PART 9

1127 Kata
Pagi-pagi sekali Sam sudah disambut pertanyaan panjang Dewi soal insiden dirinya dan Mela kemarin siang. Ditambah dengan pipi Sam yang masih diplester untuk menutupi luka cakaran Mela. "Gue lagi ngga mood buat cerita, nanti aja ya Dew pas istirahat." Cerita soal perangnya dengan Mela juga mulai tersebar di sekolah yang bersumber dari para saksi mata, namun Sam tidak peduli. Saat jam istirahat, Dewi menagih janji cerita pada Sam. Terpaksa Sam harus menceritakannya setelah dirinya dan Dewi duduk di kantin. "Pengecut tuh iblis, beraninya main kroyokan!" Gerutu Dewi, "kurang tuh dapet hukuman bersihin sekolah selama 3 hari, maunya sebulan sekalian!" Lanjutnya. "Udahlah ngga usah diurusin." Ucap Sam cuek sambil menyeruput jusnya. "Lo nih ya Sam, kemarin dia cuma cakar pipi lo, besok apa lagi coba? Kalo kak Zio mau turun tangan jangan dihalangin Sam, biar aja lah dia pantes dapet ganjarannya! Bukan cuma untuk sekarang tapi untuk 2 tahun selama di SMP, Samantha!" Dewi berucap dengan nada gemas. "Nanti akan gue pikirkan lagi." "Ah lama lo nih, keburu tuh anak nodongin golok dileher lo baru lo cari pertolongan?" Sam melirik sinis sahabatnya, "doa lo Dew." "Bukan doa Sam, hanya berjaga aja, Mela tuh freak! Bisa jadi dia bakal nekat kan? Namanya juga orang frustasi." "Apa gue perlu bawa bodyguard sekalian?" "Ide bagus!" "Jidatmu bagus!" Sam kembali menyeruput jusnya hingga habis, "gue ke kelas duluan," lalu meninggalkan Dewi di kantin. Sekolah sudah sepi saat Sam akan pulang. Para siswa sudah kembali ke rumahnya sejak setengah jam lalu, sedangkan Sam masih harus membereskan kelas karena jadwalnya untuk piket. Sam berjalan perlahan di sisi luar koridor sekolah, menikmati angin dingin karena langit sedang mendung saat ini. Namun tiba-tiba Sam memekik kaget saat ada air yang mengguyurnya. Aroma cairan pembersih lantai langsung memenuhi indra penciumannya. Sam mendengus kesal dan menatap ke atas, lebih tepatnya ke lantai 2 gedung sekolahnya. Seperti perkiraannya, Mela dan antek-anteknya sedang tersenyum mengejeknya. Sam baru ingat kalau ketiga iblis itu masih menjalani hukuman membersihkan koridor sekolah. "Ups, tuan putri mandi siang nih, bersih banget tuh badannya pake sabun lantai." Ejek Mela. Wajah Sam memerah menahan emosi, kalau bukan karena di sekolah udah gue cabik-cabik tuh bibir! Mela dan para dayangnya langsung pergi masih dengan tawa kemenangan mereka. Sam melanjutkan langkahnya ke gerbang sekolah dengan hati panas dan darah yang sudah diubun-ubun. Beruntung sekolah sudah sepi saat ini, maka tidak ada yang akan melihat penampilannya yang lebih dari kata berantakan ini. "Sial bau banget! Mana tambah dingin pula." Sam sedikit menggigil karena tubuhnya kini basah kuyup ditambah udaranya sedang tidak bersahabat. Bulu kuduk Sam sampai berdiri setiap ada angin yang menerpa kulitnya. Kini hanya tinggal memikirkan caranya untuk pulang, ia terlalu malu untuk pulang naik kendaraan umum. Belum lagi jika sampai rumah dan Zio tau, pasti kakaknya itu akan mengeluarkan tanduknya dan ajian mantra mengutuk Mela. Itu berlebihan sepertinya. "Perasaan ini masih mendung, belum turun hujan." Sam menoleh ke arah gerbang sekolah. Seorang pemuda sedang bersandar di sisi mobilnya sambil menatap ke arah Sam. "Sedang apa kak Sam di sini?" Tanya Sam begitu berada cukup dekat. "Jemput lo, Zio lagi ada kegiatan kampus sampe malem bareng Arga, jadi Zio minta gue jemput lo." Sam memicingkan matanya, "kalau mau ketawa, ketawa aja, ngga usah ditahan, gue udah biasa." Ketus Sam. Sammy mengangkat sebelah alisnya, "memangnya tampang gue kayak mau ketawain lo?" Sam mengangkat sekilas bahunya, "maybe." "Masuk gih, ntar lo masuk angin, Zio yang ngamuk." Sammy membuka pintu untuk Sam lalu memutar sebentar dan duduk ke bangku kemudi. "Jangan bilang kak Zio." Ucap Sam sambil menatap keluar jendela, "gue ngga mau kak Zio ikut kena masalah." Sammy melirik Sam lewat ekor matanya, "lo yakin kakak lo ngga boleh tau?" Sam mengangguk, "oh iya anterin gue ke laundry dulu ya kak, gue harus bersihin baju gue dulu, gue juga ngga mau orang rumah pada tau." "Ngga perlu, lo ke rumah gue aja dulu, bisa pinjem baju adek gue sambil nunggu baju lo bersih." Sam hanya diam tidak membantah. Mobil terparkir di halaman rumah yang sudah tak asing bagi Sam meski baru sekali ia datang ke sini. Seorang gadis masih berpakaian seragam SMA membukakan pintu setelah Sammy menekan bel. "Kak Sam!" Sambutnya dengan senyum sumringah, gadis itu menoleh ke Sam dengan wajah sedikit terkejut, Sam hanya bisa tersenyum garing. "Ini pacar kakak?" Tanyanya dengan nada bingung. "Dia adiknya temen kakak, tolong dibantuin buat bersih-bersih dek, kasian ntar anak orang masuk angin." Ucap Sammy sambil berjalan masuk ke rumahnya. Sam hanya bisa mendengus sebal. "Eh iya kenalin dulu nama aku Viandara, bisa panggil Via atau Dara, mana yang suka deh." Dara tersenyum sumringah menawarkan jabatan tangan. Sam menyambut jabatan tangannya, "Samantha, panggil aja Sam." "Wah Sam, nama panggilannya sama kayak kak Sam! Keren! Ayo masuk." Dara menarik tangan Sam untuk masuk ke rumahnya dan menuju ke sebuah ruangan. "Ini kamarku, bentar yah." Dara masuk ke ruangan lain yang bisa Sam perkirakan itu adalah walk in closet gadis itu. Tidak lama kemudian, Dara memunculkan kepalanya dibalik pintu dan melambai pada Sam agar mendekat. Sam melangkah mendekati Dara dan ikut masuk ke ruangan yang seperti dugaan Sam. "Kamu pilih aja mau pake baju yang mana, nah disini ada pakaian dalam baru, pasti baju kamu basah semua jadi pake aja yang di sini, kamar mandinya di luar kamu bisa mandi dulu." Terang Dara. Sam mengangguk paham. Sebelum Dara keluar, Sam kembali menahan dengan memanggil namanya. "Kenapa Sam?" Tanya Dara. Sam tersenyum kecil, "ngga perlu terlalu formal kalau bicara sama gue, kita kayaknya seumuran." Dara terkekeh kecil, "siap deh! Gue tunggu di luar kamar ya Sam!" Sam kembali mengangguk. Baru kali ini ia bisa dekat dengan gadis yang baru ditemuinya pertama kali. Selesai mandi dan berpakaian, Sam meminjam mesin cuci untuk membersihkan pakaiannya. Niatnya ingin mencuci sendiri namun Dara meminta salah satu asisten rumah tangganya yang membantu membersihkan. "Jadi lo dibully di sekolah?!" Tanya Dara dengan wajah tak percaya. Sam tersenyum masam mengusap tengkuknya, "err, gimana yah, bisa dibilang sih gitu." "Lo ngga lapor gitu ke guru?" Sam menggeleng sekilas, "masih bisa gue atasi jadi ngga mau terlalu dibesarkan sampai ke pihak sekolah." "Tapi itu kan udah mengganggu banget Sam!" "Percuma aja," Sammy datang dan duduk di samping Dara, "sama kakaknya aja dia rahasiain apalagi sama sekolah." Sam memanyunkan bibirnya. "Sayangnya kita ngga satu sekolah, kalo bareng mungkin gue bisa bantu lo!" "Jangan macem-macem!" Sammy mencubit gemas pipi adiknya. Sam terkekeh kecil. "Gue udah bilang kakak lo kalau lo mampir dulu ke sini, nanti malem dia mau jemput katanya sekalian main." Sam mengangguk, "oke." "Sam ini adiknya temen kakak yang mana? Kak Arga atau kak Zio ganteng?" Sam mendelik mendengar panggilan Dara untuk kakaknya. "Zio." Wajah Dara langsung sumringah, "wah pantesan mirip banget!" Sam hanya bisa tersenyum, setelah sekian lama akhirnya ada yang mengatakan bahwa dirinya mirip dengan kakaknya, mengingat bagaimana penampilannya sebelum merantau ke Melbourne. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN