu terlalu lama." Hendra -adik Wisnu- memberi saran setelah sebelumnya salah satu kerabat mereka mengurus kepulangan jenazah Wisnu. "Baik, Om. Semoga Papa tenang setelah aku menjalankan amanatnya." Pras berlalu mendekat pada jenazah papanya. Lebih tepatnya, papa yang selama dua puluh tahun ini merawat dan mendidiknya. Wisnu memang papa untuk Pras, tapi Pras bukanlah anak kandung Wisnu. Kejadian di masa lalu menyebabkan Pras terikat dalam keluarga Atmadja tanpa menyandang nama itu. Banyak hal yang Pras dapatkan selama menjadi anggota keluarga Atmadja hingga dia menjadi seorang pengusaha sukses seperti sekarang di usianya yang menginjak dua puluh delapan tahun. *** Pemakaman Wisnu berlangsung dengan khidmat hingga selesai. Satu demi satu pelayat pergi meninggalkan area pemakaman, menyisakan Tantri yang masih terdiam dalam posisi duduk bersimpuh di samping pusara sang papa dengan air mata yang semakin deras mengalir, sementara Pras berdiri dengan perasaan yang berkecamuk di samping Hendra. Rahayu telah dibawa pulang karena tiba-tiba pingsan saat prosesi pemakaman berlangsung. “Ayo kita pulang, masih banyak yang harus diurus.” Hendra berbalik serta menepuk pundak Pras. Pras yang mengerti maksud Hendra, menghampiri Tantri dan ikut berjongkok di samping pusara yang tanahnya masih basah. “Sebaiknya kita pulang, Mama nunggu di rumah,” Pras berkata pada Tantri dengan mata yang masih lekat menatap gundukan tanah dengan nisan bertuliskan Wisnu Atmadja. Sesaat kemudian ia bangkit, berbalik dan berjalan lebih dulu meninggalkan Tantri. “Pa, semoga Papa tenang di sana. Tantri akan berusaha ngelakuin semua amanat Papa dan juga berusaha selalu mendampingi Mama. Tantri pulang ya, Pa. Assalamu’alaikum.” Tantri menyusut air matanya, mengusap lembut nisan sang papa seolah ia sedang mengusap langsung wajah papanya. Berat hati, Tantri berdiri dan berjalan menjauh mengikuti Pras yang telah lebih dulu pergi. Beberapa langkahnya, Tantri menoleh untuk kembali melihat pada gundukan tanah tempat di mana papanya telah terbaring tenang, menatap nanar seolah tak ingin berpisah, lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang dan berusaha kuat mendampingi sang mama. Nyatanya, kehilangan seorang penopang dalam keluarga semenyakitkan ini baginya. Tidak akan lagi ada papa yang selalu mendengar dan menuruti apa maunya. Semua terasa bagai mimpi, begitu pula dengan kehidupan Tantri dan segala ujian yang menantinya setelah ini. *** Malam hari setelah acara pengajian selesai dilaksanakan, Tantri bergegas masuk kamarnya. Dirinya lebih memilih untuk mengurung diri di kamar miliknya sendiri alih-alih berada satu kamar dengan Pras. Gadis itu tidak sedikit pun berani mengusik Pras meskipun mereka telah menikah. Duduk di tepi ranjang, Tantri teringat perkataan mendiang sang papa sebelum meninggal. *** Dalam ruang perawatan Wisnu, Tantri dan Pras duduk di sisi ranjang, keadaan sang papa terlihat lemah dengan ventilator serta beberapa alat medis lainnya yang terpasang di badan, ditambah bunyi dari monitor kini terdengar semakin menyesakkan bagi mereka. Sesaat setelah dokter memeriksa kondisinya yang baru saja melewati masa kritis akibat serangan jantung mendadak yang ia alami, Wisnu meminta dokter agar mengijinkan keduanya masuk untuk menyampaikan suatu hal. Menggenggam tangan Pras, dengan lemah Wisnu berkata, "Pras, Papa nggak tau sampai kapan bisa bertahan. Papa titip Tantri, jaga dia buat Papa, Pras. Tolong kamu menikah sama dia karena cuma kamu harapan Papa satu-satunya buat jaga Tantri. Kamu mau kan, Nak?" Mendengar penuturan Wisnu, tubuh Pras seketika menegang. Demi Tuhan, dia selama ini hanya menganggap Tantri seperti adik kandungnya sendiri meskipun dia tahu mereka tidak ada ikatan darah apa pun. Bagaimana dia harus menjawab, sementara begitu besar jasa sang papa yang kini terbaring di hadapannya. Menarik napas, Pras yang kalut menganggukkan kepala sebagai jawaban atas permintaan Wisnu. Entah benar atau tidak keputusannya ini, yang Pras pikirkan sekarang hanyalah ia tidak ingin mengecewakan papa Wisnu. Wisnu beralih menggenggam tangan puterinya, membuat Tantri yang semula menunduk menahan air mata, mendongak untuk menatap sang papa. "Tantri, Papa mohon