Nayra sudah sampai di perusahaan Gulfrom Group "Wahh besar sekali perusahaan ini," decak kagum Nayra saat memasuki perusahaan.
"Aku harus kemana ini," bingung Nayra.
Iya ingat penagih hutang itu bilang datang saja ke reseption, Nayra langsung melangkahkan kaki nya ke meja reseption yang ada di hadapan nya.
"Permisi mba,, saya ada janji bertemu.. emm tunggu dulu mba," Nayra lupa siapa nama si penagih hutang itu, dikontak nya hanya tersimpan si penagih hutang tanpa embel-embel nama.
"Maaf mba cari siapa."
"Emm itu mba badan nya tinggi tegap kulit nya sawo matang," Nayra menjelaskan ciri-ciri nya.
"Maaf ya mba disini banyak dengan ciri-ciri yang emba katakan,, tolong sebutkan nama nya."
"Saya lupa mba," cicit Nayra pelan, karena sama sekali tidak tahu nama orang yang sering mengganggu hari-harinya untuk menanyakan hutang pada Nayra.
"Kalau begitu coba telpon dulu orang nya mba," usul reseptionis itu.
"Aahh benar terima kasih ya mba saya telpon orang nya dulu."
Reseptionis itu menjawab dengan tangan yang mempersilahkan, tidak bersuara sama sekali karena langsung sibuk dengan sesuatu yang dia kerjakan dibelakang meja.
Belum juga Nayra menghubungi nama penagih hutang sudah muncul terlebih dahulu di layar ponsel nya.
"Tahu saja kalau aku sudah sampai disini," cicit Nayra.
"Hallo pak saya sudah sampai." Ucap Nayra setelah mengangkat panggilan ponselnya
"Ohh ini didepan reseptionis."
"Baik, pak." Jawab Nayra dan langsung menutup panggilan.
Nayra menyerahkan ponsel nya pada reseptionis "mba ini kata nya kasih ke mba dia mau bicara," dengan cepat reseptionis itu mengambil ponsel Nayra.
"Baik pak, akan saya antar, maaf kan saya pak."
"Dia pasti dimarahi oleh orang itu, dasar galak sekali,, tidak punya rasa kasihan terhadap wanita," rutuk Nayra dalam hati nya.
"Mari mba saya akan antar menuju ruangan CEO," ia menyerah kan ponsel Nayra dan berjalan mendahulu nya.
Setelah sampai di lantai atas Nayra keluar dari lif dan menemukan Rio yang sudah menunggu kedatangan nya.
"Ayoo cepat ikut aku."
"Iya.. iya ini juga jalan," ucap Nayra kesal.
"Silahkan masuk tuan sudah menunggu," Rio membukakan Nayra pintu yang bertuliskan CEO.
"Kau tidak masuk," tanya Nayra, karena agak takut jika masuk sendirian.
"Tidak."
"Kenapa.. maksudku apa kau tidak bisa menemani ku didalam."
"Maaf nona tidak bisa, silahkan masuk tuan sudah menunggu," ucap Rio lagi.
Nayra sungguh takut saat ini, bagaimana jika terjadi apa-apa dengan nya didalam, tidak akan ada yang mengetahui nya.
"Kau yakin tidak mau menemaniku," ulang Nayra dengan memasang wajah memelas.
Rio menggeleng dan mendorong tubuh Nayra ke dalam lalu menutup pintu dengan Rapat.
"Aiss apa tidak bisa pelan-pelan aku juga bisa masuk sendiri," kesal Nayra, tidak sadar bahwa saat ini ada mata tajam yang memperhatikan nya.
Nayra berbalik dan langsung terperanjat "Oh astaga," ucap nya dengan memegang d**a.
Sedangkan Afnan masih tetap tak bergeming menatap Nayra menyelidik.
"Haruskah aku menikahi gadis ini, penampilan nya saja cupu seperti ini, bagaimana bisa aku akan tertarik pada nya," pikir Afnan.
Afnan tidak membayangkan gadis yang ia pilih untuk dinikahi nya adalah gadis cupu,, dalam bayangan nya hari ini iya akan bertemu dengan gadis cantik dan seksi.
Apa benar dia anak bekas pemilik perusahaan, setahu Afnan anak gadis rekan kerja nya berpakain modis dan pintar dandan tapi gadis di depan nya ini sungguh tak menarik untuk dilihat.
"Emm maaf tuan.. apa yang ingin tuan bicarakan.. kalau soal hutang saya janji tuan saya akan bayar.. tapi tolong beri saya waktu.. daya tidak akan lari.. saya janji," Nayra yang gugup ditatap terus menerus akhirnya berbicara agar ia bisa secepat nya keluar dari ruangan ini.
"Diam lah," Afnan memijat pelipis nya.
"Tuan sakit kepala.. saya bisa memijat nya," Nayra mendekat pada Afnan dengan penuh semangat.
"Berhenti disana.." cegah Afnan, gadis ini memang benar-benar sudah cupu, membuat ku ilfiel lagi.
"Baik tuan," ucap Nayra pelan.
Lama Nayra hanya berdiri menunggu Afnan berbicara, kaki nya sudah terasa pegal, berdiri nya pun sudah goyang kekiri dan kekanan.
"Tuan.. bisakah saya duduk," cicit Nayra yang sudah tak sanggup lagi untuk berdiri.
Afnan yang tadi nya sedang berpikir, akhirnya kembali menatap Nayra, ia berdiri keluar dari mejanya.
Tuk tuk tuk hentakan sepatu itu membuat Nayra mengeluarkan keringat dingin.
"Maaf tuan.. saya tidak mau duduk saya akan berdiri disini," ucap Nayra menunduk,, apa dia sudah membuat orang itu marah.. tapi apa salah nya dia hanya ingin duduk.
Afnan memutari tubuh Nayra sebanyak tiga kali baiklah tidak buruk, toh nanti nya dia masih bisa bermain dengan gadis seksi lain nya diluar sana "Duduk lah," ucap Afnan dingin.
"Baik tuan terima kasih," tanpa basa basi Nayra langsung menghambur pada sofa disamping nya.
Melihat tingkah Nayra sebelah sudut bibir Afna tertarik "Menarik."
Dengan cepat Afnan mengambil map yang ada di atas meja nya dan melempar nya kehadapan Nayra.
"Apa ini," tanya Nayra.
"Surat perjanjian pernikahan," ucap Afnan santai.
"Ohh pernikahan.. tuan mau menikah ya.. tenang saja tuan saya akan membantu pernikahan tuan tanpa dibayar... tapi bisakah tuan kurangi hutang Ayah saya sedikit," ucap Nayra pelan diakhir kalimat.
Sebelah Alis Afnan terangkat, apa gadis ini pikir aku tidak mampu membayar WO.
"Aaaa baiklah-baiklah tidak perlu saya akan ikhlas membantu tuan," cengir Nayra lebar karena takut dengan tatapan aneh Afnan.
Afnan kembali memijat pelipis nya, ternyata selain cupu gadis ini juga bodoh.
"Tuan benar-benar sakit kepala ya.. saya sungguh bisa memijat tuan kata ayah saya pijatan saya enak.. mau saya pijatkan," ulang Nayra menawarkan diri kalau-kalau setelah memijat Afnan hutang ayah nya akan dikurangi.
"Huuhhh yang akan menikah kita kau dan Aku," ucap Afnan tegas dengan mengubah posisi duduk tegak dan melipat tangan didada.
"Ohh kita yang akan menikah," Nayra kembali tersenyum belum menyadari.
Tunggu kenapa seperti ada yang salah "Apaaaa," teriak Nayra setelah menyadari nya.
"Jangan berteriak disini," ucap Afnan kesal.
"Maaf maaf kan saya tuan.. habis nya tuan bicara nya ngaur hehehe."
"Kau mengatakan aku melantur," tantang Afnan.
"Iya.. bukann.. iyaa.. aaa maksudku," jawab Nayra gagap.
Afnan tertawa senang dalam hati nya, seperti nya mengerjai gadis didepan nya ini sungguh menyenangkan.