Setelah beberapa jam mereka berdua berjalan-jalan. Hari semakin sore sebentar lagi langit akan berganti warna menjadi gelap, Leo memutuskan untuk mengantar Allea pulang, tapi bagaimana cara nya kalau Allea tidur sedangkan Leo tidak mengetahui rumah Allea dimana, kalau membawa nya pulang pasti ibu dan kakak pertama nya akan sangat banyak bertanya.
Leo melirik kearah Allea yang sedang bersandar pada bangku mobil dengan mata yang terpejam, Leo ingin membangunkan nya dan bertanya di mana rumah nya tapi Leo tidak tega untuk membangunkan nya.
"Nanas," ucap Leo setelah berpikir bagaimana cara mengantar Allea pulang, yaitu dengan bertanya pada Nanas, pasti dia tau kan di mana rumah Allea.
Leo segera menghubungi Nanas dan bertanya kepada nya dimana rumah Allea. Sambil menunggu jawaban dari Nanas Leo menjalan kan mobil nya perlahan sesekali menoleh kearah Allea dan menoleh keluar memastikan tidak ada yang mengikuti mobil nya karena kalau sampai ada yang mengikuti, Leo sudah memperingati tim nya untuk segera melacak di mana diri nya ketika Leo menghubungi mereka dan segera menyergap peneror yang mengikuti mereka itu.
Tapi seperti nya semua nya baik-baik saja, normal tidak ada yang mengikuti mobil nya bahkan tidak ada yang mencurigakan, entah mereka aman saat ini atau mereka yang terlalu hebat menyamar sampai Leo tidak menyadari keberadaan mereka.
Ponsel Leo berbunyi membuat Leo tersentak dan melihat ponsel nya yang mendapatkan balasan pesan dari Nanas yang sudah mengirimkan di mana alamat Allea. Leo segera menjalankan mobil nya untuk mengantar Allea pulang, tidak lupa menghubungi orang suruhan nya untuk mengawasi rumah Allea, yang sebenarnya tanpa Leo suruh pun mereka juga sudah di sana mengawasi Allea karena perintah Nanas.
"Aku harus segera bertemu dengan orang tua nya," gumam Leo sambil melirik Allea.
Setelah hampir sampai di rumah Allea seketika Leo terpikirkan bagaimana kalau nanti Allea bertanya darimana dia mengetahui alamat nya, tadi saja dia terus bertanya dari mana Leo mendapatkan nomor ponsel nya apalagi sekarang pasti Leo dianggap seperti penguntit nya.
Leo melirik kearah Allea dan berharap semoga Allea bangun untuk menunjuk kan dimana rumah nya, walaupun Leo tau mereka sudah dekat dengan rumah Allea.
"Hoaam..."
Seperti yang di harapkan, Allea menunjuk kan tanda-tanda bangun dari tidur nya.
"Udah bangun?" tanya Leo mencoba bertanya memastikan Allea tidak kembali tidur.
"Udah sore banget ya," ucap Allea melihat langit melalui kaca mobil mengabaikan pertanyaan Leo tadi.
"Ayo antar gua pulang," lanjut nya.
"Dimana rumah lo?" tanya Leo pura-pura tidak mengetahui ya.
"Gua kira lo tau, ini udah deket soalnya sama rumah gua. Itu nanti di depan belok kiri." Leo mengangguk mengikuti arahan Allea yanng sebenarnya tidak perlu juga soalnya Leo sudah tau.
"Makasih," ujar Allea ketika sudah sampai di rumah nya.
Leo mengangguk kecil lalu membawakan tas pakaian milik Allea, "Gua bawa sampe dalem rumah."
"Gak usah," tolak Allea walaupun ia sekarang sudah tau kalau Leo tidak bisa di tolak, terlalu memaksa.
Leo tidak mengindahkan ucapan Allea dan tetap membawakan tas berisi pakaian Allea.
"Terserah deh," pasrah Allea dan berjalan perlahan karena kalau berjalan terlalu cepat membuat luka di perut nya terasa sakit.
Leo mengikuti langkah Allea saja yang memasuki rumah nya.
"Non Lea," pekik seorang wanita paruh baya tergesa menghampiri Allea.
"Hai bi," sapa Allea.
"Baru pulang?"
"Iya."
"Kenapa non sakit?" tanya nya yang melihat Allea yang selalu memegangi perut nya.
"Lea gak apa-apa kok bi."
"Bener?"
"Iya," jawab Allea sambil tersenyum meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja.
"Non kok punya pacar gak bilang bibi sih?" tanya nya sambil melihat kearah Leo yang berdiri sambil memegangi tas Allea.
"Ah itu bukan bi, ini temen Lea."
"Leo," ucap Leo memperkenalkan diri nya.
"Oh nak Leo temen non Lea?"
"Iya bi."
"Kok bibi gak tau sih non punya temen cakep banget gini," bisik nya kepada Allea.
"Ih bibi apaan sih."
Leo terkekeh mendengar nya, memang pesona nya tidak bisa di tolak kaum muda maupun tua ternyata pikir Leo.
"Ayo duduk dulu nak Leo, mau minum apa?"
"Gak usah, saya mau langsung pulang aja udah sore soalnya."
"Ya... "
"Saya di sini dulu deh buat istirahat soalnya tadi capek nyetir terus," ujar Leo memotong ucapan pembantu Allea karena setelah Leo pikir tidak ada salah nya berdiam di sini dulu sambil mencari informasi tambahan dari pembantu nya yang mungkin saja pernah melihat si peneror itu.
Dan siapa tau Leo melihat sendiri peneror apa yang di hadapi Allea. Akan lebih beruntung lagi kalau ternyata peneror itu datang dan tertangkap oleh tim mata-mata nya di luar sana.
"Oh bagus, duduk dulu. Mau minum apa?" tawar nya.
Allea menatap Leo bingung, tadi menolak nya tapi sekarang malah mau di sini dulu.
"Apa aja," balas Leo.
"Yaudah, duduk tunggu dulu ya. Tas non Lea taro aja di situ nanti bibi yang bawa ke kamar non Lea," ucap nya sambil berjalan menuju dapur membuatkan minuman untuk Leo.
Leo duduk di sofa sambil meletakkan tas Allea tadi di samping sofa. Allea ikut berjalan ke dapur menyusul bibi nya yang sedang membuat minuman.
Leo melihat-lihat sekeliling nya, bahkan melihat struktur rumah nya bagaimana, apa bisa maling masuk kesini dengan mudah, tapi lebih tepat nya peneror yang sedang mengintai Allea. Leo melihat salah satu bingkai foto besar yang memperlihat kan seorang pria dan dua wanita yang satu lagi sudah Leo pastikan itu Allea.
"Orang tua Allea," gumam Leo sambil terus memerhatikan wajah nya, karena Leo belum pernah bertemu dengan ayah nya Allea yang memerintahkan nya untuk menjaga anak nya. Mungkin lain kali Leo akan bertemu dengan ayah Allea dan membicarakan mengapa anak nya menjadi incaran seperti ini.
Allea datang membawa dua gelas berisi sirup jeruk dengan beberapa bongkahan kecil es batu di dalam nya. Bibi tadi membawa tas Allea menuju kamar Allea.
"Papa lo jarang pulang?"
"Iya, dia sibuk banget." Allea duduk di samping Leo sambil meneguk sirup jeruk milik nya.
"Kalo ada apa-apa lo telfon gua aja."
Allea menatap Leo, dan Allea menemukan keseriusan dalam mata Leo. Dia benar-benar tidak membual pikir Allea.
"I... iya."
"Besok mau langsung sekolah?"
"Iya mungkin, soalnya gua bosen kalo gak sekolah."
"Besok gua jemput."
"Iya." Mau menolak pun percuma, Allea sudah tau Leo itu kalau sudah memutuskan ketentuan tidak bisa di tolak.
"Lo kenapa belum pulang?" tanya Allea yang sudah menghabiskan sirup jeruk nya, sedangkan milik Leo tinggal seperempat nya saja mungkin tinggal seteguk lagi sudah habis.
"Terserah gua."
"Lo penasaran peneror di rumah gua?" tanya Allea dan Leo hanya mengangkat bahu nya.
"Dia kalo ada tamu gak akan buat ulah," ujar Allea.
Leo hanya diam saja seolah tidak peduli namun dia mendengarkan Allea dengan sungguh-sungguh menyimpan semua informasi dari Allea. Leo tidak mau banyak bertanya nanti menimbulkan kecurigaan, lagipula siapa juga yang tidak curiga tiba-tiba orang baru datang dalam hidup mu lalu bertanya banyak hal seakan mencampuri hidup mu, itu membuat tidak nyaman dan pasti akan curiga kan.
Leo menenggak minuman nya dan meletakkan gelas kosong nya di meja, "Gua pulang dulu, udah sore," pamit Leo.
"Ya lo liat aja tuh langit aja udah gak ada matahari lagi," sindir Allea karena sudah beberapa jam lama nya Leo berada di rumah diam, benar-benar diam bahkan tidak mengajak Allea berbicara, menyebalkan seperti mengundang patung ke rumah pikir Allea.
"Yaudah gua pulang." Leo berdiri berjalan keluar di ikuti Allea.
"Ngapain?" tanya Leo.
"Nganterin lo sampe depan."
"Besok gua jemput," ujar Leo sambil masuk kedalam mobil nya.
"Iya," jawab Allea malas karena tidak bisa menolak Leo.
Leo menjalan kan mobil nya sambil melirik ke salah satu pohon yang tidak jauh dari rumah Allea yang terdapat mata-mata milik nya yang sedang mengawasi rumah Allea. Ketika mereka saling bertatapan orang itu mengangguk kan kepala kepada Leo memberitahu kalau semuanya saat ini baik-baik saja yang langsung di balas anggukkan juga oleh Leo.
"Lain kali aku harus mengunjungi rumah nya lagi," gumam Leo sambil mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang menuju rumah nya.
"Baru pulang?" Tanya kakak pertama Leo —Angel yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi sendiri menoleh pada adik nya itu yang baru pulang.
"Iya, tadi abis dari rumah temen."
"Waahh adik ku baru pulang, dari mana aja nih?" tanya Alvera dengan berteriak di tangga sambil berjalan turun menghampiri adik laki-laki nya itu.
"Dari rumah temen," jawab Leo.
"Sana lo ganti baju dulu," usir Alvera seraya mendorong Leo.
Leo mengangguk dan berjalan menuju kamar nya untuk berganti pakaian.
"CEPETAN KAK ANGEL MAU NGOMONG SESUATU," teriak Alvera membuat Angel yang berada di samping nya menatap adik nya itu bingung.
"Kakak gak mau ngomong apa-apa," balas kakak nya itu.
"Sstt udah biarin aja biar dia takut." Alvera terkikik geli karena menjahili adik nya itu. Angel hanya menggelengkan kepala nya melihat tingkah adik nya yang sangat usil itu.
"Daddy sama mommy kemana?" tanya Leo yang sudah berganti pakaian berjalan menghampiri kakak nya itu.
"Biasa mereka mah kencan mulu," jawab Alvera, bagi nya kalau kedua orang tua nya itu pergi bersama Alvera akan menganggap nya kencan, walaupun nyata nya bukan, tetap saja Alvera menganggap itu adalah kencan karena pergi keluar bersama, sekalipun ada urusan pekerjaan ataupun menghadiri suatu acara.
"Ke pernikahan temen ayah," jawab Angel dan Leo mengangguk.
"Mau ngomong apa kak?" tanya Leo pada kakak nya itu.
"Enggak, kakak kamu aja tuh iseng," tunjuk Angel pada Alvera yang tengah memerhatikan gigi putih nya pada adik nya.
"Setelah gua renungkan kayanya yang normal di rumah ini cuma gua," ucap Alvera seraya mengunyah kripik singkong di dalam toples bening.
"Bukan nya terbalik?"
"Heh manusia di luaran tuh kaya gua bukan kaya kalian, kaya patung es tau gak," balas Alvera.
"Terserah."
"Makan malem ini pesen aja ya," ujar Angel yang langsung diangguki oleh kedua adik nya itu.
"Eh Leo kemaren kakak nemu sesuatu di kamar kamu," ucap Alvera mengalihkan pandangan Leo pada televisi di depan nya, Angel yang sedang sibuk memesan makanan pada ponsel nya melirik kearah Alvera karena penasaran apa yang ia temukan di kamar adik laki-laki nya itu.
Leo menatap kakak nya itu dengan berbagai pikiran yang memenuhi pikiran nya, apa yang di temukan kakak nya itu di kamar nya? apa berhubungan dengan pekerjaan secret agent nya atau bukan, kalau sampai menemukan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan rahasia nya itu Leo harus benar-benar menyiapkan alasan yang masuk akal dan dirinya tidak di curigai dan ketahuan kalau dirinya memiliki pekerjaan yang beresiko besar seperti itu, pasti kedua orang tua nya dan kakak nya Angel akan melarang nya dan menyuruh nya berhenti.
"Kakak nemu ...