"Tuh kan bener apa yang gue bilang!" Ucap Dewi sambil mengangkat sendok garpu ditangan kirinya setelah mendengar cerita Sam mengenai Raka kemarin siang. "Dan jawaban lo bagus banget Sam! Lo harus tunjukin kalau lo yang sekarang bukan lagi lo yang dulu!"
Sam mengangguk setuju lalu kembali menikmati lontong sayur pesanannya.
"Heh!"
Sam hampir saja tersedak kuah lontong karena ulah Mela yang tiba-tiba menggebrak mejanya.
"Sialan, lo ngajak ribut ya?!" Dewi berdiri dari kursinya ikut menggebrak meja sedikit membuat Sam kembali gagal menikmati lontong sayurnya.
"Lo berdua bisa ngga jangan ganggu gue makan lontong sayur?!" Sam menatap datar Mela dan Dewi yang masih beradu tatapan.
Sam mengangkat mangkuknya lalu pindah ke meja di sebelahnya dan kembali menikmati makan siangnya.
Dewi mengikuti Sam, begitupula Mela. Sam menatap datar keduanya.
"Woy! Gue lagi pingin makan ini! Kalo mau berantem sono gih di lapangan!" Sam kembali mengangkat mangkuknya dan pindah ke mejanya semula, "ganggu aja!" Gumamnya lalu kembali melanjutkan makan lontong sayurnya.
"Wah nih orang ngga sopan." Mela hendak menghampiri Sam namun tangannya ditahan oleh Dewi.
"Lo kalo mau ajak Sam ribut, ntar aja kalo dia udah beres makan!"
Mela menepis kasar tangan Dewi lalu kembali menghampiri Sam.
"HEH!" Mela menggebrak lagi meja Sam membuat Sam menyiramnya dengan sesendok kuah lontong yang akan dimakannya. Meninggalkan bercak kuning diseragam putih Mela.
"WOY s***p! LO CARI MASALAH YA?!!" Pekik Mela kesal karena Sam membuat seragamnya kotor.
"Lo yang s***p! Liat ngga gue lagi makan?! Lo malah main gebrak-gebrak meja! Lo kebiasaan ya di rumah kalo makan sambil mukul meja?? Jangan dibawa kesini dong!!" Protes Sam.
Mela menggeram kesal lalu pergi meninggalkan kantin untuk membersihkan seragamnya.
"Wah gue suka gaya lo Sam!"
"Lo juga peak! Orang gebrak meja ikutan juga gebrak meja, untung ngga gue gebrak jidat lo!"
Dewi hanya tersenyum garing sambil mengusap tengkuknya, dan Sam kembali diam menikmati lontong sayurnya dengan tenang.
.
.
Pulang sekolah. Sam menghubungi Zio untuk tidak menjemputnya dengan alasan ada kelas tambahan, padahal dirinya sedang ingin pulang sendirian.
Tadi sebelum keluar kelas, Raka kembali menemuinya berharap mendapatkan maaf darinya. Cowo itu masih belum menyerah. Dan mungkin besok Mela akan kembali melabraknya.
Mungkin besok gue harus pesen soto ayam super panas, biar kalo tuh demit gebrak meja gue tinggal lempar mangkok sotonya ke dia.
Sam menghela nafasnya. Saat hendak menyebrang, tiba-tiba ada yang menarik pinggang Sam membuat Sam terhuyung ke belakang namun sepasang lengan berhasil menjaganya agar tidak jatuh.
"Kalo nyebrang jangan melamun," nada dingin terdengar dari belakangnya.
Sam menoleh ke arah sumber suara.
"Makasih." Sam melepas rangkulan orang yang menolongnya lalu kembali melangkah pergi.
"Ayo gue anter."
Sam menggeleng sekilas, "ngga usah kak, makasih." Sam kembali berjalan menjauh.
.
.
Hari sudah malam saat Samantha tiba di rumah.
"Kamu bohong ya sama kakak?" Tanya Zio begitu Sam masuk ke rumah.
"Bohong apaan?" Sam balik bertanya sambil melepas sepatunya.
"Tadi temen kakak si Sammy bilang ketemu kamu di jalan hampir ketabrak mobil, untungnya dia lagi lewat di sana buat tolongin kamu." Zio berkacak pinggang menunggu alasan adiknya.
"Jadi dia ngadu?" Sam memutar bola matanya jengah, "iya tadi Sam sengaja bilang gitu biar kakak ngga perlu jemput, Sam bukan anak kecil jadi bisa pulang sendiri."
Sam beranjak dari hadapan kakaknya menuju ke kamarnya.
"Lalu kenapa jam segini baru pulang?"
Sam menghentikan sejenak langkahnya, menjawab tanpa menoleh ke kakaknya, "keasikan di toko musik tadi." Lalu kembali berjalan ke kamarnya.
Sam merebahkan badannya dikasur, rasanya lelah sekali. Tanpa mengganti pakaian, Sam tertidur.
Paginya. Sam bangun lebih awal karena semalam tidur terlalu cepat. Segera ia melakukan rutinitas paginya.
Sam turun ke ruang makan setelah mengganti seragamnya dengan yang baru. Bergabung dengan keluarganya untuk menikmati sarapan.
"Hari ini kamu pulang dijemput kak Zio ya Sam." Titah sang Bunda. Sam memberikan tatapan protes.
"Ngga ada membantah, kemarin kamu udah bohong sama kakakmu, jadi mulai hari ini kak Zio yang akan menjemputmu agar kamu tidak pulang telat seperti semalam!"
Nafsu makan Sam tiba-tiba hilang. Sam meletakan kembali rotinya yang baru ia gigit sekali lalu mengambil tas dan berpamitan keluar rumah.
Zio menyusul Sam setelah menghabiskan sarapan dan berpamitan dengan Bundanya.
"Bunda bilang gitu demi kebaikanmu Sam." Zio membukakan pintu untuk adiknya.
"Sam bukan anak kecil lagi kak!" Protes Sam setelah Zio juga masuk ke mobil.
Zio tersenyum kecil, adiknya memang sudah besar, Zio paham jika Sam tidak ingin terlalu banyak diawasi, namun ia juga mengerti ini semua karena sang Bunda yang terlalu cemas pada putri bungsunya yang terlihat lebih aktif semenjak tinggal di luar negara kelahirannya.
Alasan kekhawatiran sang Bunda karena ketika di Melbourne, Sam pernah hilang selama hampir 24 jam. Meski kota ini adalah kota kelahiran Sam namun tidak menutup kemungkinan hal buruk bisa terjadi.
Seperti yang dikatakan tadi, adiknya ini lebih aktif dari pada ketika duduk di bangku SMP. Mungkin efek perubahan besar pada dirinya.
"Bunda cemasnya keterlaluan kak, Sam ngga masalah kalau Bunda khawatir tapi ngga gini juga!"
Zio mengusap lembut puncak kepala adiknya, "memangnya pulang sekolah nanti kamu mau ke mana?"
"Ya ke mana aja, Sam kan baru beberapa hari di sini, memangnya ngga boleh jalan-jalan?"
"Boleh kok," Zio tersenyum melirik Sam sambil fokus menyetir, "tapi kakak temenin ya."
"Memangnya kakak lagi ngga ada kuliah?"
Zio berpikir sejenak, "kebetulan siang nanti sampai sore kakak kosong kok. Kalau kamu mau pergi ke manapun, kamu bilang sama kakak, akan kakak sempatkan mengantarmu, paham?"
Sam mengangguk sekilas lalu kembali menatap keluar jendela.
Seperti janjinya, pulang sekolah Zio menjemputnya untuk mengajaknya jalan-jalan.
"Sudah siap?" Tanya Zio begitu Sam muncul.
Sam menatap datar kakaknya, "kenapa bawa pasukan?" Sam melirik kedua sahabat kakaknya yang juga ikut bersama mereka.
"Makin rame kan makin asik." Zio mengerling jahil pada adiknya lalu masuk lebih dulu ke dalam mobil.
"Setuju sama kakakmu Sam!" Timpal Arga sambil mempersilahkan Sam masuk di bangku depan, samping Zio. Sammy sudah lebih dulu masuk di bangku belakang, dan terakhir Arga.
Sam berjalan dengan girang seperti anak kecil yang baru diajak keluar oleh orang tuanya.
Mereka mengunjungi sea world atas permintaan Sam. Arga terus mengekor Sam untuk menjaga Sam agar tidak hilang.
Zio menghela nafasnya pelan, "dia harus diawasi terus, kalau ngga bisa hilang."
"Lo nyesel ngajak adik lo jalan gini?"
"Ya ngga lah, gue seneng pake banget, cuma was was aja, jalannya dia cepet banget soalnya, ngga sadar dikit bisa ilang dia."
"Tenang aja," Sammy menepuk pundak Zio, "udah ada pengawalnya tuh."
Zio mengikuti arah pandang Sammy, ke siapa lagi kalau bukan Arga. Cowo itu betah mengikuti Sam melangkah.
"Ada gunanya juga tuh anak."
***