ONE. Wedding
Hari itu akan datang saat kamu menjadi milikku. Tapi aku hanya akan menunggunya saat itu tiba. Jika memang aku harus menunggu selamanya, itu pun akan aku lakukan. Karena aku tak bisa hidup tanpamu.
***
Bianca menghapus bulir-bulir air matanya ketika melihat kini putri kecilnya telah resmi menikah dengan pria yang dia cintai.
"Kau menangis lagi sayang.."
Bianca melirik pria yang telah menemaninya hampir 12 tahun belakangan ini.
"Aku menangis bahagia.." Jawab Bianca menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.
"Aku sangat bahagia melihat putri kecilku telah berhasil menemukan kebahagiaannya," sambung Bianca menatap Andrea yang tertawa lepas, yang terlihat hendak melemparkan bunga pengantinnya.
Sang suami Arwanda, ikut menatap putri kecilnya. Putri yang selama ini selalu bersikap sangat manja kepadanya, kini telah menjelma menjadi sosok gadis dewasa yang anggun. Bahkan putrinya terlihat jauh lebih dewasa dari umurnya, hanya untuk mendapatkan momen ini.
Sebulan penuh Andrea berusaha meyakinkan dirinya dan Bianca, kalau ia ingin menikah dengan Axel yang notabenenya adalah sepupu tirinya. Bahkan Andrea memohon agar Arwanda mau meyakinkan Axel agar merestui hubungan mereka.
"Aku tidak pernah menyangka, kalau si b******n itu akan membalas sakit hatinya dengan menikahi putriku," lirih Arwanda kesal. Ia tidak menyimpan dendam atau amarah kepada Axel, namun dia harus mengakui kalau hubungannya dengan pria itu tidak sedang baik-baik saja.
Bianca tersenyum dan menarik hidung Arwanda.
"Ingat yang kau sebut b******n itu menantumu," ucapnya dan mengelus sayang pipi Arwanda. Ia sangat mencintai suaminya dulu sekarang dan selamanya.
***
"Sudah puas?"
"Sudah!!"
"Sekarang apa lagi maumu?"
"Melakukan malam pertama denganmu, Dad," jawab Andrea cepat.
"Apa yang kau katakan? Kau memang istriku tapi aku tidak akan menyentuhmu." ucap Axel dingin. Kalau ditanya apa dia mencintai Andrea? TIDAK!! Dia tidak pernah mencintai Andrea yang sudah dianggapnya anak. Lalu kenapa dia mau menikah dengan Andrea? Karena gadis itu telah mengancam akan bunuh diri kalau ia menolak cintanya. Tragis memang kalau Axel begitu gampang termakan ancaman Andrea. Namun Axel sudah mengenal Andrea luar dalam, ia sudah mengenal seberapa nekatnya Andrea dalam menyikapi apa yang menurutnya benar, termasuk menyakiti dirinya sendiri jika memang itu dibutuhkan.
"Kau tidak bisa begitu!! Kau harus menyentuhku dan membuat perutku besar. Karena aku mau kau membuatku hamil anakmu, Dad." ucap Andrea menatap tepat di manik mata Axel. Hanya pria ini yang mampu membuatnya bersikap terlalu murahan dan melupakan harga dirinya. Hei!! Jangan salahkan dia, tapi salahkanlah hatinya yang begitu sangat mencintai pria tua ini.
"Kau tidak akan pernah hamil, sampai kau bukan lagi menjadi istriku."
Andrea mengernyitkan dahinya dan menatap Axel.
"Apa kau impoten, Dad? Atau kau sudah turun mesin?" tanya Andrea polos.
"Apa yang kau katakan, Lea?"
"Aku hanya mengatakan apa yang ada di dalam pemikiranku, Dad"
"Iya aku tahu, tapi apa maksudmu mengatakan aku impoten dan turun mesin?" tanya Axel tanpa menyembunyikan rasa kesalnya.
"Loh apa yang salah, Dad? Bukannya Daddy tadi mengatakan kalau Aku tidak akan hamil, selama masih menjadi istrimu dan itu ar_
"Diamlah Lea!!! Aku lelah. Dan kau bisa tidur di sini dan aku tidur di sofa." potong Axel cepat dan berjalan pelan menuju sofa.
Andrea menahan air matanya sekuat tenaga. Ia membalikkan badannya dan menyumpal mulutnya dengan telapak tangan. Bukannya dia terlalu bodoh untuk merasakan penolakan Axel kepadanya, namun ia masih ingin berjuang untuk pernikahan yang baru ia mulai. Dia berjanji akan membuat pria itu melihat dirinya bukan sebagai seorang gadis kecil yang menyerukan panggilan Daddy, tapi sebagai seorang wanita dewasa yang berstatus sebagai istrinya.
Dirinya sadar kalau ia terlalu bodoh karena telah menyukai mantan kekasih dari Mommy-nya. Namun ia juga tidak bisa memungkiri kalau ia begitu mencintai Axel sedari dulu. Awalnya ia hanya merasa, kalau perasaan yang dia rasa hanya obsesi semata karena kekagumannya akan sosok Axel. Namun ia salah karena ini bukan cuma obsesi semata, namun yang benar adalah dia mencintai Axel. Ia marah, kesal, kecewa dan cemburu ketika mengetahui Axel sedang dekat dengan wanita lain, bahkan Axel berniat ingin menikah dengan wanita itu dalam waktu cepat.
Mengetahui hal tersebut membuat darah nya mendidih dan nekat melakukan hal bodoh yaitu mengakui perasaannya kepada Axel dan mengancam akan bunuh diri jika Axel berani menolaknya. Dan bodohnya Axel menuruti permintaannya dengan syarat ia tidak akan melarang Axel berhubungan dengan kekasihnya.
Andrea menyetujuinya. Tetapi bukan berarti Andrea juga akan membiarkan suaminya berdekatan dengan wanita selain dirinya.
Andrea menyentuh permukaan dadanya yang bergemuruh sedih. Hatinya memberontak ingin memaki Axel yang seenaknya telah menolak cinta tulusnya.
“Tarik nafas… Buang,” Ucap Andrea mengomando dirinya.
Ia melangkahkan kakinya mendekat kearah Axel yang berbaring, dengan memainkan ponselnya.
"Dad, bantuin buka kancing. Boleh?"
Axel duduk dan meletakkan ponselnya di atas meja. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Axel meraih kancing gaun Andrea untuk dia buka.
"Sudah," ucapnya datar dan kembali meraih ponselnya.
"Apa kau tidak mandi?"
"Nanti saja."
"Yakin? Padahal aku sangat berniat memandikanmu, Dad."
"Jangan berbicara yang aneh-aneh," ucap Axel sinis.
"Ya udah.. Tapi apa kau yakin tidak ingin mandi bersama ku?" tanya Andrea sekali lagi dengan matanya melirik kearah bawah Axel.
Axel mengikuti arah pandang mata Andrea. Dan shittt!!!
"Apa yang kau lihat!!" teriak Axel geram.
Ia langsung menutupi daerah bawahnya dengan bantal sofa. Tidak bisa dipungkiri kalau ia memang sangat tergoda dengan penampakan punggung Andrea yang seputih s**u. Kalau tidak mengingat Andrea adalah anak Bianca, maka sudah dipastikan Andrea tidak akan selamat malam ini.
"Haha, wajahmu merah Dad...!!"
Siall!!
#TBC