Part 9

1513 Kata
"Tidak apa-apa, ayo sarapan bersama." Lagi-lagi ayah ku berbohong. Sudah seminggu lebih ini aku dan ayah ku sering mendapatkan teror entah bertujuan untuk apa. Aku tidak tau. Aku pun sering merasa seperti aku di ikuti oleh seseorang, namun ketika aku mencarinya aku tidak menemukan siapa-siapa. Aku mendengar ada anak baru. Biasanya aku akan mengerjai nya, tidak bukan membully hanya sedikit mengerjai tapi entah lah aku tidak ingin melakukan apa-apa aku selalu kepikiran tentang teror dan siapa yang selalu mengikuti ku, apa aku hanya berhalusinasi? Entah lah. Hari ini aku berangkat ke sekolah lebih awal dan mata ku tertuju pada mading yang penuh darah dan ada kertas yang menunjukan aku harus menuju ke belakang sekolah. Awalnya aku tidak mau, namun ada ancaman bahwa dia akan melukai ayah ku. Aku segera berlari menuju belakang sekolah sambil membawa kertas itu. Sial orang itu bahkan sampai meneror ku di sekolah, apa dia tidak takut ketahuan oleh yang lain, orang ini benar-benar sangat nekat, aku harus menemui nya. Aku berlari menuju gudang belakang sekolah, aku menoleh mencari orang yang menulis surat di mading dengan bercak darah di mading. Aku melihat seseorang berpakaian serba hitam. "Apa mau lo hah?!" teriak ku ketika melihat orang itu berjalan mendekat. Mengerikan, tapi aku harus berani. Orang itu berpaling menatap ku, dia memakai masker dan kacamata hitam. Aku tidak bisa melihat wajah nya, semua nya tertutup. "Siapa lo?!" Orang itu mengabaikan pertanyaan ku dan terus berjalan menghampiri ku. Sial, sekarang aku takut. "AAKKHH..." pekik ku ketika dia mendorong ku hingga terbentur tembok dengan keras. Tubuh dia besar sudah pasti laki-laki, tapi untuk apa dia mengancam ku terus, memang aku salah apa? Apa dia orang yang pernah ku jahili lalu membalas dendam dengan ku? "Lo mau apa?!!" Orang itu mendekat dan menodongkan pisau di depan wajah ku. Apa dia akan membunuh ku sekarang? aku tidak mau mati mengenaskan seperti ini, nanti sekolah ini menjadi horor karena arwah ku. "AAKKHH... SA...KIT," aku merintih kesakitan. Dasar orang gila. Dia benar-benar menusuk ku dengan pisau. Benar-benar tidak waras! ini sangat menyakitkan. Aku melihat seorang pria berlari kearah ku, dia menggunakan pakaian seragam sama seperti ku, dia anak sekolah sini juga? Siapa dia? Persetanan aku tidak peduli aku hanya pokus pada rasa sakit yang kurasakan saat ini di perut ku. Rasa sakit ini membuat mata ku berkunang-kunang. Orang yang berpakaian serba hitam itu langsung berlari meninggalkan tempat ketika pria itu datang, aku langsung terjatuh dan meringkuk menekan bagian perut ku yang tertusuk. Sakit. Sangat sakit. "Hey gak apa-apa?" Tanya nya menghampiri ku dan jongkok di depan ku yang meringis kesakitan. Kenapa dia bodoh sekali? Sudah tau aku tertusuk sudah pasti aku tidak baik-baik saja. "Sa...kit." aku mendongakkan kepala ku untuk melihat wajahnya. Seperti nya aku pernah lihat. Siapa ? Dimana? Ah aku tidak peduli saat ini perut ku sakit. Aku tidak bisa berpikir, sekarang aku hanya memikirkan rasa sakit yang melanda ku saat ini. "Ayo kita ke rumah sakit." Dia membantuku berdiri. "Ak..." Tiba-tiba penglihatan ku hilang. Gelap. Sunyi. Sepi. Aku