Part 11

1612 Kata
"Ini lebih dari dua orang," ucap Leo. "Ya dan mereka pinter menyamar, bahkan sampe sekarang saya belum mencurigai satu pun orang disini." "Cukup pintar, ayo kita bahas lebih lanjut lagi di kantor." Leo berdiri dan bergegas meninggalkan ruangan itu. Pak Jonathan hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Leo yang terkesan tidak sopan karena tidak berpamitan dan langsung pergi begitu saja, tapi dia sudah tau Leo memang seperti itu jadi sudah terbiasa dengan sikap Leo yang terkesan kurang ajar. Leo menjalankan mobil nya menuju kantor tempat mereka akan meeting tadi dengan kecepatan sedang, Leo kembali berpikir apa ia harus menjenguk Allea atau tidak, apa ia harus menjenguk nya sekarang? apa nanti saja setelah meeting? apa tidak apa menjenguk nya malam hari? apa tidak usah? Leo dipusingkan dengan berbagai pertanyaan di pikiran nya. Leo menepikan mobil nya di jalan dan kembali berpikir. Tapi untuk apa menjenguk nya? pikir Leo. Tapi memang tugas nya untuk menjaga Allea, tapi ... Leo berdecak kesal, "ck gua harus gimana sih?!" Akhirnya Leo memutuskan untuk kembali menjalan kan mobil nya ke kantor untuk meeting membahas ini semua. Ketika sudah sampai, semua sudah berkumpul di meja panjang dengan pakaian yang rapi kecuali Leo yang masih memakai seragam sekolah nya, itu sudah biasa terjadi karena hanya Leo yang termuda disini. Leo langsung duduk di kursi nya setelah memberikan tas ransel nya kepada sekretaris Nanas. "Jadi?" tanya Leo setelah duduk dan menatap mereka semua yang lebih tua dari Leo. "Kita udah menjalankan misi ini selama enam bulan," jawab Nanas. "Dan tidak mendapatkan hasil sedikit pun, lalu mengajak diri ku benar begitu?" "Ya benar." "Awal nya kami kira ini tidak sesulit ini, tapi ternyata ya seperti yang kamu tau kami kesulitan," ucap salah satu pria yang sudah berkepala tiga itu melihat kearah Leo. "Mengajak ku tanpa menjelaskan kronologi nya dengan detail? bahkan aku tidak tau kalau pak Jonathan ikut menyamar di sekolahan ku itu?" "Ya setidaknya kamu udah tau sekarang bukan?" tanya Nanas. "Terserah saja." "Kami tidak tau mengapa dia terus diteror seperti itu, bahkan kami sudah menangkap salah satu peneror di rumah gadis itu namun tetap kami tidak mendapatkan informasi apapun dari nya," ucap salah satu pria yang sekira nya seumuran dengan ayah nya Leo. "Apa ayah nya Allea membuat suatu kesalahan?" tanya Leo. "Ayah nya hanya mengatakan sejak istrinya meninggal mereka jadi seperti ini." "Kita harus mencari informasi dengan detail dengan ayah nya Allea, kita harus menginterogasi nya." "Sangat sulit menentukan jadwal untuk bertemu dengan nya, dia sangat sibuk." "Tidak mau tau, harus atur jadwal bertemu dengan nya lalu menanyakan nya dengan detail," ujar Leo. "Nanti biar ku hubungi." "Pak Jonathan nanti sebisa mungkin cctv sekolah harus cepat di perbaiki." "Iya," jawab nya. "Leo kamu harus terus bersama gadis itu dan awasi dia terus," perintah Nanas, Leo hanya mengiyakan saja. "Dia berada di rumah sakit dengan pengawasan kan?" "Iya tenang saja, aku tidak ceroboh," jawab Leo. "Apa kita butuh penyamaran baru?" tanya salah satu pria yang memakai jas biru. "Itu akan mencolok kalau terus ada anak baru." "Sudah berapa peneror yang tertangkap?" Tanya Leo. "Dua." "Dan dua-duanya tidak membuka mulut untuk membocorkan siapa yang mendalangi ini semua?" "Bahkan mereka bersumpah tidak mengetahui dalang nya, dia hanya disuruh melalui pesan dengan imbalan uang." "Kau sudah melacak nomor ponsel yang menyuruh itu?" "Sudah, namun tidak mendapatkan apapun. Mereka seperti mengunakan nomor yang terus berbeda." "Hmm... mereka pintar juga." "Apa ada ide lain?" "Semua ide kami sudah kami jalan kan." "Termasuk mengajak diriku?" tanya Leo. "Iya," jawab Nanas. "Baik, pertemuan kali ini sampai sini dulu saja. Kalian kembali pikirkan ide baru nanti kita meeting lagi. Aku harus pulang sudah sangat sore," ujar Leo. "Baik terima kasih semua." Leo keluar dari ruangan meeting dan mengambil tas nya yang berada di sekretaris Nanas. Leo berjalan kearah ruangan nya sambil membuka pintu melihat kendala ruangan nya yang masih terlihat rapi. Bagus, mereka tetap merawat ruangan ku, batin Leo sambil menatap ruangan nya yang bersih dan rapi setelah di tinggalkan satu bulan lebih karena Leo ingin menghabiskan waktunya di rumah saja sekarang karena para kakak nya sedang berada di rumah semua. *** Leo memasuki ruangan dimana Allea di rawat sambil terus memantau sekitar siapa tau dirinya melihat orang yang mencurigakan lagi, walaupun orang yang selalu mengawasi ruangan Allea mengatakan semua baik-baik saja tidak ada yang mencurigakan dan yang datang hanya teman nya Allea saja tapi tetap saja Leo harus berwaspada. "Ngapain?" tanya Allea ketika melihat Leo yang datang memasuki ruangan dimana ia dirawat. "Jenguk." "Gua udah lo izinin kan ke sekolah?" tanya Allea. "Udah," jawab Leo yang sebenarnya tidak perlu repot Leo yang harus mengatakan nya pada guru atau wali kelas Allea karena pak Johan pasti sudah mengatakan itu pada wali kelas Allea. Allea mengangguk dan kembali memainkan ponsel nya. "Udah boleh pulang?" tanya Leo karena merasa bosan sedari tadi hanya diam. "Hari ini gua udah boleh pulang sebenarnya tapi males jadi besok aja." "Masih sakit?" "Kalo banyak gerak sakit, luka nya juga belum ilang." "Lo di rumah tinggal sama siapa?" "Papa gua, tapi dia suka jarang pulang sih jadi di rumah sama pembantu." "Besok kalo mau pulang biar gua antar," tawar Leo karena mau bagaimana pun ini sudah tugas nya untuk menjaga nya kan. "Gak usah nanti gua pesen taxi aja." "Gua tetep antar lo." "Gak usah." "Gak peduli." "Pemaksaan banget sih." Allea menatap Leo kesal. Leo hanya mengangkat bahu tidak peduli dengan penolakan Allea. "Ini simpen nomer gua." Leo menelfon ponsel Allea membuat nya tersentak dan melihat kearah ponsel nya ada yang menelfon dengan nomer tanpa nama. "Ngapain gua simpen, gak mau." "Biar gampang ngehubungin nya." "Gua gak mau di hubungin sama lo." "Gua kan kemaren udah bilang bakal lindungin lo," ucapan Leo membuat Allea menatap Leo ragu, bagaimana bisa dia benar-benar menepatkan ucapan nya kemarin, Allea padahal hanya menganggap bualan saja tapi ternyata seperti nya Leo emang tidak bercanda sekarang. "Simpen nomer gua," ujar Leo. "Iya." Mau tidak mau Allea menyimpan nya. Sebenarnya Allea juga membutuhkan bantuan karena diri nya sudah sangat menderita dengan semua teror yang menghampiri nya, ia lelah tapi tidak bisa membalas nya, rasanya Allea ingin sekali membalas semua orang yang telah meneror nya bahkan sampai melukai nya seperti ini. Allea terdiam ketika kembali memikirkan ayah nya, apa kah dia baik-baik saja? apa ayah nya itu tidak kena teror lagi atau masih sama seperti dirinya yang terus di teror oleh orang-orang aneh? bagaimana ayah nya nanti menghadapi semua ini? semoga saja ayah nya tidak mengalami hal seburuk yang Allea alami saat ini. "Gua cuma berharap papa di luar sana tidak di teror seperti di rumah," gumam Allea yang dapat di dengar oleh Leo tapi Leo berpura-pura tidak mendengar nya. "Lo udah makan?" tanya Leo mencoba mengalihkan apa yang sedang di renungkan oleh Allea. "Udah tadi," jawab Allea sambil menatap Leo. "Gua bosen banget disini, temenin gua jalan-jalan yuk," ajak Allea. "Lo masih sakit," tolak Leo karena takut Allea nanti di jalan terjadi sesuatu karena masih sakit, dirinya tidak mau mengambil resiko besar dengan mengajak orang sakit. "Kan tadi gua udah bilang, gua udah boleh pulang berarti gua udah sembuh cuma jangan banyak gerak aja dulu." "Yaudah ayo." Leo tidak bisa menolak lagi. "Sekalian pulang?" tanya Leo. "Hmm... yaudah deh sekalian pulang aja biar ga bolak balik, tunggu gua ganti baju dulu lo keluar sana," usir Allea yang langsung di iya kan oleh Leo. Leo keluar ruangan dan menunggu Allea berganti pakaian di depan sambil sesekali melihat sekitar nya. Leo melihat ke salah satu orang yang ia perintah kan untuk mengawasi ruangan Allea, orang itu memberi kode kalau semuanya baik-baik saja tidak ada yang mencurigakan, Leo mengangguk kecil sambil mengalihkan pandangan nya agar tidak di curigai. "Aduh." "Lo gak apa-apa?" tanya Leo setelah mendengar suara Allea yang terdengar kesakitan. "Gua udah, masuk aja." Leo segera masuk dan mendapati Allea yang sedang memegang perut nya sambil mengeluh sakit. "Sakit? gua panggil dokter dulu." "Gak usah, ini karena tadi gua mau angkat tas isi baju gua jadi sakit." "Tapi kan lo mau pulang jadi bilang dokter dulu." "Iya ya, tapi pencet aja tombol di situ buat panggil dokter nya." Allea menunjukan tombol yang berada di dekat ranjang yang ia tiduri setelah beberapa hari ini. Leo mengangguk lalu memencet tombol yang tadi di tunjuk kan oleh Allea. "Nanti tas lo biar gua aja yang bawa," ucap Leo. "Iya." Tidak lama dokter datang kembali memeriksa Allea sebentar sebelum benar-benar di putuskan kalau Allea boleh pulang. "Terima kasih dok," ucap Allea. "Iya sama-sama, jaga pacar nya baik-baik ya." dokter itu menepuk bahu Leo membuatnya tersentak. "Ah... iya dok terima kasih," balas Leo sedikit canggung karena fakta nya Leo bukan lah kekasih Allea, mereka saja baru bertemu beberapa hari yang lalu dan sangat tidak mungkin kalau sekarang mereka menjadi sepasang kekasih. Tidak ada yang sesingkat itu, dan lagi Leo tidak mungkin menyukai orang semudah itu. "Mau kemana?" tanya Leo ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil Leo. "Kemana aja deh yang penting jalan-jalan, gua bosen." "Mall?" tanya Leo karena yang Leo tau wanita pasti suka pergi ke mall kan seperti kakak nya Alvera. "Enggak deh gua takut di mata-matain terus kalo di mall," jawab Allea membuat Leo mendapatkan ide, mungkin nanti ketika Allea sudah benar-benar sembuh Leo akan mengajak Allea ke mall serta membawa tim nya untuk mencari tau siapa yang memata-matai Allea dan menangkap nya, siapa tau kali ini akan mendapatkan clue siapa dalang dari semua ini. "Terus kemana?" "Muter-muter aja gimana? gua rada takut kalo keluar jauh soalnya." "Iya." "Nanti bensin lo gua ganti." "Gak usah." "Tap..." "Gua gak peduli." Ok kali ini Allea tau, Leo itu menyebalkan, tidak suka di bantah. Padahal baru dua kali bertemu dan Allea sudah melihat betapa menyebalkan nya Leo, entah untuk kesekian kali nya nanti mereka bertemu Leo akan semenyebalkan apa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN