Dipagi hari yang begitu menyejukkan, kabut pagi datang dan menghasilkan embun-embun yang membasahi segala yang tengah dilaluinya, pagar rumah, rerumputan hijau yang tumbuh dipekarangan rumah, meja serta kursi yang terdapat di teras, serta merta ayunan yang terikat di pohon besar yang sengaja tidak ditebang di samping rumah tersebut. Hal itu membuat Shiren yang melihat dan merasakan kesegarannya pun tersenyum dengan senang, ia bersyukur masih bisa merasakan itu semua, dan apa jadinya jika embun pagi menghilang dari muka bumi? Mungkin kesegaran dipagi hari tidak akan bisa ia rasakan lagi, itulah anggapannya, dan hal tersebut membuat Shiren bersyukur seperti sekarang ini.
Selalu bersyukur dipagi hari itu adalah hal yang baik, banyak-banyaklah bersyukur, maka kebaikan akan selalu datang padamu kapanpun itu dan tanpa disangka-sangka. Kedua mata Shiren kini bertemu dengan Nauval yang baru saja keluar dari rumahnya dengan mengenakan jaket parasit, celana pendek, serta sepatu sportnya yang membuat Shiren menebak bahwa hari ini dia akan berlari pagi. “mau lari ya? Ikut dong!” ucap Shiren padanya yang kini duduk di kursi sana seraya mengikat tali sepatu yang ia kenakan, dan mendengar ucapan Shiren membuat Nauval mengerenyitkan dahinya dan menoleh menatap Shiren yang kini tersenyum memandanginya, dilihat dari kedua matanya, Shiren sangat berharap bahwa Nauval akan menerima permintaan tersebut dan mereka pun berolahraga berdua, namun pada kenyataannya Nauval segera menggeleng setelah menyadari makna dari tatapan tersebut. Hal itu membuat Shiren memberenggut dengan sedih,
“nggak! Aku mau lari sama kawan-kawanku, malu kalau aku bawa kamu” jelas Nauval seraya berdiri dan menyeleting jaket parasit hitam merahnya, terlihat dari raut wajah yang ditampakkan oleh Nauval, ia terlihat amat tidak menyetujui permintaan Shiren pagi itu. Mendengar penjelasan tersebut, membuat Shiren memprotes dirinya dengan suara yang terdengar cukup kesal padanya,
“loh kok malu sih?! emang aku malu-maluin gitu?!!” tanya Shiren padanya, ia protes dengan jawaban yang dijelaskan oleh Nauval yang kini meringis, berusaha memberi tahu bahwa bukan itu yang ia maksud. Namun ketika ia hendak menerangkan lebih jauh lagi, Shiren segera pergi dari tempatnya untuk masuk ke dalam rumah dengan kesal, dan itu membuat Nauval tidak bisa berbuat apapun selain menghela nafasnya dan berucap,
“bukan gitu Ren! Yaudah, mau ikut gak?? kalau gak, ditinggal nih!” ucapan Nauval yang satu itu pun akhirnya membuat Shiren segera berlari membawa jaket lembutnya, ikat rambut serta sepatu sport miliknya dan berlari menghampiri Nauval yang masih menunggunya di depan rumah sana, tak ada yang bisa dilakukan Nauval ketika Shiren merajuk, ia hanya akan mengalah ketika kakak perempuan yang satu-satunya itu bertindak demikian. Bahkan seperti saat ini, ia hanya bisa melipat kedua tangannya dihadapan Shiren yang kala itu mengembangkan senyumannya seraya mengenakan sepatu dan akhirnya mengajaknya berolahraga bersama meski ia memang malu jika membawa Shiren. Pasalnya, bukan karena Shiren akan mempermalukannya, namun ia mengatakan seperti itu karena takut sang kakak digoda oleh teman-temannya. Karena ia tidak pergi sendirian saja saat itu.
“hayu!” ajak Shiren, keduanya pun berpamitan kepada Haris yang tengah membaca koran di ruang depan dan akhirnya merekapun pergi berolahraga bersama-sama. Hari ini adalah hari minggu, dan hari minggu merupakan waktu yang baik untuk mereka bersenang-senang dan setidaknya membugarkan kembali tubuh mereka setelah selama lima hari lamanya, mereka harus mengerjakan tugas yang tidak pernah ada hentinya. Dan tidak seperti ekspetasi Nauval, setelah mereka berlari menuju tengah kota, Shiren mengajak Nauval untuk membeli surabi kesukaannya, beruntung teman-teman Nauval mengiakan ajakan Shiren dan mereka berakhir dengan makan surabi pagi itu.
…
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, Haris menoleh menatap kearah pintu yang terbuka yang kini memperlihatkan kedatangan Nauval dan Shiren yang baru saja selesai berolahraga pagi, “gimana olah raganya?” tanya Haris seraya menoleh menatap Nauval yang menjatuhkan dirinya di atas sofa ruang tamu, dan terlihat dari raut wajahnya bahwa ia malas menanggapi apa yang dipertanyakan oleh haris saat itu, hingga akhirnya ia menoleh menatap Shiren yang datang seraya membawa beberapa kantung plastik yang isinya adalah sayuran, daging sapi dan yang lainnya, “wah … ternyata kalian belanja juga ya?” sambung Haris kepada mereka, kedua matanya menatap Shiren yang tersenyum dan Nauval yang menghela nafasnya,
“ininih yang gak dimauin Nauval ajak Shiren jalan pagi bareng! Ujung-ujungnya di tarik ke pasar!” Protes Nauval seraya menoleh menatap Shiren yang tersenyum mengejeknya, dan hal itu membuat Haris tertawa mendengarnya, mengetahui bahwa sang kakak tertawa, Nauval menoleh menatap Haris cukup terganggu dan itu membuat Haris menganggukkan kepalanya mengerti dan menghentikan tawanya di sana,
“Shiren kan harus masak juga buat makan pagi, Nauv! Emangnya Nauval gak mau makan gitu?” tanya Shiren padanya, saat ini Shiren tengah berjalan seraya membawa baskom kecil berisi tauge-tauge yang selanjutnya akan ia petiki bersama dengan sayur bayam, melihat tauge dan bayam yang ada di dalam baskom tersebut membuat Haris tersenyum dengan senang,
“wah! Itukan sayur kesukaan Nauval, bayam sama tauge!” ucap Haris seraya tertawa kembali menatap Nauval yang kini mendengus dengan kesal, kedua bola matanya ia putar dengan malas, ia pun hanya bersandar di sofa itu masih dengan kedua tangan yang ia lipat di dadanya, meski ia merasa kesal namun ia sama sekali tidak ada niatan untuk membalas ejekan dari sang kakak,
“permisi!” sebuah suara ibu-ibu yang berasal dari luar rumah membuat ketiganya segera menoleh ke luar rumah, menyadari bahwa ada seorang tamu membuat Haris memerintahkan Shiren untuk mendatanginya, dan hal itu membuat Shiren segera menghampiri tamu tersebut, dan disadarinya bahwa tamu itu merupakan tetangga sebelahnya,
“oh, ibu!” ucap Shiren seraya tersenyum kepadanya yang kini ikut tersenyum setelah membalas sapaan Shiren, ibu tersebut menghampiri Shiren seraya memberi satu paper bag dan berucap,
“ini, ada oleh-oleh buat kalian … kemari kami baru pulang dari laut” ucap sang ibu seraya memberikan paper bag itu kepada Shiren yang kini terkejut menerimanya, “tadinya saya mau berikan ikan laut, tapi kalian gak pada suka ya?” tanya ibu tetangga tersebut kepada Shiren yang kini tersenyum seraya berucap,
“kami alergi bu, gak papa ko … ini juga udah makasih banget, cindera matanya bagus” ucap Shiren membenarkannya, dan hal itu membuat ibu tetangga tersebut menyadarinya dan mengangguk,
“oh! Begitu? Iya deh, maaf ya … cuma bisa kasih pas photo sama baju saja” ucap sang tetangga kepada Shiren yang segera menggelangkan kepalanya tidak mempermasalahkan hal tersebut, ia merasa bahwa hanya dengan dua benda itu sudah perlu ia syukuri dan ia sangat berterima kasih karenanya,
“nggak kok bu, segini juga saya sudah senang … terima kasih ya bu, oleh-olehnya!” ucap Shiren kepada sang tetangga yang kini tersenyum merasa senang karenanya, dan tidak lama dari sana Haris datang untuk menyapa sang tetangga,
“gimana kabar bu?!” tanya Haris dengan nada yang sangat ramah kepadanya yang kini tersenyum dengan begitu senangnya seraya menjawab bahwa keadaannya sangat baik,
“kenapa nggak di ajak masuk Ren, ibunya?” tanya Haris seraya menoleh menatap Shiren yang tersenyum malu, ia memperlihatkan gigi-giginya kepada sang kakak. Ya … ia lupa dengan hal itu, namun sang ibu segera menolaknya dan mengatakan bahwa ia hanya sebentar, dan niatnya hanya untuk memberikan oleh-oleh tersebut.
“wah … gak usah repot-repot atuh bu” ucap Haris kepadanya yang kini menggelengkan kepalanya seraya melambaikan tangannya menandakan bahwa hal itu tidaklah merepotkan bagi sang ibu, setelah berbincang sebentar dengan haris di sana, sang tetangga pun mengatakan bahwa mereka harus sering mampir ke rumahnya, dan dia mengatakan akan memasakan masakan yang mereka sukai dan hal itu membuat Haris dan Shiren sangat tersanjung dan mengatakan bahwa mereka akan mampir kapan-kapan, sebelum akhirnya sang tetanggapun pergi dari sana.
“diangasih apa, Ren??” tanya Nauval yang saat itu menyembulkan kepalanya di sana, seraya menoleh menatap Haris dan Shiren yang berjalan untuk kembali masuk ke dalam rumah mereka. Mendengar pertanyaan Nauval membuat Shiren melihat kedalam paper bag tersebut dan menjawab,
“pas photo sama tiga kaos dari laut” jawab Shiren seraya memberikan paper bag itu kepada Nauval yang kini meraihnya dan melihat-lihat bagaimana bentuk dari pas photo serta kaos tersebut, sedangkan Shiren kembali berkutat dengan sayur bayam dan tauge yang akan dia bersihkan. “oya, tadi Bu Ratna juga bilang kalau dia mau kasih kita ikan” jelas Shiren kepada mereka yang kini dengan serempak menoleh kepadanya,
“terus, kamu bilang apa sama Bu Ratna??” tanya Nauval kepadanya yang masih berkutat dengan tauge dan daun bayam di sana,
“aku bilang kalau kita gak bisa makan ikan, karena kita alergi” ucap Shiren menanggapi pertanyaan Nauval di sana, dan hal itu membuat Hari mengangguk mengiakannya, ya … mereka bertiga memang memiliki alergi yang sama, yaitu alergi terhadap ikan dan terutama ikan laut. Itulah sebabnya mengapa Shiren mengatakan kepada Bu Ratna bahwa ia tidak perlu memberi mereka ikan, karena pada dasarnya ikan itu tidak akan mereka konsumsi dan akan jadi mubadzir.
“yaudah, kalau gitu cepetan masaknya ya … kakak udah laper nih!” dan ucapan yang dilontarkan oleh Haris pun membuat Shiren segera menyelesaikan persiapan bahan-bahannya dan segera memasak untuk mereka bertiga hari Minggu itu, karena hanya ada mereka bertiga lah di sana, hal itu membuat Shiren pandai memasak dan bahkan melebihi dari gadis-gadis seusianya dan kemampuan itu membuat Nauval dan Haris merasa bersyukur padanya, karena dengan kebisaan Shiren yang patut di acungi jempol, mereka tidak pernah merasa kelaparan dan masakan Shiren pun tidak pernah mengecewakan mereka berdua.
…
to be continue.