mati? Aku mengerejapkan mataku . Bau ini, rumah sakit. Pria itu benar membawa ku ke rumah sakit ternyata. Aku menoleh melihat nya yang tengah berdiri memegang ponsel nya. Aku melihat sekeliling kamar ini yang terbilang cukup mewah. Vip, kenapa dia memilih kamar vip, walaupun aku tidak kekurangan harta namun tetap saja boros. Apalagi kalau aku harus menginap berhari-hari, aku tidak mau terlalu lama di rumah sakit. Aku menoleh melihat wajah nya. Ah dia anak baru itu ternyata, aku baru bisa berpikir dengan benar sekarang karena perut ku sudah tidak sesakit tadi. Aku pernah melihat anak baru ini di kantin. "Ha...hai te...rima kasih," ucap ku terbata-bata. Bagaimana tidak suara ku sulit untuk keluar, tenggorokan ku kering sangat sulit untuk mengeluarkan suara. Dia hanya mengangguk membalas ucapan ku. Apa melirik gelas di meja samping ranjang ku, aku ingin minum apa dia sungguh bodoh? kenapa dia tidak tau kalau aku baru sadar butuh minum sekarang tenggorokan ku sakit. "Mau minum?" Tanya nya yang sepertinya baru menyadari nya. Aku mengangguk saja sulit untuk untuk mengeluarkan suara karena tenggorokan ku butuh air. Dia segera mengambilkan nya. Aku bertanya apa dia menelfon orang tua ku, namun dia bilang tidak Bagus. Jangan sampai ayah ku khawatir, aku tidak mau dia semakin khawatir aku tau di perusahaan nya ada sedikit masalah aku tidak mau menambah beban pikiran nya. Kupikir dia tidak menyebalkan, nyatanya dia sangat menyebalkan, sangat bawel dia terus bertanya. Kalau aku tau aku sudah pasti akan membalas nya dan tidak akan berakhir di ranjang rumah sakit terbaring tidak berdaya seperti ini. "Gua akan bantu lo kok," ujar nya. Bantu? dia akan membantu ku untuk mencari tau siapa yang meneror keluarga ku? untuk apa membantu ku? aku saja belum tau nama dia siapa dan dengan mudah nya mengatakan untuk membantu ku? astaga dasar laki-laki pandai sekali membual. *** "Gua udah boleh pulang?" tanya Allea sambil menyendok kan bubur pada dirinya sendiri, tadi Leo sudah menawarkan untuk membantu nya makan tapi Allea menolak nya jadi yasudah Leo tidak mau memaksa nya. "Belum," jawab Leo sambil memainkan ponsel nya membaca pesan dari Nanas yang mengatakan bahwa benar Allea lah yang harus di lindungi nya, ayah Allea yang meminta mereka untuk melindungi anak nya tanpa diketahui oleh Allea. "Sampe kapan gua disini?" "Gak tau." Allea berdecak kesal karena jawaban cuek dari Leo. Bahkan sedari tadi Leo berbicara tidak menatap dirinya, dia hanya sibuk dengan ponsel nya. "Kenapa lo gak pulang? ini udah sore." "Iya." Allea hanya menghela napas dan meletakkan bekas makan nya di meja dan mengambil minum untuk di minum nya. Percuma saja dia disini tapi tidak membantu nya sama sekali, pikir Allea. "Gua belum tau nama lo, siapa nama lo?" "Leo." "Oh gua Allea." "Udah tau." "Kok bisa sih orang nyebelin kaya lo nolongin gua," ujar Allea kesal dengan Leo yang seakan tidak menganggap Allea ada di ruangan ini. Leo mengalihkan pandangan nya dari ponsel nya dan menatap Allea sebentar lalu kembali menatap ponsel nya. Allea kembali berbaring di kasur nya setelah sudah meminum obat pereda nyeri. "Siapa yang anterin tas gua tadi?" tanya Allea karena penasaran siapa yang mengantar nya, apa teman nya? apa Leo mengatakan pada teman nya kalau dirinya masuk rumah sakit? "Temen gua," jawab Leo berbohong, karena tadi yang membawakan tas Allea dan dirinya adalah orang suruhan nya yang beralasan mengatakan pada guru kalau Leo izin ada urusan dan mengatakan pada guru Allea kalau Allea sedang sakit. Ponsel Allea berbunyi, Allea ingin mengambil nya tapi sulit kalau harus kembali menegakkan tubuh nya yang sekarang sudah berbaring di ranjang dengan nyaman. "Leo tolong ambilin hp gua dong," pinta nya pada Leo. Leo melirik Allea sebentar lalu berdiri mengambil kan ponsel Allea yang berada di meja dan memberikan nya pada Allea yang masih berbaring. "Makasih." Leo hanya berdehem membalas ucapan Allea. Ayah Allea menelfon nya karena sudah sangat sore tapi belum pulang juga, dan Allea hanya mengatakan kalau dirinya sedang menginap di rumah teman nya. "Aku gak apa-apa kok Pah, aku lagi nginep di rumah temen aku," ucap Allea pada ayah nya di ponsel nya. Leo melirik nya sekilas dan menatap ponsel nya yang mendapatkan pesan dari Nanas yang mengatakan kalau Nanas sudah mengatakan pada ayah nya Allea kalau mengalami kejadian seperti ini dan sekarang sedang di rumah sakit bersama Leo. "Iya maaf Pah aku lupa bilang tadi ehehe, gak apa-apa kan aku nginep di rumah temen aku beberapa hari aja?" Leo menggelengkan kepala nya. Ternyata dia pintar juga berbohong, pikir Leo. "Iya Pah, bye." Allea mengakhiri telfon dari ayah nya sambil menghela napas. "Lo kalo mau pulang, pulang aja gua gak apa-apa disini nanti gua bisa ajak temen gua kesini," ucap Allea pada Leo. "Iya, tapi jangan langsung pulang kalo belum boleh sama dokter." "Iya." Leo mengambil tas nya dan memasuk kan ponsel kedalam saku nya. Leo berjalan meninggalkan ruangan dimana Allea berada, tapi sebelum itu Leo menghubungi orang yang satu tim dalam misi ini untuk mengawasi Allea di rumah sakit, jadi akan ada beberapa orang yang menyamar untuk diam-diam menjaga Allea dan mengawasi siapa saja yang masuk ke dalam ruangan nya. Leo melangkah masuk kedalam rumah nya yang sudah disambut dengan berbagai pertanyaan dari kakak pertama nya –Angel. "Tadi ke rumah temen dulu." "Wah sekarang Leo udah punya temen ya," sahut kakak kedua nya Leo –Alvera. Leo hanya berdehem saja menjawab ucapan kakak nya itu. "Ngapain ke rumah temen? tumben?" tanya Angel. "Ya biarin aja sih kak, kan main doang ya," jawab Alvera yang diangguki oleh Leo. "Gak aneh-aneh kan?" "Aneh-aneh aja Leo gak apa-apa kan kita masih muda ya," ucap Alvera sambil menai turunkan alisnya menggoda kakak nya itu. "Jangan aneh-aneh!" "Apa sih kak Angel, makanya punya temen dong kaya Alvera jadi bisa main." "Terserah." Leo hanya diam saja menyaksikan perdebatan ini, Leo tidak terlibat kan? jadi diam saja dan kembali berjalan menuju kamar nya dan beristirahat –tidak sudah pasti Leo akan memikirkan cara bagaimana untuk mengetahui si peneror itu apa tujuan nya, mungkin besok ia akan meeting dengan Nanas dan tim nya untuk membahas masalah ini. Ah dan ingat kan Leo untuk mempersiapkan alasan mengapa dirinya tidak menemui guru bahasa inggris nya —pak Johan .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN