bc

Mencari Sosokmu

book_age16+
1.3K
IKUTI
4.9K
BACA
family
friends to lovers
goodgirl
brave
student
drama
comedy
sweet
bxg
campus
like
intro-logo
Uraian

Selama ini Qila tidak pernah bertemu sosok itu. Qila juga tahu bahwa sosok itu sangat jauh darinya. Dia di Indonesia sedangkan sosok itu di Korea Selatan. Tapi Qila ingin melihat sosok itu secara langsung setidaknya walaupun tanpa menyapa. Qila juga tahu jika mencari sosok itu mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama dan tentu saja biaya yang sangat besar. Hingga akhirnya Qila memilih mengejar beasiswa di Korea Selatan demi mencari sosok itu. Tapi di pertengahan pencariannya, Qila menemukan sosok lain. Apakah sosok itu berhasil Qila temukan setelah Qila menemukan sosok yang baru?

Cover by Canva

chap-preview
Pratinjau gratis
Lulus
Aku kembali menarik napas dalam dan mengembuskannya dengan kasar. Pengumuman beasiswa sudah keluar. Aku di terima. Setelah perjuangan yang cukup panjang yang aku lalui secara diam-diam akhirnya aku berhasil. Sebelumnya aku telah berjuang untuk lolos di kampus yang berada di Korea Selatan, dan kini program beasiswa yang aku ajukan juga akhirnya berhasil. Bukan universitas nomor satu di Korea memang, tapi setidaknya kampus  tersebut bisa aku bilang cukup populer. Bahkan yang ku tahu beberapa personil girl group nomor satu di Korea Selatan, Girls generation, yaitu Yoona dan member paling muda Seohyun adalah lulusan dari universitas tersebut.  Bagaimana? apakah cukup keren? bintang-bintang Hallyu tersebut adalah seniorku! terdengar bagus jika aku ingin sombong. Tapi aku masih punya permasalahan lain, jujur kepada bunda. Aku bingung harus bagaimana berbicara dengan bunda mengenai hal ini. Setidaknya sebelum aku jujur kepada bunda, aku harus berpikir dulu bagaimana cara membujuk bunda jika bunda melarang aku pergi. Jelas bukan hal mudah untuk bunda setuju dengan apa yang telah aku lakukan. Pergi untuk mendapatkan izin melanjutkan pendidikan saja sudah pasti sulit, apalagi tujuan ku kesana juga ingin mencari ayah. Pasti lebih sulit lagi. Rasanya mendapatkan jarum di tumpukan jerami akan lebih mudah daripada mendapatkan izin bunda.  "Ila, ayo makan dulu" Aku langsung menutup layar laptop saat mendengar suara bunda. Aku perlu makan agar mudah berpikir. "Ila" Suara bunda kembali terdengar. "iya bunda" Aku langsung keluar dan tersenyum lebar saat bunda menatapku lalu menghela napas. "kamu kebiasaan deh kalau bunda suruh makan suka gak langsung nyahut" kesal bunda, wajahnya tertekuk tapi masih begitu cantik dimataku. "aku nyahut kok bunda" segera aku duduk di samping bunda. Dengan cekatan bunda langsung meraih piringku dan mengisinya "tapi harus beberapa kali dulu bunda panggilnya"  "bunda jangan banyak-banyak sayurnya" aku langsung protes saat bunda dengan semangat memasukkan sayur yang cukup banyak kedalam piring. "biar kamu sehat" jawabnya dan meletakkan piring yang sudah terisi banyak sayur tersebut. "bunda berangkat jam berapa?"Aku bertanya sambil memulai makan. Hari ini jadwal bunda jaga malam, jadi kami makan malam lebih cepat sebelum bunda berangkat. "setelah makan bunda langsung berangkat" Aku mengangguk, kemudian fokus kepada makananku begitupun dengan bunda. "gimana? udah tahu mau ambil jurusan apa?" saat ini bunda tengah mencuci piring dan aku bertugas untuk membantu mengeringkannya dengan kain.  "udah bun, Ila mau ambil Kesejahteraan Sosial aja" jawabku lalu menyusun piring-piring yang sudah aku keringkan. "jelas banget menghindari matematika" tebak bunda yang tepat sekali. Cita-citaku memang berjauhan dengan matematika. "terus kampusnya dimana? coba di negeri dulu sayang,  beberapa kayanya masih buka jalur tes mandiri" Dan demi Tuhan, aku bingung harus menjawab apa. Kalau aku jujur sekarang, aku belum menemukan cara untuk membujuk bunda. Mungkin diam menjadi hal terbaik saat ini. "tapi negerinya jangan yang beda pulau ya La, bunda gak mau terlalu jauh sama kamu. Kalau kamu ada apa-apa bunda susah kalau jauh" Aku meneguk ludah sendiri, masalahnya kampus yang aku pilih bukan beda pulau lagi, tapi beda negara! FIX! tanda penolakan semakin jelas di depan mata. "kalau kamu terlalu jauh-" "bunda, mending bunda siap-siap sekarang. Ini biar aku lanjutin sendiri. Nanti bunda telat nyampe rumah sakit" aku langsung memotong ucapan bunda. Itu lebih baik meskipun tidak sopan daripada aku harus mendengar lebih banyak lagi harapan bunda mengenai rencana pendidikan untuk ku. Semakin banyak harapan bunda maka semakin banyak rasa kecewa yang akan bunda dapat. Aku bingung. "yaudah, kamu lanjutkan. Bunda ke kamar dulu siap-siap" Aku mengangguk dan dalam hati mendesah lega. Bunda, maafin Qila yang sepertinya akan sangat mengecewakan bunda. *** Pagi ini aku harus pergi ke sekolah untuk bertemu salah satu guru, bisa ku bilang sosok beliau adalah sosok yang begitu berjasa. Beliau yang meyakinkan aku bahwa aku bisa lolos di salah satu universitas di Korea Selatan dan jika aku berbicara mengenai keberhasilanku, mungkin hanya beliau yang akan percaya. Bukan karena aku siswa target utama bully. Hanya saja aku juga bukan sosok paling pintar di sekolah. Aku siswa biasa, yang tidak memiliki otak luar biasa pintar atau luar biasa bodoh. Aku tidak memiliki sahabat, hanya teman yang tidak begitu dekat tapi tidak bisa dikatakan jauh juga.  "aku lolos Bu"  Bu Zanail langsung tersenyum lebar mendengar ucapanku. "alhamdulillah, selamat. Beasiswa full?" Aku mengangguk "iya bu, beasiswa full" "alhamdulillah" "terima kasih ya bu, berkat ibu aku bisa berhasil. Ibu benar-benar penyemangat" jujur ku pada Bu Zainal. "tidak, ini semua berkat diri kamu sendiri. Kamu berjuang dengan serius, ibu hanya tim hore"  Aku bisa melihat sorot mata bangga di mata Bu Zainal, berharap sorot itu juga bisa aku dapatkan dari bunda. Meskipun aku tidak yakin. Tapi bolehkan jika aku sedikit berharap. "lalu bunda kamu?"  Aku menggeleng lemah "aku belum bilang bu, takut"  Bu Zainal menghela napas, mengulurkan tangannya untuk mengusap kepalaku. "bicara baik-baik. Jelaskan dengan jujur rencana masa depan kamu, sudah waktunya kamu terbuka, Qila. Pastikan bunda kamu tidak berpikir kalau kamu akan meninggalkannya. Buat dia percaya jika jalan ini yang kamu inginkan dan kamu serius meskipun kamu memang memiliki tujuan lain untuk pergi ke Korea"  "meskipun aku sudah tahu jika jawaban bunda adalah tidak?" "kamu belum mencoba Qila, jangan menjadi dukun. Lagipula jawaban bisa di ubah. Nilai aja bisa ramedial kalau mau usaha lagi. Tinggal kamu usaha terus sampe bunda kamu setuju" jawab Bu Zainal sambil tersenyum lembut. "semangat, usaha kamu sia-sia kalau kamu sampe gak berani bilang sama bunda kamu" Aku menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Benar kata Bu Zainal, usaha ku selama ini akan sia-sia jika aku tidak berani menghadap bunda. Aku tidak boleh berhenti di tengah jalan. "akan aku coba" Aku keluar dari ruangan Bu Zainal, aku juga lupa bilang bahwa Bu Zainal ini adalah guru BK atau Bimbingan Konselin, setiap aku galau, aku pasti ke ruangan tersebut. Lebih tenang rasanya setelah berbicara dengan beliau. Tidak langsung pulang, aku memilih untuk berjalan menuju kantin. Aku perlu mengisi perutku yang belum di isi apapun pagi ini. Bubur ayam dan s**u coklat hangat menjadi menu pilihanku untuk sarapan terlambat kali ini. Beruntung belum masuk jam istirahat, jadi kantin tidak ramai. "wah ada siapa nih?" Aku mengangkat wajah saat suara yang tidak asing masuk kedalam telinga. Bunga. Perempuan populer dari kelasku, memiliki rasa percaya diri tinggi dan kalau boleh ku sebut, sombong. Dia tidak sendiri, dia bersama tiga temannya yang tentu saja masih satu kelas dengan ku dan bersifat sama dengan Bunga. "ada cilok, Cina Lokal" sahut Andini sambil duduk di sebelah Bunga yang sudah lebih dulu duduk di hadapan ku. Cilok, panggilan yang mereka berikan kepadaku, dan aku benci panggilan itu, meskipun mereka selalu bilang bahwa itu candaan agar terdengar lebih akrab.    "Qil, sumpah sampe sekarang kita udah lulus, jujur sama gue. Lo beneran Cina?" tanya Andini. "gak mungkin, mata dia bulet. Gak cocok jadi orang Cina" sahut Bunga. Demi Tuan Crab yang suka sekali uang, mereka tidak ada gunanya jika datang hanya untuk bertanya hal seperti itu. "cerita aja sih Qil sama kita, kita mau kok jadi temen curhat lo"  Dalam hati aku ingin sekali mengusir mereka, mereka bukan ingin menjadi teman curhat ku, mereka hanya ingin menggali fakta yang akan membuat mereka kenyang dan menggosipkannya dengan yang lain. Aku memang memiliki fisik paling mencolok di antara teman-temanku. Kulitku putih pucat, hidung kecil tetapi cukup mancung, bibir yang tipis dengan mata yang cukup bulat.   "gue bukan orang Cina, gue orang Indonesia. Papa gue orang Korea dan mama gue orang Bandung. Gue juga bukan anak haram atau lahir diluar ikatan pernikahan. Itu penjelasan gue buat kalian yang pengen tahu."  "seriusan?" Bunga tertawa seolah mengejek fakta yang aku sebutkan. Sial, harusnya aku memang tidak pernah membuka suaraku. "terserah kalian mau percaya atau engga"  "kalau bapak lo orang Korea, maka bapak gue juga orang Korea, Lee Min Ho" Meta ikut menyahut lalu tertawa.  "terserah" Aku meminum s**u hangatku, sedangan bubur ayam yang sisa setengah tidak aku lanjutkan karena nafsu makanku meluap. "oke, lupakan itu. Jadi, gimana sama kuliah? lo lanjut kuliah kan?" Bunga kembali bertanya. "iya" "wah dimana? jangan-jangan kita satu kampus? gue, Andini sama Meta mau lanjut di kampus swasta, mahal lo. Banyak selebram dan artis hebat lulusan sana. Mantep pokoknya punya senior kece" bangga Bunga. Aku menghela napas, sepertinya aku benar-benar segera harus pergi dari sini. "lo tahu Yoona SNSD?" "gila kali!. Sekudet apa gue sampe gak tahu Yoona SNSD!" jawabnya seolah tidak terima dengan pertanyaanku. "dia yang bakal jadi senior gue" singkatku lalu bangun. Bersiap mengambil banyak langkah menjauhi mereka. "ngaco lo!" ketus Andini Aku hanya mengangkat bahu "tanya Bu Zainal" dan aku benar-benar meinggalkan mereka.  Hingga sampai di rumah, aku langsung melemparkan tubuhku ke ranjang. Kembali memikirkan apa yang perlu aku ucapkan saat berbicara dengan bunda. Aku menghela napas, memikirkan keinginanku untuk mencari ayah. Mungkin jika keinginan itu tidak ada, aku akan dengan senang hati mengikuti ucapan bunda untuk mendaftar di universitas pilihannya. Tapi sayangnya, setiap kali memikirkan ayah, keinginan kuat untuk bertemu muncul semakin besar. Jika ada yang bertanya bagaimana sosok ayah, aku bisa dengan lancar menjabarkan. Tapi sayangnya, aku menjabarkan dari apa yang bunda jelaskan, bagaimana sosoknya, sikapnya. Bukan karena aku yang berinteraksi langsung dengan ayah. *** "bunda jaga malem lagi?"  "engga, besok bunda masuk pagi"  Aku mengangguk, menyuapkan makan malam ku dengan pikiran yang seperti benang kusut. "kenapa La, masakan bunda lagi gak enak ya?" suara bunda berhasil membuatku menatap bunda. Langsung tersenyum, aku menggelengkan kepala "kapan masakan bunda gak enak. Kalau masakan Ila sih sering" sahutku Bunda menggelengkan kepalanya "bisa aja kamu, terus kenapa? bunda perhatiin kamu diem aja" "lagi gak nafsu makan aja bun" "kamu sakit?!" bunda langsung terlihat panik. "engga bunda. Aku sehat. Pake banget" "terus?" "mentok" "Ila" geram bunda yang membuatku tertawa. "Ila gak apa-apa bunda, ayo lanjut makan"  "kamu hutang cerita pokoknya sama bunda" "iya, kalau inget aku cerita" godaku "Ila" "iya bunda, iya. Ayo lanjut makan" Setelah makan malam selesai, aku kembali masuk kemar. Mempersiapkan berkas-berkas yang akan aku perlihatkan kepada bunda sebagai bukti aku di terima beasiswa. Sudah aku putuskan bahwa besok pagi aku harus jujur kepada bunda. Sekalipun bunda langsung menolak, aku siap. Setidaknya aku tidak gugur sebelum mencoba. Aku tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tidak jujur kepada Bunda. Tapi tiba-tiba aku teringat bahwa jadwal kerja bunda besok adalah pagi, aku takut jika aku terlambat bangun dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk bercerita. Apa harus sekarang? atau besok setelah bunda pulang kerja? argggh. Aku galau!!! Aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidur, berguling kekanan dan ke kiri untuk menemukan jawaban. Tidak berhasil. Padahal aku berusaha menggerakkan kepalaku agar otakku juga ikut bergerak dan memberikan jawaban. Menghela napas kasar beberapa kali, aku tatap langit-langit kamar. Sepertinya memang harus sekarang aku bercerita kepada bunda. Tentang pendidikan ku dan tentang mencari ayah. Lebih cepat bercerita, lebih cepat selesai.  

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Symphony

read
184.7K
bc

Skylove

read
115.1K
bc

My Boss And His Past (Indonesia)

read
238.4K
bc

Aira

read
93.1K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
53.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook