PART 11

1249 Kata
Bel pulang sekolah berbunyi, Sam langsung menghampiri kursi Raka, tidak peduli dengan tatapan tajam yang diberikan Mela padanya, Sam merasa harus segera menyelesaikan semua ini. "Bisa bicara?" Raka mengangguk ragu. Sam lebih dulu keluar kelas, Raka segera menyusul Sam. Keduanya berhenti di halaman belakang sekolah. Sam terdiam sejenak, Raka terus menatapnya, menunggu apa yang akan dikatakan gadis dihadapannya saat ini. "Raka." "Ya?" Sam menghela nafasnya sejenak. "Lo tau kan kalo gue sakit hati banget sama apa yang lo buat tiga tahun lalu ke gue?" Raka hanya mengangguk. "Yah gue udah berpikir soal permintaan maaf lo waktu itu, mungkin ini udah saatnya gue berbesar hati buat berdamai dengan masa lalu gue, jadi lo ngga perlu merasa bersalah lagi, gue udah maafin lo buat setiap kata-kata lo." "Lo serius?" Sam mengangguk, "ngga ada salahnya kan buat kasih seseorang kesempatan untuk berubah?" Raka tersenyum cerah lalu menggenggam kedua tangan Sam, "makasih banyak Sam, gue lega lo mau maafin gue, jujur selama ini setiap ketemu sama lo gue jadi merasa sangat bersalah tapi waktu dengar kata maaf langsung dari mulut lo gue ngerasa lega banget, gue serius gue minta maaf sama lo buat setiap kesalahan gue yang bikin lo sakit hati!" Sam tersenyum kecil, "iya gue udah maafin semuanya, gue juga terima kasih sama lo, ya meski harus sakit hati dulu tapi karena lo gue jadi berpikir buat lebih perhatian sama diri gue sendiri dan menjadi gue yang lebih baik lagi." Raka tidak bisa berhenti tersenyum, seperti baru mendapat hadiah yang besar, ia sangat bahagia. Namun suasana menyenangkan ini harus hancur saat sebuah tangan melepas paksa genggaman Raka di tangan Sam. "Lo ngga puas sama kak Jo, sekarang mau rebut cowo gue hah?!!" Pekik Mela. Dibelakangnya sudah ada dua antek setianya saling berkacak pinggang. "Lo ngga usah asal nuduh deh kalau ngga tau masalahnya!" "Alaah maling mana yang mau ngaku! Lo kan dari dulu udah suka sama Raka, jadi gue ngga salah dong buat ngomong gini ke lo?!" Sam menatap sinis pada gadis disampingnya ini. "Mela!" Bentak Raka membuat Mela sedikit terkejut, "gue cuma mau minta maaf sama Sam soal salah gue dulu, lo jangan asal nuduh!" "Sekarang kamu sampai berani bicara kasar karena cewe gatel ini Ka?" Mela melotot ke arah Sam, "hebat banget lo ya, udah bisa nyuci otak Raka!" Sam memutar bola matanya jengah, "terserah deh ya lo mau bilang apa, gue ngga peduli, SUMPAH GUE NGGA PEDULI! BYE!" Sam melangkah pergi ke arah gerbang sekolah karena ia yakin teman kakaknya sudah datang menjemputnya. "Bahagia banget kayaknya," komentar Sammy ditengah perjalanan mengantar Sam pulang. "Perasaan kak Sam aja." Sahut Sam sambil menatap ke arah samping. "Bukan kok, biasanya juga kalau pulang wajahnya ditekuk atau basah kuyup kayak kemarin." Sam menatap kesal pada Sammy, "gue baru sekali basah kuyup kak, lebay banget sih!" Sam memanyunkan bibirnya lalu bersidekap dan kembali menatap ke samping. "Yah kalau ini mungkin perasaan aja kali yah." Sam tidak mau menggubris lagi. "Lo udah makan siang? Gue mau cari makan dulu, mau sekalian ngga?" Sam masih diam. "Yaudah kalau ngga mau, udah kenyang ngambek kayaknya." Sam melirik sesekali pada Sammy masih dengan wajah kesalnya. Namun tiba-tiba terdengar suara aneh, perut Sam tanpa konfirmasi membuatnya malu. Wajah Sam sampai memerah. Sammy menahan tawanya, "sok ngambek padahal udah demo tuh perut." "Ih! Iya iya buruan cari tempat makan!!" Sammy terkekeh kecil dan memutar mobilnya ke rumah makan terdekat. Sam mengikuti Sammy duduk di salah satu kursi di sudut restauran yang mereka datangi dan memesan makan siang. Keduanya menikmati makas siang dalam diam setelah pesanan mereka sampai. Sam sedikit terkejut saat Sammy mengusap sudut bibirnya, "lo kalau makan suka berantakan yah?" Sam memanyunkan bibirnya mencoba berekspresi sebal menutupi kegugupannya karena diperlakukan seperti tadi secara tiba-tiba. "Ngga sengaja itu." gerutu Sam. Sammy tersenyum kecil