Gadis yang duduk dibangku penumpang memutar bola matanya dengan bersendekap, gadis itu risih dengan apa yang ia lihat saat ini.
Sejak satu menit yang lalu zeline masuk kedalam mobil farel, pria itu yang meminta janjian didalam mobil miliknya tapi apa yang ia lihat saat ini, farel malah berciuman dengan perempuan yang zeline pastikan kekasih farel.
Tangan pria itu terus menjelajahi setiap inci tubuh wanita didalam gengamannya. Mulai dari membelai kepala, turun ke wajah, turun lagi keleher dan sekarang d**a, ohh shitttt ia harus hentikan.
"Tuan Farel, apa kamu menyuruhku masuk kedalam mobilmu hanya melihat kamu b******u?" Sindir zeline tersenyum geli.
Terlihat kedua sejoli itu kaget dengan ucapan gadis dibangku penumpang, reflek menghentikan aktivitas panasnya.
Wanita disebelah farel memukul lengan pria itu dengan keras, bisa zeline pastikan bahwa wanita itu malu karna kepergok orang lain sedang b******u.
"Mengapa kamu tidak bilang jika ada seseorang yang akan masuk kedalam mobil" bisik wanita itu, namun zeline masih bisa mendengarnya.
Zeline menahan tawanya tidak ingin membuat dua orang yang tlah melakukan aktivitas berdosa semakin merasa malu, farel yang mendapati wanita disebelahnya mengomel hanya terkekeh dengan mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maaf aku tidak menyadari kamu sudah masuk kedalam mobil hehehe" ucap farel cengegesan.
" Ya ya ya, bagaimana bisa menyadari kalian saja sangat menikmati alur permainannya " zeline meledek, namun ia tidak bisa pungkiri sikap keduanya sangat sangat agresif.
"Aku sudah membawakan permintaanmu tuan putri" farel menyodorkan koper berukuran besar kepada zeline.
Tanpa basa basi, zeline menerima koper itu lalu ia buka, "apa nominalnya sudah sesuai yang aku minta?" Tanya zeline memastikan.
"Iya, 100juta"jawab farel.
Setelah ia tau musibah yang dialami gabino, zeline benar benar cemas ia tidak mungkin membiarkan kekasihnya itu gagal begitu saja. Gadis itu memutuskan untuk menghubungi farel tengah malam, awalnya zeline mencoba untuk chat sekedar basa basi apakah pria tersebut sudah istirahat atau belum, diluar dugaannya farel tak lama membalas pesannya.
Dengan harapan yang tinggi, zeline menelfon farel menceritakan semua masalah yang dialami oleh kekasihnya, sempat mereka adu argumen namun farel lebih memilih untuk mengalah dan meminjamkan uang zeline dengan satu syarat, gadis itu harus mau bila sewaktu waktu farel mengajaknya atau sekedar menghabiskan waktu berdua.
Tanpa berfikir panjang zeline mengangguk menyetujui kesepakatan itu dan ia juga meminta untuk melunasinya dengan cara dicicil, farel tak begitu keberatan, mereka sama sama menyanggupi persyaratan yang dibuat masing masing.
"Trimakasih, aku akan mengembalikan kepadamu secepat mungkin. Kalau begitu aku permisi dulu" zeline membuka pintu mobil, tiba tiba ia menghentikan pergerakannya "duit banyak kagak bisa nyewa hotel, malu sama kejantananya bang hahaha" goda zeline kemudian dengan segera ia keluar dari mobil farel.
Setelah berhasil keluar, Gadis itu melihat kaca mobil farel, mengamati dengan seksama. Pantas saja mengapa pria itu berani b******u didalam mobil, kaca mobilnya saja tidak tembus pandang. Zeline menggeleng tak percaya dengan kelakuan sahabat kecilnya itu.
Tiba tiba kaca mobil terbuka, menampilkan sosok pemuda tampan, kepalanya menyembul keluar lalu menatap nyalang gadis yang berdiri disamping mobilnya "lah dari pada situ, diperhatiin kagak dihiraukan iya" Ketusnya lalu pria itu menutup kaca mobilnya.
"Bangs*t!" Umpat zeline kesal.
*
*
*
Gabino memincingkan mata, ia sedang mengintrogasi gadis yang tengah duduk disofa ruang kerjanya.
Namun, zeline masih bungkam sejak tadi. "Sayang, aku tanya sekali lagi. Kamu mendapatkan uang sebanyak ini dari mana?" Desak gabino.
Zeline berjalan mendekati jendela ruang kerja kekasihnya, ia melihat situasi diluar sana cuaca hari ini sangat panas tidak seperti biasanya.
"Jika kamu tidak juga membuka suara, aku tidak bisa menerima bantuanmu" gabino mengancamnya, hal itu berhasil membuat hatinya sakit.
Sebegitu tidak percayakah gabino padanya, tapi zeline bisa menyadari, ia bukan dari keluarga berada uang 100juta tidak bisa terbilang uang kecil lagi, mungkin saja kekasihnya itu khawatir zeline melakukan hal yang tidak tidak.
Zeline menundukkan kepalanya lalu berkata, "aku mengambil uang tabunganku selama ini, pakai saja uang itu tidak perlu memikirkan cara mengembalikan padaku."
Zeline berbohong, ia terpaksa melakukan itu. Jika gabino tau zeline mendapatkan uang itu dengan cara berhutang demi membantunya, pria itu dengan tegas akan menolaknya.
Jadi dirinya putuskan beralasan bahwa itu uang tabungannya, masalah melunasi uang farel akan ia cicil nanti, lagipula farel sudah menyetujui kesepakatan sejak awal, zeline berfikir tidak perlu ada yang dicemaskan lagi.
Zeline merasakan tubuhnya dipeluk seseorang, gabino memeluknya dari belakang. Kepalanya ia tenggelamkan diceruk leher zeline, sontak zeline mengeliat geli.
"Bagaimana mungkin kamu bisa bicara seperti itu hmm? Uang tabungan itu penting sampai kapanpun, kamu sudah susah payah mengumpulkannya tapi dengan mudahnya kamu memberikan padaku secara cuma cuma" ujar gabino semakin mempererat pelukannya pada gadisnya.
Zeline nampak mencerna ucapan gabino apa maksutnya 'secara cuma cuma' bukankah ia butuh uang itu untuk keperluan perusahannya.
"Cuma cuma? Bukankah kamu membutuhkannya? Tidak ada yang cuma cuma gabino. Aku ikhlas membantumu, yang terpenting kamu harus bisa mempertahankan perusahaan ini" sebelah tangan zeline menangkup pipi gabino "kasihan karyawanmu juga bila perusahaan ini sampai gulung tikar, mereka akan pusing memikirkan agar bisabekerja lagi" sambungnya.
Gabino mencium pipi zeline, pria itu sangat beruntung mendapatkan gadis seperti zeline. Gadis inilah yang tau saksi perjuangan gabino, gabino tidak ingin kehilangan kekasihnya.
"Aku sangat beruntung bisa mendapatkan gadis sepertimu zeline, meskipun terkadang jutek, galak namun kamu gadis yang sangat baik" ungkap pria itu, ia tak hentinya memberikan kecupan mesrah dipipi dan kening zeline.
Seseorang mengetuk pintu lalu kepalanya menyembul kedalam, sontak gabino dan zeline menoleh kebelakang lalu menyudahi acara berpelukan. Ada wanita cantik dengan membawa beberapa tumpukan berkas.
"Permisi bapak, maaf sudah tidak sopan menganggu waktu bapak. Saya hanya memberikan berkas yang harus ditanda tangani" wanita itu mendekat kearah gabino dan menyerahkan pada atasannnya.
"Umm gabino kalau begitu aku pamit dulu" zeline mengambil tas selempangnya disofa.
"Kok buru buru? Jarang jarang kamu bisa menemuiku dikantor loh" gabino merajuk tangannya memegang lengan zeline.
Gadis itu melepas cekalan gabino "lain waktu aku akan kesini lagi, aku tidak pergi kemana mana hanya mengunjungi butik kok."
Gabino mengangguk mengerti, "hati hati, sekali lagi trimakasih sudah membantuku dan maaf aku sering merepotkanmu."
Tangan zeline terulur mengusap lembut telapak tangan kekasihnya, ia tersenyum sangat manis "aku tidak merasa direpotkan, ya sudah aku pergi dulu" setelah mengucapkan itu zeline melenggang pergi meninggalkan ruangan kerja gabino.
Raut wajah gabino terlihat sedih, waktu yang membatasi pertemuan dan komunikasi mereka, sekali bertemu hanya sebantar saja. Sungguh perubahan yang tak pernah gabino bayangkan.
"Pak" ucap wanita disebelah gabino berusaha menyadarkan lamunan bosnya.
"Eh iya sebentar" gabino segera duduk dimeja kerjanya mendatangi berkas berkas penting.
Wanita yang kini berdiri didepan gabino adalah sekretaris barunya, dan yang mengambil uang perusahaannya itu sekretaris lama gabino, pria itu cukup tidak percaya dengan apa yang dilakukan sekretaris lamanya. Gabino sudah anggap seperti keluarga sendiri tapi ternyata kelengahan pria itu dimanfaatkan oleh orang lain. Dunia bisnis memang sangat keras, maka dari itu ia harus lebih berhati hati sekarang.
Wanita itu terus mengamati gabino, ia tak hentinya memuji ketampanan rupa yang dimiliki bosnya. Dikalangan bisnis gabino memang terkenal sangat ramah, murah senyum dan sangat bijak. Tidak seperti kebanyakan CEO yang ketus dan dingin pikirnya.
“tari, sudah saya tanda tangani semua” gabino menyodorkan tumpukan berkas pada sekretarisnya.
Batari atau yang lebih akrab dipanggil tari dengan salah tingkah ia menerima berkas itu dan berkata, “baik pak, trimakasih saya permisi”
"tunggu dulu, apa hari ini ada jadwal meeting?” tanya gabino.
“ada pak siang nanti, apa masih ada yang ingin ditanyakan pak?”tanya tari memastikan.
“tidak ada, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu” ucap gabino, tari mengangguk kemudian segera keluar dari ruang kerja gabino.
BRAKKKKK
"Ma pa ada apa ini?" Tanya Gadis itu dengan sekuat tenaga menahan air mata dikelopak matanya.
Ia beralih menatap pria yang berdiri disamping orangtuanya "kakak bisa jelaskan padaku? Ini tidak benar kan?." Gadis itu menyakinkan dirinya sendiri bahwa ini hanyalah mimpi, ya mimpi yang sudah sering ia alami.