that feeling

1802 Kata
*** “Disini?” tanya Jose. Mereka menghentikan langkah mereka tepat di depan kelas. Anne mengangguk, ia beralih menatap Jose. “Aku akan pergi ke fakultasku, Tunggu aku disini!”ingat Jose dengan penuh tekanan. “ingat!” ucapnya kembali. Anne mengembangkan senyumannya. “You talking to much.”komentar Anne . Jose mendengus pelan. Tentu saja ia cerewet, mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu saat Jaffrey menghina Anne masih membekas diingatan pria itu, dan ia tak rela jika Anne kembali bertemu dengan pria mengerikan itu. “aku akan menciummu saat ini juga jika kau berbicara seperti itu lagi.” Ancam Jose. Anne membulatkan kedua matanya, menatap Jose tajam. Ia memukul pundak pria itu dengan tas yang ia bawa.“Cepat pergi!” usir Anne  kesal. Pria itu cekikikan lalu menyentuh pucuk kepala Anne sekilas berlari cepat kearah fakultasnya setelah itu. Jose dan Anne  pergi ke kampus hari ini, mereka dijadwlkan untuk mengumpulkan laporan minggu pertama magang mereka. Anne pun masuk kedalam ruangan itu dengan senyuman diwajahnya. Teringat dengan sikap Jose tentunya. Bahkan pria itu rela memarkirkan mobilnya di gedung fakultas Anne, padahal faktanya gedung fakultas teknik cukup jauh. ***   Anne memeriksa roomchat-nya dengan Jose mungkin saja pesan pria itu tak muncul dibar notifikasinya. Tetapi ternyata nihil, tak ada pesan baru disana, pria itu memang tidak mengiriminya pesan. Anne sudah menunggu pria itu lebih dari dua puluh menit, dan Jose belum juga menampakkan dirinya, setidaknya dia harus mengirim Anne  pesan agar Anne  tahu. Ia pun berinisiatif untuk pergi ke fakultas Jose. Anne mulai melangkahkan kakinya meninggalkan kelas tempatnya tadi. Lima menit sudah Anne berjalan, matahari sudah menghilang berganti dengan gelapnya malam tanpa bulan. Anne menatap ragu lorong panjang dihadapannya, ia tiba-tiba dihinggapi perasaan tidak enak. Ah, mungkin ia hanya takut karena lorong itu sepi dan gelap. Anne menggenggam kuat tasnya, menguatkan nyalinya. Ia pun melanjutkan langkahnya, dan sedikit mempercepat laju langkahnya. Ia menghela nafasnya lega saat ada seorang yang berlawan arah dengannya memilih berjalan dilorong itu, setidaknya ia tak sendirian pikir Anne . Tapi, sedetik setelah itu kening Anne berkerut. Kenapa orang itu seolah berjalan kearahnya. Bukan Jose!  Dari bayangannya sangat jelas itu seorang perempuan. Lily? Anne menggelengkan kepalanya, Lily tidak setinggi itu. Sekelebat pikiran negatif maupun positif muncul di pundak  Anne, namun ia tetap melanjutkan langkahnya. Tap! Langkah Anne terhenti saat gadis itu berdiri didepannya. Anne sedikit mendongak untuk mengenal siapa gadis itu. “yang ini?”ucap gadis itu. Anne mengernyit, apa yang gadis ini ucapkan, apa dia berbicara kepada Anne atau oranglain? “Apa maksudmu?”tanya Anne  bingung. Gadis itu tampak menyeringai. “dan siapa—” Ucapan Anne terhenti saat gadis tinggi itu mendorongnya kebelakang. Tubuh Anne menabrak seseorang, Anne  dengan cepat melihat siapa orang itu. “Yerry!?” Anne bingung, kenapa Yerry disini? dan siapa gadis jangkung ini?! “Terima kasih atas bantuanmu, Thin.” ucap gadis yang Anne panggil dengan nama Yerry itu. Setelah mengucapkan itu, Yerry kembali menatap Anne. Tatapan mata gadis itu seperti laser yang mempu menembus tembok tebal. “karena dirimu, Jeffrey harus masuk rumah sakit!”ungkap Yerry penuh kemarahan. Anne kini tahu maksud semua ini. Jadi, ini semua karena si kaparat Jeffrey. “Dia pantas mendapatkannya!”balas Anne  tenang tanpa tahu wanita bermarga Kim itu tengah membara sekarang. Mata gadis Kim itu membulat, amarahnya semakin meningkat. Plak! Sebuah tamparan keras melayang ke pipi Anne. Tubuh kurus Anne bahkan sedikit terhuyung dibuatnya.Ia tidak menyangka adik tingkatnya yang notabene-nya mantan kekasih dari Jose itu berani menamparnya. Anne  mendelik tajam, ia melangkah maju, tangannya terkepal, berniat membalas tamparan gadis itu. “akh!” Anne meringis saat tulang keringnya ditendang oleh gadis jangkung tadi saat ia akan melayangkan tamparannya untuk Yerry. Anne merunduk untuk menyentuh kakinya yang terasa ngilu. Yerry menertawakan Anne, tangannya terulur untuk menjambak rambut Anne. Bahkan ia melupakan fakta usia Anne yang lebih tua darinya. “berani kau berbicara seperti itu?” ucap Yerry. “j*lang, sialan!” umpat Yerry seperti orang kesetanan lalu mendorong tubuh Anne hingga tersungkur ke lantai dengan keras. Anne kembali miringis, ia bahkan tak bisa melawan. Sebenarnya, Anne  juga tak pernah mengalami hal seperti ini. Namun, mengingat usia Yerry yang lebih muda darinya membuat harga diri Anne sedikit terinjak. Tetapi, fakta bahwa hal seperti ini bukanlah hal yang patut untuk dibanggakan membuat Anne  menertawakan sifat gadis itu. Byur! Air dengan jumlah banyak itu membasahi seluruh tubuh Anne. Sial, Itu pasti ulah gadis jangkung itu lagi. Mereka sudah menyiapkan ini sesempurna mungkin untuk merundung Anne. Ia hanya bisa meringis didalam hatinya, dan tak lupa ia memanjatkan doa agar siapapun segera menolongnya dari kedua Medusa ini. Yerry tertawa puas saat melihat ketidakberdayaan Anne. Jika tahu semuanya akan sesempurna ini Yerry akan merekamnya sejak awal. Buk! “Thina!” Senyum dan tawa Yerry memudar berubah dengan pekikan keterkejutan.  “Apa yang kau lakukan!!” terdengar suara yang rendah dan penuh penekanan. Suaranya terdengar bergetar akibat dari menahan amarah yang siap meledak. Yerry menatap pelaku yang mendorong sahabatnya hingga tersungkur ke lantai itu. Wajahnya berubah pucat pasi saat mengetahui sang pelaku. “J-justin...”cicit Yerry pelan. Kenapa pria itu disini? Batin Yerry Ah!  Yerry merutuki kebodohannya, hari ini 'kan jadwal mahasiswa yang melakukan magang untuk mengumpul laporan pertama mereka. Jika, mengikuti jadwal kuliah Anne hari ini, gadis itu akan memiliki jam yang berbeda dengan Justin, dan bodohnya Yerry melupakan fakta jika mereka dalam masa magang yang berarti mereka memiliki jadwal yang sama untuk pengumpulan laporan. Jose- pria itu- segera merunduk menyamai posisinya dengan Anne, ia melepas jaket denimnya lalu menyelimuti tubuh Anne dengan itu. Ia menggeram tertahan melihat keadaan Anne yang jauh dari kata baik. “Bodoh! Kenapa tidak melawan?!” Anne mendongak dan mendapati Lily dibelakang Jose. Gadis berponi itu berdecak kesal dengan teman bodohnya itu yang tidak mau melawan. Jose mengeraskan rahangnya lalu beranjak dari posisinya, ia bangkit lalu menatap Yerry dengan tajam. Gadis itu tampak membeku ditempatnya, bahkan untuk pergi saja ia tak bisa sedangkan sahabatnya tadi sudah pergi entah kapan, dan kemana. Tangan Jose mengepal dengan kuat, dan Lily sadar dengan luapan emosi Jose yang sudah siap akan meledak itu. Ia menyunggingkan sembari menunggu adegan selanjutnya. Ia menunggu sebuah tamparan keras, cepat keluarkan, ia tak akan menahan Jose, sungguh. Jose mengangkat tangannya siap menampar pipi gadis itu. Namun gerakannya tercekat. “Sial! Kau beruntung karena kau wanita!”ucap Jose. Ia menarik tangannya, mengurungkan niatnya untuk menampar gadis itu. Memukul wanita adalah pantangan terbesar dalam hidup Jose. Jose kembali kepada Anne. Ia merunduk untuk berbicara dengan gadis yang mulai bergetar karena kedingininan itu. “Sakit..” Anne mengadu dengan suara lirihnya. Jose kembali menggeram. Ia segera meraup tubuh gadis itu, membawa kedalam gendongannya. Saat akan berjalan membawa Anne menjauh darisana ia berhenti didepan Yerry. “Ada hari dimana aku akan membalas perbuatanmu, dan itu lebih dari apa yang kau perbuat hari ini.” Ucap Jose dengan penuh intimidasi. Susah payah Yerry meneguk salivanya. Ancaman Jose sangat mengerikan menurut orang seperti Yerry yang selalu melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. Plak! Jose cukup terkejut dengan tamparan tiba-tiba itu, ia lalu berbalik menatap si pelaku. “Kau bilang kau tidak memukul wanita, bukan? biarku wakilkan.”ucap Lily tenang membalas tatapan keterkejutan Jose. Tak ingin ambil pusing Jose meninggalkan Lily untuk Yerry, terserah apa yang akan Ratu teknik itu lakukan, Jose tidak perduli karena fokusnya sekarang kepada Anne yang tubuhnya bergetar hebat. Plak! Satu lagi tamparan itu sukses membuat tubuh kecil Yerry terjatuh ke lantai. “Karma dibayar tunai, b***h!”   *** Jose merutuki kecerobohannya. Harusnya setelah selesai mengumpulkan laporannya Jose langsung menghampiri Anne , bukannya malah berbincang-bincang dengan teman-temannya.  Selama diperjalanan Jose beberapa kali melirik keadaan Anne. Gadis itu menutup matanya, dan tubuhnya masih bergetar.Tangan Jose terulur untuk menyibak rambut basah Anne  yang menutupi wajahnya. Jose menyentuh pipi gadis itu mencoba untuk menghantarkan panas tubuhnya untuk menghangatkan Anne. “Bersabarlah, sedikit lagi.” Ucap Jose dengan lirih. Ia diliputi rasa bersalah dan marah secara bersamaan. Saat mobil itu berada di basement, Jose melirik Anne . “Maafkan aku.”gumam Jose. Susah payah Anne  membuka matanya yang terasa berat. Ia melirik Jose lalu menyentuh tangan pria itu dengan lemah. “Kenapa berbicara seperti itu?”tanya Anne . Jose menggelengkan kepalanya, saat mobil mereka terparkir, ia segera keluar dari mobil itu dan membawa Anne  ke apartemen mereka dengan cepat.   *** Anne menyelimuti dirinya dengan selimut tebal. Ia sudah membersihkan dirinya dan berganti pakaian. Jose? Anne tidak tahu kemana perginya pria itu, setelah mengantar  Anne  kedalam kamar mandi Jose segera pergi dari kamar Anne. Ia menutup kedua matanya, rasa dingin ditubuhnya sudah berkurang, sakit dibagian tulang keringnya masih terasa, sialan sekali. Jika mengingat kejadian tadi sangat menyebalkan sekaligus memalukan. Klek Anne mendengar pintu kamarnya terbuka. Tanpa melihat siapa orang yang masuk Anne tahu bahwa itu adalah Jose. Ia merasakan seseorang duduk di pinggir ranjangnya. “Makan obat ini, agar tak demam.” suruh Jose. Anne membuka matanya yang secara langsung melihat Jose yang tengah menatapnya khawatir. Anne mengangguk patuh. Jose membantu Anne itu meminum obatnya. Setelah itu ia menepuk lembut kepala Anne , lalu mencondongkan tubuhnya untuk mencium kening gadis itu. Jose baru saja kembali dari apotek yang berada di gedung apartemen mereka. Ia menatap Anne dengan khawatir. Merasa akan tatapan Jose, Anne kembali membuka matanya. Ia menarik sudut bibirnya.“Jangan melihatku seperti itu, aku tidak akan mati hanya karena air!”cibir Anne . Jose mendengus, gadis itu bahkan masih bisa bercanda. “Kemarilah!” Anne menunjuk sisi kosong pada ranjangnya. Jose dengan patuh menuruti Anne, ia segera membaringkan tubuhnya disana lalu membawa Anne kedalam pelukannya. Ia mencium kepala gadis itu. “Rasanya jantungku terjatuh dari tempatnya...” gumam Jose. Anne terkekeh pelan. “Apa sekarang sudah lebih baik?” tanya Anne menatap Jo. Jose mengernyit lalu menarik diri agar bisa melihat wajah gadis itu. “jantungmu.” jelas Anne. Jose menggeleng. “Dia akan lebih baik, jika kau sehat saat hari esok. Untuk malam ini aku akan membiarkannya ditempat yang tidak seharusnya.” Jawab dengan nada serius walaupun sebenarnya ia hanya bercanda. Anne tersenyum mengejek menanggapi ucapan menggelikan pria itu. Matanya kian berat mungkin efek dari obat yang ia minum. Anne pun menutup matanya untuk tidur. Jose yang melihat itu merapikan anak rambut yang menutup wajah cantik Anne . Bibirnya kembali mengecup wajah Anne , tanpa rasa lelah untuk menyentuh gadis itu. “I love you, Annethe...”bisik Jose. Entah sejak kapan, tapi kini Jose yakin dengan perasaannya itu. Ia tahu makna dari perasaannya untuk Anne, walaupun sempat mengelak fakta itu, tapi kini Jose tak akan membohongi perasaannya lagi, ia menyukai sepupunya, dan perasaan berdebar tak karuan ini tidak pernah ia rasakan bersama wanita lainnya, sebelum Anne. Dalam tidurnya, samar-samar Anne mendengar bisikan itu. Namun, ia percaya bahwa itu hanyalah mimpinya. Tak mungkin jika Jo mengatakan i love you, bukan.  Iya, menyangkal.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN