Hari minggu merupakan hari bersantai untuk semua orang, berkumpul dan bercanda tawa dengan keluarga, teman, pacar, sahabat bahkan selingkuhan ehh- . Biasanya sebagian orang akan menghabiskan waktu wekeend dengan pergi berjoging, berkunjung kesebuah wisata, mengunjungi sanak saudara dan rebahan dirumah.
Zeline lebih senang menghabiskan waktu wekeend dengan hal hal yang positif seperti berjoging, membaca novel, membersihkan rumah dan mencoba memasak resep makanan yang belum pernah ia coba. memang keluarga zeline sepakat tidak menggunakan PRT untuk membantu pekerjaan rumah, alasannya tentu menghemat perekonomian bukannya keluarga zeline pelit atau bagaimana, jika pekerjaan kecil bisa dilakukan sendiri mengapa harus membutuhkan tenaga orang lain.
Pukul 5 shubuh zeline sudah bersiap siap untuk olah raga, Kebetulan hari ini zeline ingin joging ke taman bungkul dikota surabaya yang menjadi tempat kelahirannya, ia memutuskan untuk gowes dengan sepeda pancalnya daripada harus mengendari mobil, hitung hitung bisa membakar lemak lebih banyak. Sepuluh menit baru sampai ditaman bungkul zeline langsung memarkirkan sepedanya kepenitipan sepeda, lalu ia berlari mengelilingi sepanjang taman ini.
Ia juga tidak lupa memasang earphone ditelinganya agar suasana hati dan fikirannya juga ikut rilex, kalau kalian bertanya dengan siapa zeline joging?, tentu jawabannya sendirian. Gabino tidak pernah bisa menemaninya berolahraga alasannya pria itu ingin bangun tidur agak siangan apalagi gabino juga merasa capek harus sering bolak balik keluar kota. Zeline bisa memaklumi itu, ia tau bagaimana perjuangan kekasihnya demi karir yang sudah diimpikan sejak kecil apalagi mereka asal usul keluargabukan dari kalangan keatasan. Jadi dirinya sangat paham betul bagaimana kerasnya hidup ini.
Terakhir kali gabino menemaninya joging saat masih sekolah kelas satu, itupun hanya dua kali saja, selebihnya zeline ditemani oleh kerabatnya sewaktu SMAnya.
“Arggghh, gua udah gak peduli lagi sat!” terdengar suara seseorang mengeram kesal, sontak zeline menoleh kesumber suara.
Sejak dua menit yang lalu zeline sudah duduk santai ditrotoar taman dengan kedua kaki ia luruskan agar otot- otot kakinya tidak kaku, beberapa kali ia meneguk air mineral yang tadi sempat dibeli setelah menyudahi acara joging.
Gadis itu tersentak kaget dengan ucapan seseorang yang sedang menahan amarah, rupanya sumber suara tersebut berasal dari pria disebelahnya,jarak mereka hanya 3 meter terlihat sangat jelas wajah pria itu merah padam.
“Ya, gua akan kembali dan berhentilah berbicara tentangnya!” ucap pria itu memperingatkan seseorang yang menelfonnya.
Pria itu mendengus kesal lalu mematikan sambungan telfon dengan kasar, zeline masih terus memperhatikan setiap pergerakan pria yang disampingnya. Hingga tanpa sadar mata mereka bertemu, pria itu menatap zeline dingin seperti mengisyaratkan pada gadis itu untuk berhenti menatapnya.
Satu menit zeline baru memutus kontak mata dengan pria tersebut kemudian melengos kearah lain, “pria aneh” batin zeline dengan meneguk air minum.
*
*
*
Jarum jam menunjukkan pukul 10 malam namun zeline belum juga tidur, gadis itu masih ingin fokus mendesain gaun yang akan ia buat apalagi dalam waktu dua minggu ia harus selesai.
Biasanya membuat gaun pesanan paling lama lima sampai tujuh bulan namun, kali ini yang memesan orang spesial dan klien tersebut berani membayar tiga kali lipat dari harga gaun. Tawaran ini tidak ingin zeline sia siakan demi apapun harus ia selesaikan tepat waktu.
Zeline berdecak, dering telfon terus saja bunyi tanpa henti. Tanpa melihat siapa yang menelfon gadis itu mengeser layar keatas.
“Hallo” sapa zeline, gadis itu melanjutkan pekerjaannya.
“.......” tidak ada respon dari orang disebrang sana, sejenak zeline menghentikan aktivitas mengambarnya kemudian melihat layar benda pipih persegi panjang diatas meja kerja dan memastikan siapa yang menelfonnya.
Keningnya berkerut, ternyata panggilan itu dari nomer yang tidak dikenal.
“maaf, siapa ini?” tanya zeline dan masih tidak ada respon.
“Jika tidak ada keperluan dan hanya iseng, sebaiknya jangan menelfon lagi” timpal zeline.
Zeline mendengar helaan nafas berat dari sebrang sana.
Dengan ragu orang tersebut berkata, “aku dalila, apa kamu masih mengingatku zeline?.”
Degggg
Zeline mengigit ujung pensil yang ia pegang, tidak percaya dengan seseorang yang saat ini menghubunginya.
“oh iya, ada perlu apa?” zeline bingung harus merespon bagaimana.
“umm tidak ada apa – apa, aku hanya merindukan kawan lamaku”jawab dalila.
“oh begitu” zeline mengangguk walaupun ia tau dalila tidak akan melihatya.
“ ya sudah, maaf sudah menganggumu. Jika ada waktu bisa kita ketemu?” nada ucapan dalila terlihat kecewa dengan respon zeline.
Hening tak ada jawaban langsung dari zeline, dalila mencoba memahami perasaan mantan sahabatnya.
“kalau ti-“
“akan aku usahakan” sahut zeline.
“ oke, kabari aku nanti. Bye” ucap dalila senang.
“bye” zeline tersenyum tipis setelah mengakhiri pembicaraan dengan dalila.
Zeline memijit pelipisnya yang terasa pusing, ia bahkan bingung harus merasa senang atau sedih, akhir-akhir ini dirinya banyak mendapatkan kejutan yang tak pernah ia duga.
"Pertanda apakah ini? Baik atau malah sebaliknya?" Ucapnya, zeline menghela nafas sepertinya ia harus siap dengan apa yang akan gadis itu hadapi kedepannya.
Gadis itu memutuskan mengakhiri pekerjaannya dan segera beristirahat.
*
*
*
Seorang pria memakai hoodie berwarna hitam sedang berdiri termenung menatap balkon kamar seseorang, pikirannya berkecamuk kemana mana. Banyak hal yang ia takutkan.
Satu jam yang lalu seseorang menelfonnya mengabarkan uang perusahaannya dibawa kabur oleh orang yang sudah dipercayainya, apalagi perusahaannya akan mengeluarkan produk terbaru dan itu membutuhkan biaya tidak sedikit.
Tiga hari lagi pria itu akan mempresentasikan pada pertemuan antar perusahaan IT, jika dirinya berhasil menarik minat CEO setiap perusahaan yang berada disitu kerja kerasnya tidak akan menghianati hasil, tapi semua terjadi tanpa bisa ia kendalikan. Sudah sangat jauh langkah dan kerja kerasnya demi mendirikan perusahaan tersebut, akankah berakhir begitu saja? Entahlah kepalanya terasa berdenyut nyeri memikirkan masalah ini.
Pria itu melihat arloji ditangannya sudah pukul 12 malam pasti seseorang yang berada disana sudah tidur sangat nyenyak, ia ingin menelfonnya tapi cukup tidak enak menganggu tengah malam seperti ini.
Pria itu memutuskan untuk beranjak dari sana, namun baru saja ia membalikkan badan seseorang memanggilnya.
"Gabinoo, apa itu kamu?" Pria itu mengangkat wajahnya kearah balkon.
Ia tersenyum miris, lalu mengangguk lemah.
"Tunggu disitu aku akan turun kebawah" titah zeline.
Zeline mengusap punggung gabino, ia cukup terkejut mendengar musibah yang diterpa kekasihnya. Pantas saja mengapa ia tidak bisa tidur, perasaannya sangat gelisah ternyata orang terdekatnya sedang dalam masalah.
"Maaf aku sudah menganggu waktu tidurmu" kata gabino tak enak.
Zeline menggeleng cepat, "tidak sayang, kamu tidak mengangguku. Aku turut sedih dengan musibah yang kamu alami" jedanya, "akan aku bantu sebisaku, tenang saja kamu jangan merasa sendirian ada aku disini" sambungnya.
Gabino menatap manik mata gadis yang kini didekatnya, pria itu tersenyum menandakan bahwa ia baik baik saja. Zeline yang melihat itu hatinya meringis sakit, disaat keadaan mendesak seperti ini kekasihnya masih bisa bersikap tenang.
"Lalu pelakunya bagaimana? Apa kamu tidak melapor kepolisi?" Tanya zeline.
Pandangan gabino beralih menatap tajam kedepan, ia meremas ponsel yang berada digengamannya, zeline yang tanpa sengaja melihat mencoba menenangkan gabino yang masih diselimuti rasa emosi.
"Aku sudah menyuruh anak buahku mencari pelakunya, bila sudah ditemukan akan aku habisi dengan tanganku sendiri" kata gabino menahan emosi.
"Gabino dengar aku" kedua tangan zeline menangkup pipi gabino lalu menghadapkan ke wajahnya "gabino bukan pembunuh kan?" Tanya zeline.
Gabino terdiam dengan pertanyaan zeline.
"Aku tidak ingin kekasihku menjadi pembunuh, sebaiknya kamu juga lapor polisi segera. Biarkan hukum negara yang bermain dan-" tangan zeline berganti memegang kedua tangan gabino lalu mengusap dengan lembut "jangan biarkan tangan bersihmu ini kotor akibat membunuh orang" ujar zeline.
Gabino tersenyum sangat tipis, tidak salah bila ia menyukai zeline sejak dulu. Gadis itu selalu mengerti apa yang ia rasakan, berusaha untuk selalu ada disaat dirinya membutuhkan.
Gabino merengkuh tubuh zeline, ia mempererat pelukannya. Zeline merasakan tubuh gabino bergetar menandakan jika pria itu sedang menahan isak tangis.
Ini pertama kalinya zeline menyaksikan langsung betapa lemahnya kekasihnya, selama ini gabino selalu berhasil menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya namun, hari ini tidak ada lagi gabino yang selalu terlihat kuat dan semangat mengejar apa yang sudah ia impikan.
Tangan zeline membalas pelukan gabino, semoga saja semua akan segera kembali baik baik saja.