Chapter 07

1259 Kata
"Pah, uang kuliah Vika." Terdengar suara decakan dari mulut Ayah Vika . "Minta bayarin sana sama pacar kamu. Pacar kamu kan orang kaya!" "Pah." Vika berusaha menahan Ayahnya yang hendak pergi namun tangannya di sentak. Vika hanya bisa diam dengan mata yang berkaca-kaca memperhatikan Ayahnya yang sudah pergi dan tidak tahu kapan akan kembali menemuinya. Vika menghela napas panjang menghapus air matanya yang mulai mengalir. Vika terduduk di sofa sambil memikirkan bagaimana caranya agar ia dapat membayar uang kuliahnya. Dengan cara bekerja? Tapi Vika belum diperbolehkan untuk bekerja. Jalan satu-satunya adalah Vika harus cepat-cepat menyelesaikan masa kuliahnya. Besok Vika sudah kembali masuk ke kampusnya dan Vika akan segera menemui dosennya untuk mendiskusikan soal masa kuliah dan wisuda nya. ️ "Prof!" "Prof!" Dua orang pria dengan kacamata yang bertengger di hidung mereka berhenti berjalan seraya menatap dua orang yang berbeda jenis kelamin berdiri di samping mereka. Zio dan Vika terdiam saling tatap karena ternyata mereka memanggil dosen masing-masing secara bersamaan. Dan mereka berdua benar-benar tidak menyangka jika bisa bertemu saat ini. "What's wrong?" Tanya seorang pria yang merupakan dosen Vika. "Do you want to talk?" Tanya pria yang lain yang merupakan dosen Zio. Zio tersenyum seraya melirik Vika, begitu juga dengan Vika. "Maybe next time." Jawab Zio diselingi dengan senyuman lebar. "Nothing, Prof." Vika membalas ucapan dosennya. Dua orang dosen tersebut saling tatap sebelum akhirnya mereka pergi. "Kamu ada perlu tadi?" Tanya Zio. Vika mengangguk sedikit merasa canggung. "Udah selesai kan kelasnya?" "Udah. Kamu?" "Udah juga. Kita pulang?" Vika mengangguk seraya mencuri pandang ke arah dosennya yang sudah hilang di balik dinding. Keesokan harinya, Zio kembali menemui dosennya hingga ia sudah duduk di depan dosennya yang sedang membaca lembaran kertas pada suatu map. "Do you want to graduate soon?" Zio langsung mengangguk. "Am I eligible for graduation, Prof?" Tanya Zio. "Yeah." Zio tersenyum lebar. "The graduation requirement for business schools is to have 126 credits. You are also an active student, your academic value is good." "Thank you." Zio sedikit mengangguk seraya tersenyum. "If you're really sure to graduate soon, you're required to do an internship for three months. Ready?" "I'm very ready, Professor." ️ "You can't graduate this year or next year." Vika menghela napas, kedua bahunya merosot turun. "Why?" "Your total credit is only 100 while what is needed is 135 credits. You're not an active student, you always get a C value. How can you graduate?" Vika menyandarkan tubuhnya dengan kepala yang sedikit tertunduk. "So I can't graduate as soon as possible?" Dosen Vika menggeleng. ️ "Hei, son." Zio yang baru saja keluar dari sebuah ruangan menoleh ke arah wanita yang baru saja memanggilnya. "Please give this to your girlfriend." Wanita tersebut menyerahkan sebuah surat kepada Zio. Zio tersenyum seraya mengambil surat tersebut. Zio menatap surat yang ada di tangannya, tanpa membuka surat itu Zio sudah tahu apa isinya. Surat peringatan mengenai uang kuliah. Zio memasukkannya ke dalam tas dan pergi ke suatu ruangan. Di lain tempat Vika sedang duduk di bangku panjang yang ada di taman kampusnya. Vika duduk seraya memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Hai." Vika menoleh mendapati Zio baru saja datang dan duduk disebelahnya. Vika tersenyum. "Abis dari mana?" Tanya Vika. "Kelas. Kamu udah dari tadi di sini?" Vika mengangguk. "Kamu lagi ada masalah?" Zio duduk menghadap Vika lalu mengelus pipi Vika dengan telunjuknya. Vika mengambil telunjuk Zio menggenggamnya kemudian menggeleng. "Besok orang tua kita di suruh dateng kan ke sini?" Zio mengangguk. "Kalo misalnya gak bisa dateng gimana?" "Harus ada yang wakili." Vika mengangguk. "Ayo kita makan." Zio beranjak dan berdiri di depan Vika. "Aku mau langsung pulang." Balas Vika masih menggenggam telunjuk Zio. "Kita makan dulu baru aku anter pulang." "Tapi aku gak selera." Zio merangkul Vika memaksa kekasihnya untuk segera berdiri. "Aku suapin biar kamu jadi selera makan." Kata Zio seraya mengelus rambut Vika yang tergerai. ️ Tiba saat para orang tua datang ke kampus. Vika hanya bisa berdiri di balik pilar sambil memperhatikan para orang tua yang masuk ke dalam aula gedung kampus. "Vika," Vika menoleh kebelakang. "Tante Reya." Tak lama datang Zio bersama dengan Nevan. "Om sama Tante gak masuk?" Tanya Vika sambil menunjuk ke arah aula. "Iya ini mau masuk." Balas Reya. Vika tersenyum. "Tante yang jadi wali nya Vika." Vika cukup terkejut mendengar ucapan Reya. "Tante jadi wali nya Vika?" Tanya Vika memastikan. Reya mengangguk, "iya, Om yang jadi wali nya Zio." Vika tersenyum lebar. "Makasih Tante." "Sama-sama, Om sama Tante masuk ya." Pamit Reya. Vika langsung mengangguk. "Duluan, ya." "Iya Om." Vika tersenyum seraya memperhatikan punggung Nevan dan Reya. Vika beralih menatap Zio dengan senyum yang masih tersungging. "Makasih kamu udah mau pinjemin Mami kamu untuk aku." "Sama-sama." Zio mengusap-usap puncak kepala Vika sambil tertawa. ️ " Tumben kamu ngajakin aku dinner." Vika memperhatikan sekelilingnya yang tidak ada siapapun selain mereka. "Karena ini hari sepesial kita." Vika menatap Zio. Mendengar ucapan Zio Vika berusaha berpikir tentang hari ini. Tak lama matanya membulat. "Ya ampun aku lupa." "Gak papa." Zio tersenyum seraya mendekatkan makanan yang sudah tersedia pada Vika. "Maaf, aku lupa kalo hari ini Anniversary kita." "It's okay. Yang penting kamu gak lupa sama aku." Vika tertawa kecil. "Dimakan. Nanti abis makan aku mau ngasih sesuatu." "Tapi aku gak bawa apa-apa." Wajah Vika berubah sedih karena ia merasa tidak enak pada Zio. "Aku juga gak berharap apa-apa, ngeliat kamu seneng aja udah jadi hadiah buat aku karena aku bisa liat senyumnya kamu." Jantung Vika berdebar dan pipinya terasa memanas mendengar ucapan manis Zio. Zio dan Vika pun mulai makan sambil berbincang mengenai hal-hal yang ringan yang bisa membuat mereka berdua tersenyum ataupun tertawa. Selesai makan dan meja sudah dibersihkan datanglah dua orang pelayan laki-laki dan perempuan dengan pakaian hitam dibagian luar dan putih dibagian dalamnya berjalan ke arah mereka. Melihat pelayan itu datang sambil membawa buket bunga mawar dan paper bag berwarna biru Vika mengigit bibir bagian bawahnya. "Thank you." Ucap Zio mengambil bunga dan paper bag yang sudah dibawakan untuknya. "You're welcome. Excuse me." Pamit seorang pelayan laki-laki sembari pergi dan diikuti oleh pelayan perempuan. "Happy anniversary." Zio memberikan buket bunga terlebih dahulu. Vika tersenyum senang seraya menerima buket bunga yang Zio berikan. Setelah buket bunga, Zio memberikan paper bag berwarna biru pada kekasihnya yang sedang tersenyum haru. Vika memegang dengan cara memeluk buket bunganya di tangan kiri karena tangan kanannya sedang mengeluarkan sesuatu yang ada didalam paper bag berwarna biru. Mulut Vika sedikit terbuka saat ia mendapatkan kotak berwarna biru yang dihiasi dengan putar berwarna putih. Vika tahu apa isinya. Kalung. Sebelum membuka kotak tersebut Vika terlebih dahulu membuka sebuah kertas berukuran kecil yang ia temukan di dalam paper bag. Vika tersenyum haru membaca sebuah tulisan yang ada pada kertas tersebut. I choose you... When they say you don't deserve me, when they say they don't like you, and when they hope you have to be far away from me. I will still choose you. Thank you for 2 years with me, I love you. Vika menatap Zio seraya tertawa dan menghapus air matanya. Vika merentangkan tangannya membuat Zio beranjak dari duduknya dan berbungkuk untuk memeluk Vika. "Thank you, thank you for the kindness you've given me. Sorry I can't reply to all your kindness. But I love you too, so much." Ucap Vika dengan mata yang terpejam bahkan air matanya sudah membasahi jas Zio. Zio tersenyum melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Vika. Zio mengambil kotak yang berisikan kalung berwarna platinum dan memasangkannya ke leher jenjang Vika. "Kalung dulu ya, aku usahain secepatnya kasih kamu cincin." Ucap Zio setelah memasangkan kalung untuk Vika. Vika tertawa sambil memperhatikan Zio yang sedang tersenyum manis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN