Raka masih berusaha mendapatkan maaf dari Sam meski Sam selalu mengabaikannya. Mela juga masih berusaha untuk menghabisi Sam karena kini dirinya kalah populer dari gadis yang selalu dibullynya semasa SMP.
Kedekatan Sam dengan Jo sebagai buktinya. Sejak dimintai tolong untuk membantu tim cheers, Jo jadi sering bersama Sam di sekolah. Padahal menurut beberapa info, Jo merupakan cowo yang sulit didekati para kaum hawa, namun yang terjadi pada Sam adalah, Jo yang lebih dulu datang padanya sebelum Sam mengenalnya.
Hal ini sukses membuat Mela semakin kebakaran jenggot meski dirinya tidak punya jenggot.
"Gue salut sama lo Sam, lo udah jauh melampaui Mela, dia sekarang makin kalah tenar dari lo!" Puji Dewi.
"Gue ngga peduli sama ketenaran, bagi gue itu cuma bonus, yang penting sekarang gue jadi orang nomor satu di sekolah dalam hal peringkat akademik!"
Dewi menatap Sam dengan satu alis terangkat, "lo becanda Sam? Lo mau nomor satu sebelah mana lagi?! Lo udah berhasil kalahin peringkat Raka si ketua OSIS tau ngga?!"
Sam ikut menatap Dewi dengan satu alis terangkat, "masa? Lo tau dari mana?"
"Kemarin waktu gue ke perpustakaan, gue denger dari guru yang juga mampir ke sana, lagi ngobrol sama Bu Atma, penjaga perpustakaan, katanya lo siswi yang sekarang berada di peringkat pertama dengan nilai terbaik di sekolah!"
"Gue belum puas Wi, gue belum mau merasa puas, gue harus pertahankan itu!"
"Nah kalo itu gue setuju!" Dewi merangkul pundak Sam, "kalo akhir semester nanti lo dapet ranking 1 umum, traktir gue ya!"
"Lo tenang aja, gue bakal traktir!"
"Sip!"
.
.
Jam istirahat kali ini Sam gunakan untuk berkunjung ke perpustakaan, ada tugas yang harus ia kerjakan.
"Jadi benar ya kabar yang beredar?"
Sam menoleh ke sampingnya, Jo baru saja duduk. "Kabar apa kak?"
"Kalo di sekolah ini ada bidadari perpus."
Sam terkekeh, "mana ada bidadari perpus kak, ada-ada aja kakak ini."
"Ada kok, nih aku lagi duduk di sebelah bidadarinya."
Sam melihat ke sisi lain Jo yang terlihat kosong, "maksud kakak makhluk halus?"
Jo terkekeh geli mendengar pertanyaan Sam dengan ekspresi polosnya, "kamu ini lucu yah, maksud kakak itu kamu bidadarinya."
Sam terkekeh kecil, wajahnya sampai merona karena ucapan Jo.
"Kamu lagi cari bahan tugas?"
Sam mengangguk.
"Tugas apa?" Jo menarik sedikit buku dihadapan Sam, "oh ini sih aku bisa bantu kok, sini aku ajari."
"Kakak beneran bisa?"
Jo mengangguk, "walau aku bukan peringkat pertama sekolah tapi jangan ragukan otakku yah."
Sam terkekeh, "iya senior."
Usai mengerjakan tugas, keduanya meninggalkan perpustakaan.
"Malam ini ada acara?" Tanya Jo dijalan menuju kelas.
"Ngga sih, kenapa kak?"
"Mau ajak kamu makan malam, ya hitung-hitung ucapan terima kasih karena udah bantu klub cheer waktu itu."
"Lho kan aku bantu klub cheer kak bukan klub basket, kok kakak yang traktir aku?"
Jo tersenyum kecil, "Tami itu sepupuku, jadi aku mau ucapin terima kasih karena udah bantuin Tami."
"Wah pantesan wajah kalian persis, kirain kalian pasangan ternyata sepupu," Sam terkekeh, begitupula Jo.
"Jadi mau ya?"
Sam mengangguk.
"Kamu kirimin aja alamatmu biar bisa kujemput."
"Oke kak."
.
.
"Udah cantik aja, mau ke mana? Kencan?" Tanya Zio melihat Sam baru saja keluar kamar dengan dress selutut berwarna putih. Rambut sebahu Sam digelung tinggi dan dihias jepit kecil berwarna pink berbentuk bintang.
"Kakak ini mau tau aja." Sam menaruh ponsel dan dompetnya ke tas kecil berwarna senada dengan dressnya.
"Ini udah malam sayang dan kamu cewe, ya kakak harus tahu lah adik kakak ini mau ke mana."
"Sam diajak makan malam kak sama senior di sekolah, katanya sebagai ucapan terima kasih karena waktu itu bantu klub cheer sepupunya." Terang Sam.
Zio mengangguk paham, "jangan pulang larut malam ya.
Sam mengangguk patuh lalu turun ke ruang tamu. Baru saja Jo mengiriminya pesan jika dirinya sudah hampir sampai di rumah Sam.
"Aku pikir kamu kalau pakai seragam sekolah udah paling cantik, ternyata pakai dress begini jadi nambah cantiknya." Puji Jo diperjalanan ke restauran tempat mereka akan makam malam.
Sam terkekeh, "kakak jangan mulai menggombal deh, aku ngga akan mempan tau."
Jo ikut terkekeh, "masa sih ngga mempan, nanti coba lagi ah."
Sam tertawa kecil, "coba aja yee," lalu memeletkan lidahnya.
"Awas ntar yah." Keduanya tertawa bersama.
Mobil Jo sudah terparkir di ruang parkir sebuah restauran yang cukup besar. Jo menyesuaikan langkah Sam saat memasuki restauran.
"Kak apa ini ngga berlebihan?" Sam memandangi interior restauran yang terlihat mewah.
"Ngga kok, tenang aja." Jo tersenyum kecil.
Sam mengikuti langkah Jo ke salah satu ruangan yang sengaja dipesan untuk malam ini.
Hanya mereka berdua di sini. Suasananya terkesan romantis, ditambah alunan instrumen musik yang terdengar sejak masuk ke dalam restauran.
"Kamu suka?" Tanya Jo menatap dalam manik Sam hingga Sam sedikit salah tingkah.
"Suka banget kok kak, restaurannya bagus banget."
Jo tersenyum lega, "syukurlah."
Keduanya menikmati makanan yang sudah diantarkan sambil diselingi beberapa obrolan kecil.
"Oh iya Sam, kamu punya masalah ya sama Raka?" Tanya Jo ditengah obrolan.
"Kakak tau dari mana?"
"Waktu itu ngga sengaja liat kalian ketemu dan sepertinya kalian lagi ngga akur kalau kulihat dari cara kalian saling menatap."
Sam meletakan sendok dan garpunya lalu menyeruput jusnya.
"Kami udah kenal sejak masih SMP, sebelum aku pindah ke Melbourne, hanya masalah kecil kok kak cuma buat aku ngga bisa bicara normal dengan dia aja."
Jo tersenyum kecil mengusap puncak kepala Sam, membuat Sam sedikit tersipu.
"Kalau sampai ngga bisa bersikap normal lagi artinya masalah kalian cukup besar kan? Kakak ngga berusaha ingin tahu kok, hanya membiarkan masalah berlarut-larut ngga akan membuatmu merasa lega, jangan sembunyi dari apa yang harus kamu hadapi."
Sam tersenyum mendengar ucapan Jo, "terima kasih kak." Jo balas tersenyum lalu keduanya melanjutkan makan malam mereka.
Mobil Jo berhenti di depan gerbang rumah Sam.
"Terima kasih kak buat traktiran dan kata-katanya tadi."
"Iya sama-sama, yaudah kamu masuk gih."
Sam mengangguk lalu membuka pintu mobil Jo.
"Samantha."
Sam menoleh ke arah Jo sebelum dirinya turun. Sam membeku ditempatnya saat tiba-tiba Jo mencium pipi kanannya sekilas.
"Terima kasih sudah menemani malam ini."
Wajah Sam memanas, Sam tersenyum kikuk dan mengangguk pelan lalu turun tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Lho Sam kamu kenapa?" Tiba-tiba Zio muncul saat Sam melewati ruang tengah.
Sam seperti orang linglung karena perbuatan Jo tadi padanya, Sam menatap kakaknya lalu melirik ke ruang tengah sudah ada kedua sahabat kakaknya yang juga menatapnya.
"Ng-Ngga papa, Sam ke kamar dulu!" Sam berlari ke kamarnya sebelum Zio kembali bicara.
"Adek lo cantik banget Zi, habis dari mana tuh?" Tanya Arga.
Zio menggedikan bahunya, "kencan mungkin."
"Sial gue kecolongan!" Arga menepuk keningnya tak terima dengan ucapan Zio.
***