kamu mau nikah sama Pras. Bagaimanapun nanti kehidupan kalian, Papa minta kamu bertahan demi Pras dan keluarga kita," ucap Wisnu dengan napas yang mulai memberat saat menyampaikan permintaannya pada Tantri. "Tapi, Pa...." Tantri menangis melihat kondisi papanya yang mulai menurun, hal itu terlihat dari napas Wisnu yang semakin terdengar berat serta mata yang terlihat kian sayu. "Janji ya, Nak. Papa pengen di akhir hidup Papa, kamu bisa bahagia sama orang yang tepat. Papa yakin, cinta bisa hadir di antara kalian nanti. Kamu cuma perlu bersabar, cobalah sebisa mungkin bertahan, lakukan buat Papa." Wisnu semakin mengeratkan genggamannya pada telapak tangan Tantri. "Ba ... Baik, Pa. Tantri akan berusaha." Setelah jawaban lirih dari Tantri terdengar, perkataan Wisnu selanjutnya membuat perasaan mereka semakin kacau. "Apa pun yang terjadi, tolong lakukan sekarang. Papa harap kalian akan selalu bahagia dan saling mencintai." Terbata pria itu mengatakan keinginannya. Kondisi Wisnu semakin menurun hingga sebuah helaan napas panjang diiringi suara dengung dari monitor terdengar dalam ruangan, ssesaat kemudian tangan Wisnu yang telah terkulai lepas dari genggaman Tantri. Dokter pun segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan Wisnu, namun semua sia-sia ketika Tuhan berkehendak tidak akan ada yang bisa mencegahnya, Wisnu telah pergi meninggalkan mereka. *** Melihat kosong pada telapak tangannya, air mata Tantri semakin deras mengalir. "Apa aku bisa jalanin semua ini, Pa? Sementara aku tahu kalau Mas Pras nggak pernah ngelihat aku lebih dari sekedar adiknya,” gumam lirih Tantri menumpahkan kegundahannya. Bersandar pada kepala ranjang, perlahan mata Tantri terpejam dengan tangan yang mendekap tubuhnya sendiri. Entah bagaimana kehidupan mereka setelah ini, Tantri hanya tidak ingin mengecewakan sang papa, meskipun ia tak menampik harapan pada pernikahannya dengan Pras. *** Bagian 2 Ketukan pintu mengusik seorang yang tengah terlelap,perlahan duduk dan mengerjapkan mata. Ruangan yang semula gelap terlihat terang, Tantri mengernyit ketika menemukan sebuah selimut telah membalut tubuhnya. Sadar bahwa ada yang berbeda,membuatnya seketika menegakkan badan. Tok ... tok ... tok.... Tantri menyibak selimut, berjalan untuk membuka pintu, menyingkirkan rasa penasarannya. Didapatinya wajah sang mama yang tersenyum lembut meski terlihat jelas mata sembab yang tidak jauh berbeda dengannya pada wajah satu-satunya orang tua yang ia miliki kini. "Subuh, Nak. Terus siap-siap ya, kita sarapan bareng. Mama tahu dari kemarin kamu sama sekali nggak nyentuh makanan. Semalam Mama minta Pras nyusul kamu ke kamar buat ngajak makan malam, tapi katanya kamu udah tidur. Jaga kesehatan kamu, Sayang. Cuma kamu sama Pras yang Mama punya sekarang." Rahayu mengusap lembut pipi Tantri kemudian berbalik setelah melihat anggukan kepala sang puteri sebagai jawaban. Tantri kembali menutup kamar, bersandar pada pintu di belakangnya dengan tubuh yang perlahan merosot ke bawah, dirinya luruh dalam tangis. Papa, satu kata yang meruntuhkan dunianya, ketika sadar kini hanya tinggal sang mama yang ada di sisinya selain Pras yang entah kini ada di mana. Usai membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya, Tantri menuju ruang makan. Ternyata hanya ada mama dan Omnya yang duduk di sana. Seakan mengerti dengan raut bertanya dari keponakannya, Hendra berkata," Kalau kamu nyari Pras, dia udah berangkat ke kantor pagi-pagi. Ada beberapa pertemuan yang nggak bisa ditunda. Untuk sementara, dia juga harus membereskan pekerjaan yang sempat terbengkalai selama papa kamu sakit. Ada Bagas juga yang akan bantu dia. Kamu nggak perlu khawatir." Bagas, dia adalah Asisten kepercayaan mendiang Wisnu sekaligus sahabat dekat Pras. "Ayo Sayang, kita sarapan. Habis itu, kamu anterin bekal buat Pras, ya. Mama udah siapin tapi karena buru-buru dia lupa bawanya." Rahayu memberikan piring yang telah berisi sarapan pada Tantri. "Baik, Ma." *** Bukan pertama kali Tantri menginjakkan kaki di gedung bertingkat ini, namun kali ini rasanya berbeda. Jika biasanya dia datang bersama sang Papa, kali ini dia datang sendiri bukan untuk bekerja, melainkan bertemu Pras. Menghirup napas dalam, Tantri menghalau kenangannya bersama mendiang Wisnu. Diayunkannya langkah seraya menyapa resepsionis dan pegawai yang berpapasan dengan senyum dan anggukan kepala ketika menuju lift untuk sampai pada ruangan tempat Pras berada. "Lalu, apa yang mau kamu lakuin sekarang? Bagaimanapun kalian udah nikah, apalagi dilakuin di depan jenazah Om Wisnu." Samar terdengar suara Bagas, membuat Tantri menghentikan langkah di depan pintu ruangan yang sebelumnya selalu digunakan papanya bekerja. Menurunkan sebelah tangan yang semula siap mengetuk pintu, Tantri menggeser sedikit tubuhnya agar tidak terlihat dari pintu yang tidak tertutup sempurna, agar bisa mendengar pembicaraan mereka. Mungkin dari sini, dia bisa mengetahui apa yang dirasakan Pras sebenarnya. "Kami emang udah nikah. Tapi perasaanku buat dia masih sama, aku udah anggap Tantri sebagai adikku sendiri. Kamu sendiri tau kan siapa yang sebenarnya aku cinta." Terdengar samar, namun telinga Tantri masih bisa mendengarnya. Itu suara Pras, pria yang kini menjadi suaminya. Tantri tahu, jika sejak dulu Pras hanya menganggapnya sebagai adik. Dia juga tahu siapa wanita yang ada di hati Pras sejak tiga tahun belakangan ini, Anggi. Pria itu terjebak dalam cinta yang terbalut persahabatan. Hari ini sebenarnya Pras berniat mengutarakan cintanya pada Anggi, namun semua itu urung dilakukan karena dia harus menikah dengan Tantri. Mendengar hal itu langsung dari bibir Pras hari ini, membuat hatinya tak kuasa menahan rasa sesak yang tiba-tiba menyusup. Tantri tak sanggup mendengar apa pun lagi, ia harus pergi secepatnya dari tempat itu. Meletakkan tas bekal di atas meja Bagas, Tantri menuliskan sebuah note kecil di sana.Tantri pergi dengan menahan tangis sebelum Pras ataupun Bagas melihat keberadaannya. Cinta memang tidak bisa dipaksakan, namun ketika takdir ternyata malah menyatukan mereka, apakah dia yang patut dipersalahkan? *** Duduk di taman menyendiri menikmati angin yang menerpa, air matanya kembali menetes. Sepanjang perjalanan, ia merutuki dirinya yang terjebak dalam ikatan pernikahan dengan Pras. Dia ingin bahagia, namun bukan berarti dia harus mengorbankan kebahagiaan orang lain. Dari awal ia tahu kalau Pras tidak mencintainya, bahkan semenjak mereka menikah, Pras mmalah seperti berusaha menghindarinya. "Papa, Tantri mesti gimana? Nyatanya Mas Pras nggak bahagia sama aku. Kenapa di sini rasanya sakit, Pa? Gimana Tantri jalani ini nanti?" Tantri memukul pelan dadanya, menggigit bibir bawahnya kuat berharap rasa sesak yang sedari tadi bergelayut segera pergi. Larut dalam perasaannya membuat Tantri tak menyadari kehadiran seseorang yang duduk di sebelahnya kemudian menepuk pelan pundak wanita itu. "Mbak Anggi?" Tantri terkejut menyadari kehadiran wanita di sebelahnya. "Kamu pasti bisa, Tantri. Mbak yakin kalau suatu saat kamu pasti bisa dapetin cinta Pras. Kamu cuma perlu bersabar." Anggi memeluk Tantri memberi semangat. "Mas Pras cintanya cuma sama Mbak Anggi. Mbak tau itu kan?" Badan yang bergetar menandakan tangis Tantri pecah dalam pelukan Anggi. Sebelumnya Anggi tidak sengaja melihat Tantri keluar dari kantor mendiang Wisnu dalam keadaan menangis. Awalnya, wanita dua puluh tujuh tahun itu ingin bertemu Bagas untuk membahas kerja sama antara perusahaan tempatnya bekerja dengan perusahaan Wisnu. Namun saat melihat Tantri, ia urungkan niatnya. Dari wajah gadis itu, ia tahu jika Tantri sedang tidak baik-baik saja, hingga akhirnya dia memutuskan mengikuti Tantri sampai ke tempat ini. Taman kecil dengan letak yang cukup jauh di pinggir kota. Anggi memang sahabat Bagas dan Pras. Tapi tidak ada perasaan lebih darinya kepada salah satu dari mereka. Dia bahkan menganggap Tantri seperti adiknya sendiri, sama seperti Tantri yang sering bercerita mengenai Pras padanya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TAKDIR KEDUA

read
27.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
192.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
103.5K
bc

Takdirku Menjadi Lelaki Kaya

read
4.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
209.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.9K
bc

My Secret Little Wife

read
103.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook