Sam sudah terlelap disamping Zio. Setelah dari sea world tadi, Sam masih mengajak ke tempat lain juga. Energinya seolah tak ada habisnya. Namun saat baru saja mendudukan bokongnya di jok depan mobil, Sam langsung tertidur.
"Adik lo lucu ya Zi, boleh gue bawa pulang ngga?" Tanya Arga yang langsung dapat tatapan sinis dari Zio lewat kaca spion tengah.
"Udah bosen liat matahari lo?" Sela Sammy di samping Arga.
"Becanda gue elaah, ntar aja gue bawa kalo udah gue lamar."
"Ogah!" Tolak Zio, "gue ngga rela adek gue dibawa sama playboy kayak lo!"
"Tobat gue kalo udah dapet adek lo, beneran deh!"
Sammy dan Zio melirik Arga bersamaan, "e*k banteng! alias bullshit!!" Ucap keduanya bersamaan.
"Jahat bener kalian, ngga dukung temennya buat tobat!" Sungut Arga.
"Gue dukung asal bukan karena adek gue, ngga rela gue lahir batin."
"Udah nyerah aja lo, Zio ngga pernah kasih lo restu."
"Emang kalo lo pasti direstuin?" Arga melirik sebal pada Sammy.
"Kalo Sammy bisa dipertimbangkan lah." Zio menaik turunkan kedua alisnya.
Sam menatap datar Zio lewat kaca spion, Zio terkekeh kecil sedangkan Arga memanyunkan bibirnya.
Zio kembali menjalankan mobilnya menuju ke rumahnya setelah mengantarkan kedua sahabatnya.
.
.
Sam masuk ke kelas 15 menit sebelum bel masuk. Dirinya sudah berbaikan dengan sang kakak dan mengizinkan Zio mengantar jemput jika kakaknya itu memang sedang tidak ada jadwal kuliah.
"Jadi sekarang kakak lo jadi supir lo Sam?" Tanya Dewi di koridor menuju kelas.
"Dia yang minta."
Dewi mengangguk paham. Keduanya berpisah setelah Dewi sampai di kelasnya.
Langkah Sam terhenti beberapa senti dari depan kelas.
"Lo makin ngajak ribut kayaknya ya." Ucap Mela menutup jalan masuk ke kelas mereka.
"Apa maksudnya? Ini masih pagi tante, udah ngomel aja kayak Ibu kost yang ditunggakin setahun."
Mela akan menarik rambut Sam namun Sam berhasil menahan pergelangan tangan Mela.
"Gue ngga akan biarin lo menyentuh rambut gue untuk yang kesekian kalinya!" Ucap Sam kalem namun terdengar menahan marah. Mela terdiam di tempatnya membiarkan Sam lewat.
"Sam, dipanggil sama kak Jo tuh." Ujar seorang siswi di kelas yang sama dengan Sam.
"Kak Jo?"
"Lo ngga tau kak Jo?"
Sam menggeleng sekilas.
"Dia itu kapten tim basket sekolah, ya wajar sih lo belum kenal karena baru beberapa hari pindah, yaudah buruan tuh."
Sam mengangguk lalu keluar kelas untuk menemui orang yang mencarinya.
"Samantha kan?"
Sam kembali mengangguk.
"Ada apa kak?" Tanya Sam pada cowo bertubuh tinggi, berkulit kuning langsat, wajah yang lumayan tampan untuk ukuran kapten tim basket seperti di sinetron yang biasa ditonton Bundanya jika malam. Bisa Sam tebak cowo yang katanya bernama Jo ini tipe cowo populer di sekolahnya. Terlihat dari cara menatap para siswi disekitar mereka saat ini.
"Seharusnya sih bukan aku yang datang, tapi yang bersangkutan memang lagi ngga bisa datang jadi langsung aja, kamu mau jadi anggota cheerleader sekolah kita?"
Sam menaikan satu alisnya. Sepertinya telinganya sedang tidak bermasalah saat ini. Salah satu kakak kelas populer menawarkannya jadi anggota cheerleader?
"Kakak serius tawarin aku jadi cheerleader?"
Jo mengangguk, "kamu berminat kan?"
"Ngga." Jawab Sam dengan wajah datar lalu berbalik ke kelasnya. Namun tangannya ditahan oleh Jo.
"Hanya untuk tiga hari lagi, kata ketuanya, latihannya ngga ribet, hanya sebentar, cuma untuk menggantikan salah satu anggota yang cidera, itu aja."
"Kenapa kakak repot-repot memohon ke aku? Kenapa bukan ketua timnya yang mencari anggota pengganti?"
"Ketuanya sekarang juga sedang mencari pengganti tapi belum ada yang sesuai, dan menurut aku kamu sangat pas untuk menggantikan sementara, aku harap kamu mau mempertimbangkan, aku tunggu jawabanmu pulang sekolah nanti di lapangan basket!"
Jo langsung berpamitan meninggalkan Sam.
"Gue berasa kayak habis dapet pernyataan cinta." Gumam Sam dengan wajah datar lalu masuk kembali ke kelasnya.
"Lo harus terima Samantha!! Harus! Asal lo tau ya, banyak cewe yang berminat masuk sana dan ditolak tapi lo, lo Samantha Anggara diminta langsung oleh seorang Joanico! Gila! Ya, walau hanya jadi pengganti, tapi itu wow Sam!! WOW!!"
"Lo lebih wow menurut gue Wi, sumpah wow banget, gue sampe tercengang melihat antusias lo buat menyuruh gue masuk ke sana." Ucap Sam dengan nada malas.
"Ayolah Sam! Masa SMA lo juga harus berwarna! Jangan cuma berendam di buku aja, sesekali coba beberapa kegiatan! Atau mungkin setelah masuk cheers, lo bisa ikutan tim basketnya, atau tim pecinta alam? Itu juga seru!!"
Sam memutar bola matanya jengah. "Enough Dewi! gue hanya akan menerima cheers dan itu hanya untuk tiga hari lagi! Ngga lebih!" Sam melangkah menjauhi Dewi menuju ke lapangan basket.
"Baiklah, aku terima, tapi hanya untuk tiga hari lagi, selebihnya aku ngga ikutan!"
Jo tersenyum puas mendengar jawaban Sam, "good! Besok pulang sekolah kamu mampir lagi ke sini untuk latihan bersama yang lain, aku yakin kamu bisa mengikuti!"
Sam mengangguk sekilas lalu berpamitan untuk pulang.
.
.
Esoknya, saat pulang sekolah, Sam meminta Zio untuk tidak menjemputnya bahkan meminta Jo untuk bicara dengan Zio lewat telpon agar kakaknya itu percaya kalau kali ini dirinya jujur memiliki kegiatan tambahan di sekolah.
"Kamu pernah bohong sama kakakmu?" Tanya Jo mengembalikan ponsel Sam.
"Hanya masalah rumah tangga," Sam mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah, "tak perlu dibahas."
Jo tersenyum kecil lalu mengangguk dan menyuruh Sam menemui Tami, si kapten cheers.
"Terima kasih ya Sam karena mau membantu kita, aku ngga tau deh kalau ngga ada kamu, kami harus latihan ulang merubah semua formasi, padahal waktunya udah mepet." Ucap Tami ditengah latihan.
Sam tersenyum kecil, "iya sama-sama kak, aku hanya berniat membantu kok." Menurut Sam dirinya tidak menyesal menolong, karena ternyata anggota tim cheers sekolahnya bisa dibilang lumayan ramah dan sangat menyambutnya.
"Kalau ada kesulitan digerakan jangan sungkan buat tanya ya, aku pasti bantu kok."
Sam mengangguk menjawab Tami.
Hari menjelang malam saat Sam sudah selesai latihan. Kata Tami, ini memang latihan terlama mereka karena Sam harus menyesuaikan gerakan hanya dalam waktu tiga hari. Meski menurut Sam gerakannya tidak terlalu sulit namun cukup melelahkan.
"Maaf ya jadi merepotkanmu," Jo menghampiri Sam saat Sam berjalan di koridor sekolah.
"Ngga apa kak, lumayan beramal membantu sesama."
Jo terkekeh mendengar jawaban Sam, "oh iya kamu pulang sama siapa?"
"Naik taxi kak."
"Aku antar aja ya," tawar Jo.
Sam menggeleng sekilas, "ngga usah kak."
"Ngga apa, hitung-hitung ucapan terima kasih untuk amalanmu."
Sam terkekeh lalu mengangguk, "okelah kalau untuk amalan."
Sam mengikuti Jo ke parkiran untuk mengambil motor Ninja Jo yang terparkir di sana.
"Pegangan ya, tenang ini bukan modus, cuma ngga mau aja ada anak orang yang aku bawa malah jatuh di jalan."
Sam kembali terkekeh, "iya percaya kok," lalu menaruh tangannya dipinggang Jo. Kemudian Jo menjalankan motornya meninggalkan pelataran parkir sekolah.
***