Gelisah
Kabut putih semakin menebal membuat pandangan mata terganggu, hujan semakin deras, petir tak hentinya bergemuruh menandakan bahwa cuaca sedang tidak baik baik saja.
sementara itu didalam mobil seorang gadis berusaha tetap fokus menyetir, sesekali ia mengigit bibir bawahnya menahan rasa sakit pada perutnya.
"Ya tuhan, mengapa ini sakit sekali" keluhnya.
Tangan kiri meremas pelan perutnya sedangkan tangan kanan berusaha tetap tenang menyetir, wajah manisnya terlihat pucat.
Ia merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya membuat gadis itu semakin was was, kilatan petir berkali kali membuatnya semakin takut dan lemas.
"tetap tenang plisss" ucapnya berusaha tetap tenang meskipun rasa takut semakin memeluknya.
Saat berusaha menenangkan diri kilatan petir muncul tiba tiba dan diikuti suara menggelegar diatas langit.
DUUUUARRRRR
Gadis itu menjerit "aaarrghhhhh".
Seketika Ia membanting setir kekiri membuat mobil yang ia kendarai menabrak pohon, kepalanya membentur stir.
"to-tolong" suaranya berubah menjadi parau, Kepalanya berusaha ia angkat agar ia bisa melihat sekelilingnya.
"Sssssshhh" gadis itu tak kuasa menahan sakit dikepalanya dan anehnya sakit perut yang ia rasakan sudah hilang.
Gadis itu memejamkan matanya, hanya bisa pasrah dengan takdirnya tapi ia masih percaya dengan keajaiban dari tuhan.
Ditengah setengah kesadarannya, samar samar ia mendengar seseorang membuka pintu mobilnya.
"Mbak apakah baik baik saja?"
Suara tersebut membuat kedua bola mata gadis itu perlahan lahan membuka, ia tersenyum samar.
Disisa sisa tenanganya ia berusaha meyakinkan seseorang tersebut "te-tenang saja, A-aku baik baik saja".
Rasanya ia tak bisa lagi menahan matanya untuk tetap melihat, pandangannya semakin mengabur perlahan lahan tak ada cahaya sedikit pun yang bisa ia lihat.
Sampai akhirnya ia benar benar merasa sudah melambung tinggi dan tenang.
***
Tok Tok Tok
Gedoran pintu membuat seseorang yang awalnya tidur dengan lelapnya tiba tiba terperanjat, tubuhnya berkeringat dan terasa berat.
"Zeline..." Seseorang diluar sana memanggilnya berkali kali, sang empu segera menetralkan diri lalu ia mengusap wajahnya gusar.
Langkah kakinya munuju pintu lalu memegang gagangnya, sebelum itu ia menghembuskan nafas berat ntah mengapa detak jantungnya terasa berdetak dengan cepat.
Wanita paru baya yang sedari tadi berdiri didepan kamarnya, menatap heran gadis yang baru saja menampakkan diri setelah berkali kali ia panggil.
"Ada apa ma?" Tanya zeline dengan mengaruk kepalanya.
Wanita itu masih meneliti penampilan zeline yang sangat menyedihkan.
"Ma.." Zeline menyadarkan mamanya yang masih saja mengoreksi penampilannya.
"Eh, ini ada paket buat kamu" mama zeline menyodorkan sebuah kotak terbungkus kado bergambar unicorn pada anak bungsunya.
Zeline mengedarkan pandangannya pada kotak yang disodorkan padanya "dari siapa ma?" Tanya zeline.
"Gak tau nak, tadi ada kurir yang datang namun tidak memberitahukan siapa pengirimnya" jelas mama zeline.
"Oh ya mata kamu sembab tuh, apa ada masalah dengan gab-"
"Gak ada ma zeline baik baik aja, umm untuk paketnya aku terima. Makasih ma" ucap zeline tiba tiba lalu, mencium pipi kanan kiri wanita paru baya tersebut.
Zeline menutup pintu kamarnya, rasanya kurang sopan ia memotong pembicaraan disaat mamanya berbicara padanya tapi, mau bagaimana lagi ia tidak ingin diintrogasi oleh mamanya yang super kepo.
"Zelineee kurang ajar kamu ya mama belum selesai ngomong main nyerocos trus tutup pintu lagi" teriak wanita diluar kamar anak bungsunya.
"oh ya sebentar lagi magrib, jangan tidur loh pamaliii" sambungnya.
"Iya maa" jawab zeline sedikit berteriak.
Gadis itu menghembuskan nafas lega rasanya ia benar benar tidak mengerti apa yang terjadi padanya, saat kesadarannya telah pulih ia menatap paket yang tengah ia bawa.
Keningnya berkerut, zeline bertanya tanya pada diri sendiri apakah ia sedang berulang tahun? Tidak juga. Apakah ini hari spesial? Sepertinya tidak, atau paket ini berisikan bom? Zeline bergidik ngeri ah tidak mungkin rasanya bila paket tersebut berisikan bom. Dilihat dari segi gambar kertas kado tersebut adalah unicorn sangat imut dan lucu.
Zeline berfikir mungkin kurir tersebut salah kirim ini lebih pantas kado untuk anak kecil, tapi ia melihat nama penerima memang benar namanya. Gadis itu tak ingin terlalu ambil pusing, ia melempar kotak tersebut pada ranjangnya yang sedikit berantakan lalu berjalan kearah kamar mandi ia ingin merilexkan tubuhnya dengan air hangat di bath up.
Rasanya sangat lega ia berendam dibath up kedua bola matanya ia pejamkan, fikirannya ia buat senetral mungkin. hari ini terasa begitu melelahkan mulai dari hati, otak dan tubuhnya terasa sangat lelah.
Saat sedang asiknya berendam sekilas diotaknya mengingat mimpi yang baru saja ia alami, zeline memang sering mengalami bisa dibilang mimpi buruk dan bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
Yang membuatnya lebih kesal lagi wajah sosok tersebut didalam mimpinya tak begitu jelas, namun dari penampilan mulai dari gaya rambut, pakaian dan warna kulit sama persis dengan mimpi yang sebelum-sebelumnya.
"siapa sih kamu selalu muncul dimimpiku dan membuatku berakhir menyedihkan" ucapnya geram.
Dering ponsel dinakas kecil dekat bath up membuat zeline membuyarkan lamunannya, gadis itu sengaja membawa ponsel saat bersantai di bath up, segera ia meraih benda pipih tersebut.
"Hallo" sapa orang disebrang sana.
"Mengapa baru mengabariku?" tanya zeline ketus.
"Maaf aku baru saja selesai meeting dengan karyawanku" jawab orang tersebut.
Zeline tak bergeming ia masih kesal dengan seseorang yang sedang menelfonnya.
"Sayang maafkan aku, bila aku semakin jarang ada waktu bersamamu. Percayalah aku tak pernah bohong kepadamu" seseorang disebrang sana adalah kekasih zeline, ia nampak berusaha membujuk zeline agar tidak marah padanya.
"Aku tak perduli jika kamu membohongiku gabino" ucap zeline penuh penekanan.
"Mengapa Kamu berbicara seperti itu zeline? apa kamu sudah bosan denganku?" tanya gabino meminta penjelasan.
Zeline memutar bola matanya malas,
"Jika aku sudah bosan denganmu, mana mungkin bertahun tahun aku menemanimu berkarir mulai dari nol gabino, bisakah kamu sedikit saja memahami perasaanku? kamu saja terlalu sibuk dengan duniamu" zeline mulai jengah dengan pembahasan kali ini.
"sayang, aku kurang mengerti apa tentang perasaanmu? kamu saja terlalu berfikiran yang tidak tidak denganku, aku kerja keras seperti ini untuk masa depan juga dan segera menikahimu tolong kamu juga lihat posisiku bagaimana" jawab gabino memelas.
"Ya ya ya ya terserah kamu, aku mau istirahat dulu bye" zeline memutus telfon sepihak, ia mendegus kesal mengapa semua laki laki sangat menyebalkan didalam fikirannya.
Adzan magrib sudah berkumandang tak baik juga terlalu berlama lama dikamar mandi, sebelum itu zeline menon-aktifkan ponselnya agar tak ada yang menganggu ketenangannya kali ini.
Disaat kegelisahan hati dan fikirannya tak kunjung hilang, zeline selalu memilih beribadah pada sang pencipta karna menurutnya pendengar yang baik selain kedua orang tuanya adalah Tuhan yang maha esa.