Sam sudah memakai seragamnya kembali sebelum Zio datang ke rumah Sammy dan mengatakan pada Dara untuk tidak mengungkit soal kedatangannya ke rumah mereka.
"Gue sengaja ajak adek lo ke sini biar kenalan sama adek gue." Bohong Sammy saat Zio menanyakan sebab adiknya tidak langsung pulang ke rumah.
"Iya kak, soalnya Sam juga lagi suntuk di rumah, sepi." Sam memanyunkan bibirnya.
Zio tersenyum kecil dan mengusap lembut puncak kepala adiknya. Orangtua mereka memang jarang berada di rumah jadi Zio dapat mengerti ditambah lagi dirinya memang sering ikut kegiatan kampus, jarang punya waktu bersama Sam.
"Sam kalo lo butuh temen main, chat aja gue, nanti gue temenin deh." Ucap Dara.
"Kakak juga bisa kok Sam." Timpal Arga yang langsung diberi tatapan sinis oleh Zio.
"Lo ini kalo gue yang godain adek lo langsung sensi, si Sammy sampe bawa adek lo ke rumahnya lo izinin." Sewot Arga.
"Gue ngga sudi adek gue deket-deket playboy cap karung goni kayak lo!"
Arga berdecih sebal, "kan gue bilang gue bakal tobat kalo sama adek lo."
Sam mengangkat satu alisnya, "kok Sam ngga percaya ya?"
"Ah Sam ngga bisa diajak kerjasama nih," Arga menekuk wajahnya.
Dara terkekeh geli, "makanya kak jadi cowo jangan playboy!"
Arga memilih diam merasa kalah telak berdebat satu lawan banyak.
Sebelum malam semakin larut, Zio berpamitan bersama Sam, begitupula Arga.
"Kamu ngga dapet masalah kan hari ini?" Tanya Zio sambil fokus mengemudi.
"Oh ngga kok kak, tenang aja semua aman." Sahut Sam tanpa menatap kakaknya. Ia tidak berani berkata bohong sambil melihat kakaknya ini.
"Syukurlah." Zio tersenyum kecil lalu kembali fokus menyetir.
Maafin Sam ya kak.
"Pokoknya Sam harus bilang sama kakak kalau ada yang berulah lagi ya, kakak ngga mau liat Sam kayak dulu lagi, bukannya kakak terlalu over sama Sam tapi kakak sakit waktu lihat adik kesayangan kakak disakitin seperti waktu itu."
Mata Sam memanas, ia tahu bagaimana sayangnya Zio padanya. Inilah sebabnya Sam tidak ingin Zio terkena masalah karena dirinya.
"Kakak ngga mau menahan lagi seperti dulu, lihat adik kakak nangis kayak gitu buat kakak merasa gagal jagain kamu, jadi jangan pernah takut untuk bilang semuanya, kakak mau Sam ngga hanya menganggap kakak sebagai kakakmu, kakak juga ingin jadi sahabat buat adik kakak."
Setetes cairan bening mengalir di pipi Sam, buru-buru disekanya sebelum Zio melihatnya. Sam menoleh ke arah kakaknya yang masih fokus menyetir.
"Kak bisa pinggirin mobilnya sebentar ngga?"
"Kenapa Sam?"
"Pinggirin aja dulu kak."
Zio mengangguk dan menepikan mobilnya lalu melepas seatbeltnya, begitupula Sam.
Zio sedikit kaget saat tiba-tiba Sam memeluk pinggangnya dan menyandarkan kepala di d**a Zio.
"Lho ada apa Sam?"
"Kak maafin Sam yah kalo sering repotin kakak selama ini, maafin Sam yah yang suka keras kepala sama kakak, maafin Samantha ya kak, Sam sayang banget sama kakak." Sam sesenggukan dipelukan Zio.
Zio tersenyum kecil, mengusap rambut panjang adiknya, "kakak malah seneng direpotin sama adik kesayangan kakak ini, kakak juga sayang banget sama Sam, makanya kakak ngga mau lihat Sam disakitin lagi."
Zio menunggu hingga tangisan adiknya mereda, lalu memakaikan sabuk pengaman adiknya dan dirinya serta menjalankan kembali mobilnya menuju ke rumah mereka.
.
.
Satu pesan chat online membuat Sam kembali membuka matanya. Baru beberapa detik dirinya memejamkan mata setelah sampai di kamarnya.
Joanico_H: katanya kemarin kamu bermasalah sama salah satu teman di kelasmu, kamu ngga apa kan? Maaf kakak ngga masuk tadi karena sedang kurang sehat, baru dengar kabarmu dari Tami.
Sam tersenyum kecil membaca pesan dari Jo untuknya. Langsung saja Sam mengetikan balasan untuk kakak kelasnya itu.
SamanthaA: ngga apa kok kak, mereka juga udah dapet hukuman dari guru BK, kakak cepet sembuh ya :)
Beberapa detik kemudian, Jo kembali membalas.
Joanico_H: syukurlah :) iya tenang aja besok udah bisa balik ke sekolah kok, yaudah kamu istirahat aja udah larut, aku juga udah ngantuk banget habis minum obat. nite yah Samantha :)
SamanthaA: nite too kak ^^
Sam mematikan layar ponselnya dan kembali memejamkan matanya. Tidak perlu menunggu lama untuk akhirnya terlelap.
.
.
"Nanti kalau kakak ngga bisa jemput, seperti kemarin kakak minta tolong Sammy ya." Pesan Zio sebelum Sam turun dari mobil kakaknya untuk masuk ke sekolah.
"Kakak beneran ngga izinin kak Arga jemput Sam ya?"
Zio menatap datar Sam, "entah kenapa kakak lebih percaya Sammy dari pada Arga."
Sam terkekeh, "ngga percaya tapi jadi sahabat."
"Ya itu sih beda cerita."
Sam kembali terkekeh lalu berpamitan dengan Zio masuk ke sekolah.
Pagi ini Sam merasa tenang karena Mela tidak terlihat menganggunya. Namun Sam tidak tahu nanti, mungkin jam istirahat atau pulang sekolah seperti kemarin, yang penting Sam tetap harus waspada.
"Pagi."
Sam menahan langkahnya sebelum masuk ke dalam kelas dan membalikan badannya.
"Pagi kak Jo!" Sam tersenyum kecil dan berjalan mendekat, "sudah sehat?"
Jo ikut tersenyum, "udah sehat kok."
"Syukurlah."
"Yaudah kamu masuk kelas sebentar lagi bel."
Sam mengangguk lalu masuk ke dalam kelasnya.
Jam istirahat, Sam ditemani Dewi dan Jo di kantin, namun baru beberapa menit mengobrol, Jo harus pergi saat salah satu temannya memanggilnya.
"Kayaknya kak Jo naksir lo deh Sam."
"Sembarangan, ngga mungkin lah!" Sewot Sam.
"Ih dibilangin, makanya jadi cewe tuh peka dikit dong! Dikasih perhatian mulu kayak gitu apa coba kalo bukan suka?"
Sam memanyunkan bibirnya, "gue udah males peka-peka lagi Dew, kalo emang suka ya bilang bukan kode, gue udah ngga mau ngarep sama yang ngga pasti!" Sewot Sam.
"Paling gara-gara Raka dulu."
Sam tidak menggubris terkaan Dewi, dirinya lebih memilih menghabiskan makanannya.
"Raka masih sering ganggu lo?"
"Ya kadang masih suka ngajak ngobrol, tapi ya gue kacangin."
"Lo kuat ya musuhin orang lama-lama? Ya gue tau dia emang keterlaluan banget dulu, tapi apa salahnya sih Sam kasih kesempatan orang buat berubah?"
Sam hanya diam.
"Nih ya, lo ngga akan pernah berubah kalau lo ngga berani berdamai dengan masa lalu lo, semua orang di dunia pasti pernah ngerasain sakit hati Sam, dan cuma yang berjiwa besar yang mampu berdamai dengan sumber sakit hatinya!"
"Gue bakal pikirin lagi Dew, gue ke kelas duluan."
Sam beranjak dari kursinya dan melangkah ke kelasnya. Selama di jalan ke kelas, Sam terus memikirkan ucapan Dewi, meski sulit, namun hati kecil Sam membenarkan ucapan sahabatnya tadi.
Mungkin gue memang sudah harus berdamai dengan masa lalu gue.
****