"Leo."
Allea menatap Leo yang tidak memperdulikan keberadaan nya.
"Emang dia mah sok malu-malu padahal tadi ngomongin lo terus tadi," ucap Verell membuat Allea sedikit tidak yakin kalau dirinya di bicarakan yang baik-baik oleh Leo, pasti dirinya di bicarakan hal buruk oleh manusia menyebalkan yang berada di samping Karel itu.
"Hah mereka kenal?" tanya Vela.
"Mereka aja berangkat bareng tadi," sahut Alfi yang mengkode Karel untuk pindah agar Allea duduk di samping Leo.
"Kok lo gak cerita sih sama gua?!" pekik Vela pada teman nya yang berada di depan sebrang meja nya.
"Iya emang penting?" Allea duduk mau tidak mau di samping Leo yang sedari tadi hanya diam saja.
"Penting lah, apalagi ngeliat perubahan penampilan lo secara nyata gini."
"Iya lo jadi rapi ya semenjak sama Leo," ujar Karel seakan-akan mereka sudah dekat lama, padahal tidak sedekat itu.
"Bagus Leo teruskan kerja mu untuk mengubah wanita ini," ucap Alfi mendramatisir kan suasana.
"Apa sih kalian gila ya," sahut Allea yang kesal dengan mereka semua.
"Gak usah di dengerin." Akhirnya Leo membuka suara.
"Wah Allea nurut ya sama Leo," kata Alfi yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Allea.
***
Selama pelajaran berlangsung Leo terus berpikir apa yang harus di lakukan nya, peneror itu sekarang tidak muncul lagi bahkan mata-mata yang telah di perintah kan Leo untuk mengawasi rumah Allea pun tidak mendapatkan hasil apapun. Apa peneror itu sudah berhenti, pikir Leo.
"Bengong mulu lo kesurupan aja nanti gua yang repot," bisik Verell yang di samping nya dengan suara pelan karena guru sedang menjelaskan pelajaran matematika.
"Iya," balas Leo singkat.
"Nanti balik, main lah yuk kita belum pernah kumpul kan berempat," ajak Verell yang sepertinya sudah tidak mau memperdulikan guru di depan sana tengah mengoceh menjelaskan materi matematika yang sangat tidak di sukai Verell.
"Kemana?"
Tidak ada salah nya mencoba untuk ikut bergabung kan? pikir Leo.
"Cafe aja gimana?"
"Hey yang di belakang jangan mengobrol!" ucapan gurunya bersamaan dengan lemparan penghapus yang hampir mengenai Verell yang dengan sigap menghindar.
"Maaf pak," ucap Leo.
"Sini kalian maju kerjakan soal yang saya berikan di depan," perintah nya membuat Verell mengeluh namun tidak bagi Leo karena itu soal yang sangat mudah.
"Ck susah banget lagi," keluh Verell sambil berjalan ke depan papan tulis diikuti Leo dibelakang nya.
"Semangat ganteng," pekik salah satu siswi menyemangati Leo.
"Kalo gak tau nengok aja nanti aku kasih tau."
"Nanti aku bisikin jawaban nya."
"Mana sini nomor telfon nya nanti aku chat jawaban nya."
"Heh kalian ini centil banget! gak boleh ngasih tau jawaban nya," omel guru yang akan memberikan soal matematika pada Verell dan juga Leo.
"Sudah guys tenang sabar, tenang nanti gua nengok minta jawaban kalian kok," ucap Verell dengan pede nya.
"Heh bukan lo ya keset welcome! gua ngomong sama Leo," ucap salah satu wanita yang tadi berteriak ingin memberikan Leo jawaban.
"Tau, orang gua bilang yang ganteng sih, ya Leo lah."
"Heh cabe gua juga ganteng kali," ucap Verell tidak terima karena dianggap tidak tampan.
"Tapi gantengan Leo, sorry aja nih ya."
Mereka semua tertawa bahkan guru matematika mereka yang ingin memberikan Verell dan Leo soal itu pun ikut tertawa. Leo tersenyum sedikit melihat suasana kelas nya ini.
Setelah selesai acara tertawa mereka Verell dan Leo tetap harus mengerjakan soal yang di berikan guru nya itu, dan Leo dengan cepat nya menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru nya itu, tentu saja sangat cepat, gurunya itu hanya memberikan satu soal untuk Leo tentu saja itu sangat lah mudah. Tapi tidak dengan Verell bahkan dia tidak mengerti soal nya.
"Selain ganteng pinter juga ternyata Leo ya."
"Fix menantu idaman."
"Mak mau nikah sama Leo."
"Hey sudah jangan berisik lagi," ujar guru nya.
"Satu soal doang?" tanya Leo kepada guru nya itu.
"Iya buat ngetes kamu merhatiin saya tadi ngejelasin apa tidak."
"Tapi kaya nya yang gak merhatiin Verell ya," lanjut guru itu membuat senyuman tipis di bibir Leo.
Verell menatap gurunya tidak percaya, padahal dirinya yang sedari tadi memerhatikan nya dan ia hanya tidak memerhatikan nya ketika penjelasan akhir guru nya saja. Verell tidak menyangka guru nya memfitnah nya seperti ini, yang tidak memerhatikan nya sejak awal itu Leo karena dia hanya bengong dan tidak mendengarkan sejak guru itu masuk kedalam kelas ini.
"Padahal tadi saya merhatiin terus bapak ngoceh-ngoceh loh ya di depan," ucap Verell tidak terima dengan tuduhan guru nya itu.
"Terus kenapa gak bisa?"
"Tolong salahkan otak saya pak yang gak bisa mengerti matematika. Saya juga mau kali pak pinter, otak saya aja yang gak mau."
"Alesan aja."
"Loh pak saya ngomong fakta, coba nih ya siapa di sini yang mau b**o? gak ada kan?" tanya Verell pada teman-teman nya yang diangguki oleh mereka semua.
"Kalian semua mau pinter kan?" lanjut Verell menanyakan teman-teman nya.
"Iya."
"Iya lah semua juga mau pinter."
"Gak ada yang mau bego."
Mereka saling bersahutan menjawab Verell.
"Kami ingin pintar tapi apa daya otak tak sampai," ucapan Verell kembali memecah gelak tawa bahkan guru pun kembali ikut tertawa.
Leo melihat Verell dan yang lain nya sambil tersenyum. Baiklah seperti nya membuka pertemanan bersama Verell dan yang lain nya bukan pilihan yang salah, pikir Leo.
Tawa mereka semua terhenti ketika suara bel pulang sekolah telah berbunyi.
"Ok tugas nya jadi buat pr aja," ucap guru itu sambil membereskan buku dan pergi keluar kelas.
"Gimana? jadi kumpul nih?" tanya Verell.
"Yang lain?"
"Yang lain mah gampang, mereka berdua mah ikut aja orang nya."
"Gua antar Allea pulang dulu."
"Sekarang udah antar jemput ya?" ledek Verell sambil berjalan menuju kelas Alfi dan Karel yang dimana juga kelas Allea.
"Nanti kirim aja lokasi nya dimana," ujar Leo.
"Kirim di mana nih? telepati?" sindir Verell karena Leo mengatakan seperti itu padahal dirinya saja tidak pernah memberitahu nomor ponsel nya pada Verell.
"Nih." Leo mendekatkan ponsel nya pada Verell yang menampilkan nomor nya di layar ponsel nya.
Verell mencatat nomor ponsel Leo di ponsel nya dan menyimpan nya. "Udah."
"Ada apa nih nungguin kita gini?" tanya Karel sambil melirik Leo.
"Mau ngajak pulang bareng ya?" tebak Alfi.
"Allea," panggil Leo yang berjalan melewati mereka berdua dan menghampiri Allea yang baru saja keluar dari kelas bersama dengan Vela.
Verell tertawa, " lo kira dia mau nungguin lo, bocah kaya Leo gitu."
"Ternyata dia beneran suka sama Allea," ucap Karel.
"Kayanya sih gitu."
"Terus lo ngapain disini?" tanya Alfi.
"Ngajak kumpul di cafe biasa, sekalian tadi Leo gua ajak mau."
"Tumben."
"Iya makanya."
"Ngajak Allea?"
"Enggak, itu dia mau nganterin Allea dulu nanti nyusul kita."
"Oh yaudah ayo lah berangkat."
Mereka bertiga berjalan menuju parkiran dengan Alfi yang satu mobil dengan Karel sedangkan Verell menaiki motor nya, hanya ada beberapa siswa saja yang menaiki mobil ke sekolah termasuk Karel dan juga Leo.
"Allea," panggil Leo.
"Apa?" Allea menoleh kearah Leo.
"Ayo pulang."
"Lo dianterin pulang Leo?" tanya Vela pada sahabat nya itu.
"Iya," jawab Allea malas, karena mau bagaimana lagi Leo itu pemaksa.
"Wah kalian lagi pdkt?" tanya Vela sambil menoleh kearah Allea dan Leo.
"Enggak," jawab Allea cepat, padahal Leo juga tidak berniat untuk menjawab nya, tidak penting pikir Leo.
"Ayo." Leo berjalan terlebih dahulu meninggalkan Allea yang berpamitan terlebih dahulu dengan teman nya untuk pulang.
"Ck mau nganterin gua pulang tapi dia jalan duluan gak nungguin gua," gerutu Allea yang berjalan di belakang Leo.
Bahkan ketika sampai diparkiran Leo masuk terlebih dahulu ke dalam mobil nya tanpa berniat sedikitpun untuk membuka kan pintu untuk Allea.
"Masuk."
"Kirain mau langsung pulang tadi gak nungguin gua," sindir Allea yang sudah duduk di bangku di samping Leo.
Leo lagi-lagi tidak memperdulikan sindiran Allea.
"Mau sampe kapan lo antar jemput gua?" tanya Allea sambil memerhatikan langit dan jalanan di luar kaca mobil.
"Perut lo masih sakit?" bukan nya menjawab pertanyaan Leo malah balik bertanya dengan pertanyaan yang sangat jauh berbeda dengan pembahasan yang Allea tanya tadi.
Allea menghela napas, mungkin kalau sampai beberapa hari ke depan ia tetap ditemani Leo seperti ini Allea harus membeli stok kesabaran yang banyak.
"Udah mendingan," jawab Allea.
"Perlu ke dokter lagi?"
"Enggak, cuma disuruh abisin obat nya aja."
Leo mengangguk saja membalas ucapan Allea.
Mereka saling berdiam sampai mobil Leo berhenti di depan rumah Allea. Seperti biasa mata Leo melihat ke segala penjuru tempat sekitar rumah Allea, siapa tau keberuntungan sedang menghampiri nya dan melihat salah satu peneror.
"Makasih," ucap Allea sebelum diri nya keluar dari mobil Leo.
"Kalo ada apa-apa hubungin gua."
"Iya kalo inget," balas Allea seraya keluar dari mobil Leo.
Tanpa basa basi Leo segera pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Allea, untung saja Allea sudah terbiasa dengan sikap menyebalkan Leo yang satu itu walaupun baru beberapa kali bertemu.
Leo segera membuka ponsel nya untuk melihat pesan dari Verell yang mengirimkan lokasi cafe yang menjadi tempat berkumpul nya mereka. Dan Leo dengan cepat pergi ke sana.
"Kirain gua gak akan dateng dia," tunjuk Karel pada Leo yang baru saja turun dari mobil nya dan berjalan memasuki Cafe.
Mereka duduk dipinggir dekat kaca jadi dengan mudah melihat kegiatan diluar sana. Mereka masih memerhatikan Leo yang sedang memasuki Cafe.
"Wey," teriak Verell sambil melambaikan tangan nya pada Leo yang tengah bingung mencari keberadaan teman-teman nya.
Leo yang melihat teriakan Verell segera menghampiri mereka.
"Gua kira lo gak akan dateng," ucap Karel.
"Gua selalu nepatin ucapan gua," balas Leo langsung duduk di samping Karel.
"Kalian cuma beli minum?" tanya Leo yang melihat di meja mereka hanya ada minuman.
"Makanan di sini mahal, mending beli minuman dapet dua jadi bisa nongkrong di sini lebih lama kan," ucap Alfi.
"Ya kalo mahal jangan nongkrong di sini lah cari yang sesuai kantong aja."
"Tapi minuman di sini gila enak banget gak ada yang menandingi, kita udah pernah ganti tempat kumpul tetep aja balik lagi kesini," ujar Verell.
Leo sedikit menampilkan senyuman nya.
"Pesen nanti gua yang bayar," ucap Leo.
"Hah?"
"Lo jadian sama Allea?"
"Secepet itu?"
"Enggak," jawab Leo.
Leo memanggil pelayan untuk kembali memesan makanan atau pun minuman.
"Pesen aja."
"Lo serius?"
"Iya," jawab Leo sambil berdiri ingin meninggalkan tempat duduk nya.
"Mau kemana?" tanya Karel.