Part 13

1693 Kata
"Kakak nemu beberapa piso lipat di kamar kamu, buat apa?" tanya Alvera, membuat kakak pertama mereka juga ikut menoleh menatap Leo menunggu jawaban apa yang keluar dari mulut Leo. Untung cuma pisau lipat, batin Leo. "Ya buat jaga-jaga, kan takut di luar terjadi sesuatu jadi Leo udah mempersiapkan buat membela diri." "Bela diri yang di ajarin kakek emang kurang?" Angel akhirnya ikut bersuara juga. "Buat keadaan mendesak lah ya kan Leo?" bela Alvera yang diangguki oleh Leo. "Bagi satu dong piso nya ya?" pinta Alvera. "Iya ambil aja." "Ada berapa emang?" tanya Angel. "Lima, kalo gak salah ya?" Alvera meminta pembenaran dari Leo. "Enam sama yang Leo bawa tadi." "Di sekolah emang boleh bawa piso gitu?" tanya Angel yang sudah selesai memesan makanan di ponsel nya. "Boleh kalo gak ketauan." "Jangan sampe di buat gak bener," peringat Angel. "Iya." *** "Non Lea itu temen nya udah di depan," teriak nya memanggil Allea yang masih di kamar nya. "Iya," jawab Allea sambil berjalan turun dari tangga dengan perlahan. "Ayo cepet udah ditungguin itu." "Iya Bi, ini Lea lagi turun," balas nya sambil meletakkan dasi di leher nya yang sama sekali belum di ikat. Allea memang sering seperti itu hanya menyampirkan dasi panjang yang belum terikat di leher nya itu. Leo berdiri dengan menyilang kan kedua tangan nya di d**a nya sambil menyandarkan tubuh nya di mobil nya menunggu Allea keluar dari rumah nya. Leo melihat Allea yang berjalan menghampiri nya dengan pakaian seragam yang berbeda dengan Leo, lihat lah Leo berpakaian sangat rapi dengan dasi yang sudah terikat dengan sempurna di leher nya, seragam yang di masuk kan kedalam celananya yang menggunakan ikat pinggang serta seragam yang halus tanpa lipatan tidak penting disana. Sangat berbeda dengan Allea semua yang berada di Leo berkebalikan dengan apa yang Allea pakai dan jangan lupakan sepatu berwarna baby blue yang digunakan Allea. "Seberantakan ini?" Leo menatap Allea dari ujung kepala nya yang hanya sebahu Leo hingga ujung kaki sepatu yang berwarna baby blue itu. "Apa? gua emang begini." Astaga Leo baru memerhatikan penampilan Allea dengan detail saat ini, kemarin ketika memerhatikan Allea di sekolah apa saja yang Leo perhatikan? hanya wajah cantik nya ? "Apa sih liat gua biasa aja kali, guru juga udah biasa liat gua begini," ucap Allea membuat Leo menggelengkan kepala nya, Leo seperti melihat duplikat kakak keduanya –Alvera saat ini. Apa ini karma dirinya karena selalu mengatai kakak nya itu, hingga sekarang ia harus menjaga orang yang seperti kakak nya, yang tentu saja akan banyak menghabiskan waktu bersama nya. Leo menarik dasi yang menjuntai di leher Allea hingga jarak mereka berdua dekat. "Ap..." "Diem." Leo mengikat dasi Allea membuat Allea yang sudah berpikiran buruk langsung terdiam. "Mau masukin seragam sendiri apa gua masukin?" tanya Leo yang sudah mengikat dasi Allea dengan rapi. "Ck sendiri aja." Allea memasuk kan pakaian seragam nya kedalam rok kotak-kotak nya itu di depan Leo tanpa malu, Leo dengan tau diri nya langsung masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Allea yang sedang sibuk memasukkan seragam nya kedalam rok nya. "Cepet masuk." "IYA." Allea masuk kedalam mobil dengan kesal. "Besok gua beliin sepatu warna item," ucap Leo setelah menjalan kan mobil nya. "Ih lo ini guru BK yang nyamar apa gimana?" tanya Allea kesal karena seenak nya mengatur diri nya, dan dengan bodoh nya lagi kenapa Allea mau menuruti nya tadi untuk memasuk kan seram nya agar rapi? sepertinya Leo menghipnotis nya, pikir Allea. "Mau sekolah harus rapi." "Lo tuh kalo gak cakep aja, lo tuh culun banget pasti." Allea menatap Leo dari atas sampai bawah menilai penampilan Leo. "Tinggal pake kacamata aja tuh dah pas culun," ucap Allea sambil mengangguk-anggukan kepala melihat Leo yang tidak memperdulikan ucapan Allea. "Tinggal acak-acakin aja rambut lo dah pas gembel," balas Leo meniru ucapan Allea. "Heh Sialan lo ya." Leo hanya mengangkat bahu nya tidak peduli. "Turunin gua di depan aja," ujar Allea ketika mereka sudah mendekati sekolah mereka. Leo hanya diam saja tidak memperdulikan ucapan Allea. "Leo tolong ya kali ini dengerin gua, gua gak mau ya jadi bahan gosip baru anak-anak karena gua berangkat bareng lo. Lo tau kan lo itu anak baru yang cakep, udah pasti mereka lagi panas-panas nya ngomongin lo dan lo sekarang berangkat bareng gua, lo ta... " "Turun." Mobil Leo berhenti di depan sekolah yang tidak terlalu dekat dengan sekolah sesuai dengan permintaan Allea tadi. "Basa-basi apa kek," gerutu Allea yang langsung turun dengan membanting pintu mobil Leo karena kesal tiba-tiba memotong ucapan nya dan menyuruh nya turun seperti mengusir nya saja. Mobil Leo segera pergi meninggalkan Allea disana tanpa sepatah kata pun. "Dia tuh marah karena gua minta turun disini, apa gimana sih tuh orang janggal banget," ucap Allea sambil berjalan menuju sekolah nya dengan beberapa anak sekolah yang juga berjalan di sebrang jalan. "Mana gak ada basa basi sama sekali langsung pergi gitu aja lagi." Allea masih saja menggerutu karena sikap Leo. "Cowok sih begitu, gila nanti nih pacar nya dia, pasti dulunya penghianat negara makanya kena karma jadi pacar nya tuh orang yang nyebelin nya udah tingkat dewa." "LEAAA ALLEAAA." Allea menoleh melihat sahabat nya Vela, tanpa menoleh pun sebenarnya Allea sudah tau siapa yang memanggil nya dengan sebutan Lea seperti itu karena hanya orang terdekat nya saja yang memanggil nya dengan nama panggilan Lea seperti itu. "Vela," panggil Allea pada sahabat nya itu. "Lo udah sembuh?" "Belum seratus persen sembuh sih tapi yang penting udah boleh pulang dari rumah sakit kan." "Ihh aturan yang lama aja sana, bosen gua ketemu lo mulu." "Bilang aja lo kangen gua kan, iya kan." Alla mencolek-colek lengan Vela. "Enggak ih ngapain gua kangen sama lo, males banget," ucap Vela menghindari sentuhan dari Allea. "Jujur aja sih kangen kan sama gua." "Enggak," elak Vela berbohong, mana ada sahabat yang selalu bersama hampir seharian lalu beberapa hari tidak bersama nya tidak merindukan nya? tidak ada, pasti akan merindukan nya tentu saja tapi Vela tidak mau mengaku saja walaupun terlihat jelas kalau Vela merindukan sahabat nya itu. "Gengsi kan lo ngaku kalo kangen gua." "Enggak ya enak aja." Mereka berdua berjalan ke sekolah sambil mengobrol, bercanda dan tertawa melupakan semua masalah yang sedang di hadapi, bahkan Allea melupakan fakta kalau diri nya sampai saat ini masih terus dipantau dan di teror entah oleh siapa. "Lea sejak kapan lo rapih gini?" Vela menatap Allea dari mulai dasi nya yang terpasang rapi serta seragam yang di masuk kan di rok nya. "Gila ih lo sakit jadi bener gini akhirnya." Vela menepuk bahu Allea seolah sangat bangga dengan perubahan baru Allea kali ini yang sangat jarang terjadi. "Sialan." *** "Lo berangkat bareng Allea?" tanya Karel yang duduk di samping Leo sambil mengunyah bakso nya. Leo menatap Karel curiga. "Gua liat tadi pas berangkat si Allea turun dari mobil lo," ujar Karel yang masih santai saja berbicara seperti itu sambil terus menyendok kan kuah bakso ke mulut nya tanpa memperdulikan tatapan Leo yang penuh kecurigaan. Hal yang wajar bukan kalau Leo curiga dengan Karel, sejak awal ketika dirinya mengantar Allea menuju rumah sakit Karel juga mengetahui nya dan mengatakan di beritahu oleh satpam dan sekarang lagi-lagi dia mengetahui kalau dirinya berangkat sekolah bersama Allea dengan memberikan penjelasan kalau dirinya melihat nya tadi. Tidak boleh kah Leo curiga pada Karel? kenapa setiap yang berhubungan dengan Allea dia selalu mengetahui nya. "Lo berangkat bareng Allea?" tanya Verell. "Kaya nya ada yang mau pdkt nih," ledek Alfi. "Gak mau tau nanti kalo jadian lo harus traktir kita makan!" ucap Verell yang langsung di setujui oleh Alfi dan juga Karel. Leo masih sibuk dengan pikiran nya yang mencurigai Karel. Apa Karel menjadi salah satu peneror Allea? Apa Karel tau semua tentang Allea? Leo akan mencoba menanyakan sesuatu hal tentang Allea. "Kapan ulang tahun Allea?" tanya Leo pada Karel. "Wow beneran Leo, lo suka sama Allea?" "Wah hati-hati Leo saingan lo banyak loh." Leo tidak memperdulikan ucapan mereka berdua, Leo hanya menunggu jawab dari Karel. "12 juli," jawab Karel. "Kok lo tau?" "Wow wow santai bro, gua gak suka kok sama Allea itu gua tau karena biasanya kalo ada yang ulang tahun emang di rayain di kelas, ya kan Alfi?" "Iya bener, tapi gua sih gak inget ulang tahun Allea kapan," jawab Alfi. "Bukan cuma Allea kok yang pernah di rayain di kelas bareng temen-temen juga gua inget tanggal berapa," jelas Karel sebelum Leo menaruh curiga berlebih pada nya. Karel menduga kalau Leo pikir dirinya menyukai Allea, tapi Leo tidak berpikir seperti itu. Leo tidak peduli mau Karel menyukai Allea atau tidak, yang di pikirkan Leo adalah apakah Karel terlibat dengan semua yang terjadi pada Allea? Apa hanya kebetulan saja. Leo menganggukkan kepala nya membalas penjelasan Karel. Mungkin benar penjelasan Karel itu dan mungkin saja hanya kebetulan, kalau pun benar Karel terlibat tidak mungkin juga kan Karel mengatakan nya langsung di depan diri nya kalau dia mengetahui nya, itu akan sangat terlihat mencolok untuk seorang penguntit. "Tuh Allea," tunjuk Alfi pada Allea yang berjalan bersama teman nya itu. "Allea sini," ajak Verell. Allea dan Vela teman nya terlihat menoleh mencari bangku yang kosong dan kembali menoleh pada Verell yang mengajak nya. "Duduk sini aja," sahut Alfi yang juga menyuruh Allea dan teman nya itu untuk duduk di meja mereka karena memang tersisa dua bangku lagi. "Emang mau duduk di sana deket sama berandalan tidak berkelas," ucap Verell membuat sekumpulan laki-laki yang duduk di dekat bangku yang kosong di sana menatap kearah Verell. "Nyari gara-gara aja ni orang," ujar Karel pada Verell yang tidak memperdulikan tatapan sekumpulan pria itu yang masih menatap kearah mereka kesal. "Gak apa-apa Rel, nanti kalo mereka mau ngehajar kita kan ada lo jadi kita aman deh." Alfi mengacungkan jempol tangan nya kepada Karel. "Gua lagi gak mau berantem ya sialan." "Udah terlanjur," ucap Verell sambil menampilkan deretan gigi nya kepada Karel. "Lo bisa bela diri?" tanya Verell pada Leo. "Enggak." Bohong. Mana mungkin Leo yang memiliki badan sebagus itu dan ia juga anggota secret agent tidak mungkin diri nya tidak bisa bela diri, bahkan dirinya sejak kecil dilatih bela diri oleh kakek nya. "Allea tumben rapi nih?" ejek Verell sambil melirik ke arah Leo yang hanya diam saja. "Oh anak baru gabung sama kalian sekarang ya," ucap Vela yang duduk di samping Verell. "Leo."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN