“Tolong jangan ganggu dia, lagi pula apa mau mu datang ke sini?” tanya Mira pada sosok arwah laki- laki yang baru saja datang ke kamar Elana saat wanita itu sedang tidur siang. Entah dari mana sosok arwah laki- laki datang yang jelas, kini ia mulai tertarik dengan Elana dan ingin membangunkannya. Ya memang sejak kecelakaan saat itu Elana jadi punya aura berwarna putih terang yang mampu membuat para Arwah di sekitarnya mendekati dirinya dan tak jarang ada yang ingin tinggal di raga wanita tersebut untuk menggantikan jiwa Elana.
“Tidak penting aku siapa namun yang jelas ini bukan urusan mu,” seru arwah laki- laki itu dengan sorot mata tajam ke arah Mira yang sebenarnya membuat Mira takut saat melihatnya tapi Mira tepis demi menjaga Elana. Elana yang bisa mendengar percakapan mereka pun akhirnya bangkit dari tempat tidurnya lalu melihat kedua sosok arwah yang tengah berdebat.
“Ada apa ini? mengapa kalian berisik sekali,” seru Elana sambil mengucek- ucek kedua matanya dengan tangannya. Wanita itu sebenarnya masih sangat malas untuk membuka kedua matanya namun ia sendiri tak akan bisa kembali tidur nyenyak jika kedua arwah tersebut saling bertengkar.
“Elana maafkan aku tapi lelaki ini berusaha mengganggu mu,” seru Mira yang merasa bersalah karena sudah menggangu waktu tidur Elana. Elana menoleh ke arah arwah lelaki tersebut dengan sorotan mata tajam dan juga tubuhnya yang penuh dengan darah.
“Mengapa kau mencariku?” tanya Elana kepadanya.
“Kau harus membantuku,” serunya namun tatapannya tak berubah hingga kedua bola mata Elana membulat dengan sempurna karena merasa heran dengan sosok yang meminta bantuan padanya tapi dengan raut wajah emosi penuh dengan kemarahan.
“Kau ingin aku melakukan apa?” tanya Elana.
“Tolong kau temui anakku saat ini karena ia pasti masih menunggu kepulanganku di Rumah,” katanya kini yang menunjukkan raut wajah khawatir dan juga takut. Elana pun bisa membaca kalau apa yang di katakan oleh arwah laki- laki ini sangatlah tulus.
“Oke aku akan menolong mu tapi bagaimana kau bisa meninggal? apakah kau mengalami kecelakaan?” tanya Elana penasaran.
“Aku mohon bisakah kita pergi menemui anakku sekarang karena ia sedang sendirian di Rumah, aku janji nanti akan aku ceritakan bagaimana aku meninggal dunia,” pintanya kini dengan nada memelas kepada Elana yang membuat Mira dan Elana tak tega melihatnya. Elana pun melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul lima kurang lima belas menit yang bertepatan dengan kedatangan Attala sebentar lagi hingga ia tak perlu memesan kendaraan online.
“Oke baiklah, aku akan bersiap untuk segera pergi dengan mu, tolong tunggu sebentar di sini bersama Mira,” seru Elana setelah menarik nafas panjang lalu wanita itu segera bangkit untuk bersiap menuju kamar mandi miliknya. Arwah lelaki itu pun menuruti perkataan Elana untuk menunggunya sedangkan Mira ingin sekali bertanya namun ia tak berani karena memang arwah lelaki tersebut sangatlah menakutkan baginya.
* * *
Empat puluh lima menit kemudian Elana sudah berada di depan Rumah sederhana yang di bicarakan oleh arwah laki- laki tersebut. Sebelum sampai ke tempat ini Elana mengetahui fakta baru kalau ia selama ini tak bisa melihat para Arwah saat bersama Attala karena ia tanpa sengaja melakukan kontak langsung dengan lelaki tersebut. Karena saat Elana meminta petunjuk arah dengan arwah lelaki itu sosoknya masih aman- aman saja sampai ketika Attala menghentikan mobilnya secara mendadak hingga membuat Elana terkejut dan tanpa sengaja Atalla memegang tangannya. Saat itulah sosok Mira dan juga arwah lelaki itu menghilang.
“Elana ini rumah siapa?” tanya Attala yang berada di samping wanita tersebut saat mereka sedang menunggu sang pemilik rumah membukakan pintu.
“Aku tidak tahu ini rumah siapa tapi aku mohon saat ini kau dengarkan saja tanpa menyentuhku ya,” jawab Elana yang membuat lelaki yang bersamanya itu semakin tidak mengerti. Tak lama ada anak wanita berumur dua belas tahun keluar dari dalam rumahnya seorang diri.
“Kakak- kakak ini siapa? Mau cari ayah?” tanyanya yang kelihatan bingung dengan kedatangan keduanya. Elana sendiri bingung harus mengatakan apa karena tidak mungkin baginya langsung mengatakan kalau ia ingin menyampaikan pesan ayahnya yang baru saja meninggal tapi Elana baru sadar kalau rumah ini sepi dan belum ada kedatangan jasad Ayahnya yang sudah tiada.
“Tania..” panggil seorang ibu yang terdengar histeris dengan air matanya yang tumpah di antara mereka. Elana seperti sudah mengetahui apa yang akan di sampaikan beliau karena terlihat jelas raut kesedihan.
“Ada apa Bude?” tanya anak perempuan tersebut namun wanita paruh baya tersebut langsung memeluk anak itu dengan tangisannya yang kembali pecah.
“Kamu yang sabar ya Nak kalau sebenarnya Ayah mu sudah tidak ada,” seru ibu tersebut kepada sang anak yang mewakili hal ingin sekali Elana ingin sampaikan. Anak kecil itu terdiam untuk sesaat mungkin sedang mencerna kata- kata Ibu tadi lalu tiba- tiba saja air matanya menetes satu per satu.
“Bude bohong ya? Bapak kan memang sedang bekerja sekarang jadi enggak ada di rumah,” seru anak itu yang berusaha tegar dan setengah tidak percaya. Ibu tadi melepaskan pelukannya dan menatap anak itu sambil mengusap puncak kepalanya seakan tak mudah berkata- kata yang sebenarnya. Arwah lelaki tadi pun kini terlihat sangat sedih dan merasa bingung. Elana ikut tenggelam dalam suasana harus yang ia rasakan saat ini hingga tanpa sadar air matanya mengalir. Sedangkan Attala pun juga merasakan hal yang sama dengan Elana tapi dalam hatinya ia masih bertanya- tanya apa maksud tujuan Elana saat ini.
Tak lama masjid terdekat pun mengumumkan kabar duka yang bersamaan dengan suara ambulan terdengar semakin dekat dan seketika tempat ini menjadi ramai di penuhi oleh orang- orang yang berdatangan. Saat mayat tesebut di bawa masuk ke dalam rumah Elana dan Attala memutuskan untuk menyingkir sejenak.
“Kenapa sampai saat ini kamu belum memberitahukanku alasan kedatangan mu ke tempat ini?” tanya Attala yang kembali penasaran saat mereka sedang berdiri berdua di sisi lain teras rumah ini.
“Apakah jika aku mengatakannya kau akan percaya kalau kedatanganku ke tempat ini karena salah satu arwah yang mendatangiku menuntunku ke sini?” perkataan Elana barusan membuat Attala terdiam dan menoleh ke arah Elana. Ia benar- benar tidak percaya dengan apa yang di sampaikan Elana.
“Sudah kuduga kalau kau tak akan mempercayainya,” tambah Elana yang merasa saat melihat ekspresi lelaki yang berdiri tetap di sampingnya.
“Ah bukan begitu hanya saja aku belum terbiasa mendengar hal ini bukan berarti aku tidak percaya,” seru Attala cepat yang tak ingin membuat Elana salah paham. Namun bagi Elana apa yang di sampaikan Attala itu sama saja untuknya tapi kini ia tidak bisa fokus untuk memperdebatkan hal tersebut dengannya,