lalu melanjutkan makannya. Usai makan, Sammy kembali mengantarkan Sam pulang ke rumah. "Mungkin beberapa hari ini Zio bakal minta tolong gue buat jemput lo, lo ngga keberatan kan? Gue ngga mau aja lo terpaksa terima tumpangan gue." Ucap Sammy sebelum Sam turun dari mobilnya. "Tenang aja kak, gue justru yang ngga enak sampe ngerepotin mulu." "Gue sih biasa aja, karena Zio sahabat gue jadi gue seneng aja bantu sohib." Sam mengangguk paham, "memangnya kak Zio sibuk banget ya?" Sammy mengangkat sekilas bahunya, "lumayan, dia dan Arga lagi banyak kegiatan kampus diluar mata kuliah makanya sibuk." "Lha kakak sendiri?" "Gue ngga terlalu suka ikutan, jadi ya jemput lo gini lumayan lah ngisi waktu kosong." Sam kembali mengangguk lalu berpamitan masuk ke rumah. Sammy kembali menjalankan mobilnya setelah Sam tidak terlihat lagi. Esoknya setelah berbaikan dengan Raka, Sam tidak melihat kecanggungan lagi di wajah Raka jika mereka bertemu. Raka jadi sering menyapa Sam atau sekedar tersenyum. Berbeda dengan Mela, yang justru makin memendam kebencian pada Sam. "Lo hati-hati deh Sam, si Mela tiap liat lo kayak pembunuh berdarah dingin." Bisik Dewi di jam istirahat di kantin sambil melirik Mela yang juga berada di sana namun duduk cukup jauh dari mereka berdua. "Selama gue ngga salah kenapa harus takut Dew? Dia sendiri yang b**o mau aja cape-cape emosi gitu, terlalu kemakan sama rasa sirik sendiri sih." Dewi menganggukan kepalanya, "pinter, gue setuju, tapi lo tetep waspada ya Sam, gue ngga mau aja lo kenapa-kenapa gara-gara si penyihir itu." "Iya lo tenang aja, gue pasti hati-hati." "Sip deh!" . . "Sam, lo dicariin Mrs. Andien di ruang guru." Ujar seorang siswi di kelas Sam setelah bel pulang berbunyi. "Oke." Sam membereskan mejanya lalu menggendong tas punggungnya berjalan keluar kelas. "Mau pulang bareng Sam?" Sam menoleh ke sisi kanannya saat baru saja menginjakan kaki keluar kelas. "Ngga usah kak Jo, Sam ada perlu sama guru soalnya, Sam juga udah ada yang jemput." Tolak Sam dengan halus. Sebenarnya dirinya ingin sekali pulang bersama Jo namun tidak enak dengan Sammy yang sudah repot-repot meluangkan waktu menjemputnya. "Ngga apa kok," Jo tersenyum kecil, "lain kali harus mau yah." Sam terkekeh pelan, "oke kak." Jo beranjak ke arah gerbang sekolah, sedangkan Sam harus ke kantor guru. Koridor ke ruang guru sudah terlihat sangat sepi, saat akan berbelok, seseorang menarik tangannya dan menabrakan punggung Sam ke dinding membuat Sam sedikit meringis nyeri. "Lo apa-apaan sih Mel?!" Tanya Sam dengan nada kesal saat melihat Mela yang menariknya. Mela mencengkram kerah baju Sam, "gue udah ngga peduli lagi dapet hukuman apa dari guru BK, asal gue bisa menghabisi lo gue udah puas." Puput dan Ira muncul di belakang Mela. "Lo mau apa hah?" Tanya Sam saat Ira memberikan sebuah pisau cutter pada Mela. "Mau buat lo ngga bisa sok kecantikan lagi di sekolah ini!" "Lo udah gila ya?!!" Sam berusaha lepas namun kedua tangannya sudah ditahan para dayang Mela. "Shhhtt, lo jangan banyak gerak, nanti gue salah sobek gimana? Kan bahaya." Ujar Mela dengan ekspresi tenang. Sumpah, nih cewe kerasukan apaan sih?! "Ini pembalasan gue karena lo udah merusak hubungan gue dengan Raka, kenapa sih lo harus balik lagi ke sini? Kenapa hah?!! Udah bagus lo di Melbourne sana kenapa, KENAPA LO HARUS MUNCUL LAGI DI HADAPAN GUE?!! Lo nantangin gue karena ngga terima gue permalukan dulu?!!" Sam tidak bisa menjawab, tatapannya tak lepas dari pisau cutter ditangan Mela yang kini ditempelkan di pipi kirinya. "Gara-gara lo gue putus sama Raka, lo denger kan? GARA-GARA LO!" Mela sedikit menekan cutter dipipi Sam hingga Sam meringis perih. "Tenang aja, belum sampai berdarah kok Sam, masih lecet sedikit kok." Mela mengusap lembut pipi Sam lalu dengan cepat menamparnya. "Sakit ya? Ah maaf ya Samantha." Mela akan kembali memasang pisau cutter di pipi Sam namun sebuah tangan menahannya. "Kalian sudah gila?" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN