bc

Si Penghalang Jodoh

book_age18+
228
IKUTI
1K
BACA
drama
comedy
sweet
humorous
lighthearted
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Eliana Putri sudah mulai bosan mengabdi 24 jam penuh sebagai sekretaris sekaligus asisten pribadi Devan Aditya. Eliana berkeinginan untuk segera memiliki pendamping dan menikah dengan melakukan kencan buta yang ia dapat dari aplikasi pencarian jodoh.

Namun, Devan tidak mau Eliana pergi darinya. Ia terus mengacaukan semua kencan buta yang Eliana lakukan. Bahkan, dirinya ikut menentukan pria yang akan menjadi jodoh Eliana dengan sesuka hati berupa alasan-alasan konyol yang membuat Eliana kesal.

Dapatkah Eliana menemukan jodoh yang ia harapkan?

Lalu apa alasan Devan selalu menghalangi jodoh yang ingin Eliana miliki?

Cover by: HM_14

chap-preview
Pratinjau gratis
Mengacaukan Kencan
Saat ini Devan sedang duduk di dalam mobilnya memperhatikan Eliana—sekretarisnya yang biasa dipanggil El, sedang duduk menunggu kedatangan pasangan kencan butanya. Ini adalah kali ke-tiga Eliana melakukan kencan buta dalam tiga bulan terakhir, dan untuk ke-tiga kalinya pula, Devan kembali mengacaukan kencan buta itu. “Sudah dua kali aku kacaukan kencan butamu, tapi tidak jera juga,” ujar Devan sambil menyunggingkan senyum kecutnya, meremehkan sekretaris yang akhir-akhir ini sangat gencar mencari pendamping. Lima menit kemudian Devan melihat seorang pria berbadan kekar datang menghampiri sekretaris cantiknya itu lalu keduanya saling berjabat tangan. “Kemarin El berkenalan dengan pria yang terlalu kurus, sekarang dengan pria yang agak gemuk. Apa dia tidak bisa mencari teman kencan yang sempurna seperti aku?” ujar Devan lagi. Devan terus memperhatikan Eliana juga teman kencannya karena keduanya masih belum banyak bicara dan terlihat sama-sama kaku. Devan akan menghampiri saat keduanya sudah memesan makanan dan mulai berbincang. Sepuluh menit kemudian, momen yang Devan tunggu tiba. Eliana dan teman kencannya mulai menikmati hidangan yang baru saja diantarkan seorang pramusaji. “El, sejak pertama kamu meminta izin untuk melakukan kencan buta, aku sudah mengatakan seluruh waktumu hanya untuk bekerja padaku dan tidak ada waktu untuk urusan pribadimu. Jadi maaf, jika aku harus membuatmu kesal lagi malam ini,” ucap Devan lalu keluar dari mobilnya dengan langkah santai menuju restoran. Begitu tiba di restoran, Devan duduk dan tidak langsung menarik tangan Eliana seperti pada kencan buta pertama. “Selamat malam,” sapa Devan sambil duduk di kursi tepat di samping Eliana. Eliana yang siap menyuap steak-nya langsung kembali menutup mulut dan menoleh ke arah Devan yang duduk tanpa rasa bersalah. “Lagi-lagi dia mengganggu kencanku!” keluh Eliana sambil melirik Devan. Teman kencan Eliana langsung membalas sapaan Devan sambil mengulurkan tangannya. “Malam. Aku IPTU Egi.” Namun, Devan tidak membalas uluran tangan Egi, ia malah menarik piring yang ada di depan Eliana. “Dalam sepiring steak dengan berat 100gr ini, ada 11% kalori, 0 % karbo, 18,54% lemak, dan 52,26% protein. Ini sudah jam sembilan malam lebih dan kamu seharusnya tidak memesan makanan berat seperti ini, El,” omel Devan. “Pa—Pak, Egi ingin berkenalan,” ucap El tanpa menanggapi omelan tidak penting yang Devan layangkan. Egi yang sudah menurunkan tangannya, kembali ia naikkan saat mendengar ucapan Eliana. Devan tetap tidak memperdulikan ucapan Eliana dan uluran tangan Egi. Ia lebih memilih membahas makanan yang Eliana makan. “Jika sudah malam seperti ini, makananmu harusnya yang berserat, seperti green salad, salad buah, atau kacang-kacangan, bukan makanan berlemak seperti ini." Egi kembali menurunkan tangannya karena Devan lebih mempermasalahkan seporsi makanan dari pada membalas uluran tangannya. Merasa tidak enak hati dengan perbuatan bosnya, Eliana berinisiatif untuk mengenalkan Devan. “Dia Pak Devan Aditya—CEO di Star Industri. Dia atasanku.” “Oh ... Aku pikir kakakmu,” balas Egi sambil melirik Devan. “El, dari makanan yang kamu pesan sepertinya kencanmu ini tidak sehat. Kita pulang sekarang!” Devan bangkit dari duduknya dan langsung menarik tangan Eliana. “Tapi Pak—“ Beberapa detik Eliana dan Egi saling pandang sampai akhirnya Eliana terpaksa bangun dan pergi mengikuti langkah Devan meninggalkan Egi yang hanya berdiri mematung. “El, tung—“ Egi tidak bisa melanjutkan ucapannya lagi saat Eliana terus berjalan. Egi kembali duduk dan melihat makanan Eliana yang baru sedikit dimakan. “Aku belum kenal dia lebih jauh, tapi sudah dibawa pergi,” gerutunya. Devan terus menarik sekretarisnya itu menuju mobil, tanpa menunjukkan kemarahan. “Aku ingin langsung pulang!” perintah Devan sambil membuka pintu kemudi lalu bersiap membuka pintu penumpang untuk duduk di belakang Eliana karena sudah tugas sekretarisnya mengendarai mobil jika mereka sedang bersama. “Tunggu, Pak, jika hanya untuk mengacaukan kencan yang aku lakukan lagi, kenapa tadi Bapak memberi izin?” tanya Eliana dengan penuh kesopanan. “Aku juga ingin ikut menyeleksi jodoh sekretarisku,” balas Devan santai. “Pak, urusan jodohku tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan, kenapa Bapak harus ikut mengurusi?” “Kamu lupa, lima tahun lalu kamu menyetujui kesepakatan yang aku tawarkan dan memberiku izin untuk mencampuri semua urusanmu di luar ataupun dalam pekerjaan. Ingat! 24 jam waktumu semuanya dalam aturanku, El!” Eliana tidak bisa protes lagi karena ia masih ingat dengan jelas kesepakatan itu. Kesepakatan yang dulu seperti anugerah untuk ia dan ibunya, kesepakatan yang membuat dirinya rela meningglkan pria yang ia cintai, tapi sudah satu tahun ini kesepakatan itu terasa seperti musibah karena bosnya itu tiba-tiba berlebihan semenjak ia meminta izin untuk mencari pendamping. “Kalau begitu maafkan aku, Pak, karena sudah berani protes,” ucap Eliana dengan tetap menjaga kesopanan, meskipun hati amat sangat kesal. Devan tersenyum dan langsung mengangkat tangannya untuk mengusap-usap kepala Eliana. “Tidak apa-apa,” ucapnya lembut. “Kita pulang sekarang!" “Baik, Pak.” Mendapatkan perlakuan lembut seperti itu dari Devan, hati Eliana tidak berdesir sedikit pun, apa lagi tersanjung, karena ia sudah sering mendapat perlakuan yang lembut seperti ini dari Devan sejak enam tahun silam. Kemudian keduanya bergerak untuk melangkah ke tempat masing-masing. Namun, baru saja Devan menggeser kakinya untuk membuka pintu penumpang, ia mendengar teriakkan seorang pria memanggil sekretarisnya. “El, ini handbag-mu tertinggal,” ucap Egi dengan nafas tersengal. Baru saja tangan Eliana bergerak untuk mengambil handbag miliknya, tangan Devan sudah menyambar handbag itu lebih dulu. “Kita pulang sekarang El!” perintah Devan yang tiba-tiba bernada tegas. Eliana hanya bisa menunjukkan senyum canggungnya pada Egi karena tidak enak hati dengan sikap Devan. “Kapan kita bisa bertemu lagi, El?” tanya Egi. Lagi-lagi, baru saja Eliana membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Egi, Devan langsung menarik tangan Eliana sambil membuka pintu kemudi lebih lebar agar Eliana masuk ke mobil sekarang juga. “Pak Devan benar-benar menyebalkan!” umpat Eliana sesaat setelah Devan mendudukkannya dengan paksa. “Maaf, apa kamu ada hubungan pribadi dengan El?” tanya Egi saat Devan menutup pintu kemudi. “Tidak ada. Aku hanya atasannya,” balas Devan. “Kenapa kamu seperti punya wewenang penuh atas El?” “Karena selama dia bekerja padaku, aku punya hak penuh atas dia dan seluruh waktunya. Termasuk berhak menentukan calon pasangannya," balas Devan lalu membuka pintu dan masuk ke mobil begitu saja. Egi hanya bisa menatap heran ke pintu penumpang sampai mobil mulai bergerak pergi. “Apa memang bos dan sekretaris harus seperti itu? Padahal El cantik dan sepertinya dia wanita yang ramah. Aku juga langsung tertarik di pertemuan pertama, tapi sayangnya dia bersama orang yang otoriter dan aku sangat malas berhadapan dengan orang seperti itu,” oceh Egi lalu membalikkan badan dan kembali ke restoran. ••••

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
95.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook