Confession

2020 Kata
        Hampir dua bulan sudah kegiatan magang Anne, dan hari ini dia mendapatkan libur. Beruntungnya ia mendapat tanggal libur yang sama dengan Lily. Jadi, kedua gadis itu memutuskan untuk pergi bersama. Sekarang mereka tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan di Auckland. Anne berdiri di depan sebuah toko seraya menunggu Lily kembali dari toilet. “Aku mendengarmu, Tuan Morèl.” jawab Anne  kepada seseorang yang berceloteh disebelah sana melalui ponsel. “mau ku jemput?” Anne reflek menggelengkan kepalanya. “tidak!” Tolak Anne. “Lily akan mengantarku, kami sudah membuat janji."Dalih Anne cepat sebelum pria itu protes. “kalau begitu, kembalilah tepat waktu.” “Okay Captain!”jawab Anne dengan suara yang mampu membuat pria diseberang sana gemas hanya karena membayangkannya. “ku tutup.” “hmm.” Panggilan itu terputus. Setelah kejadian perundungan yang Yerry lakukan kepada Anne, Jose menjadi sangat overprotective dengan Anne. Terkadang membuat Anne  sedikit jengkel dengan sikap pria itu. Tak berselang beberapa lama Lily kembali dari kamar kecil. “Ayo ke toko baju.” ajak Lily. Mereka pun berjalan ke salah satu toko baju disana. Sesaat masuk ke dalam toko baju itu, Anne  mengernyit saat sadar Lily membawa mereka ke bagian pakaian pria. “Menurutmu aku harus membeli baju atau hoodie untuknya?”tanya Lily dengan kedua tangannya yang mengangkat baju dan hoodie. “Aku pikir Rolland terlihat baik dengan apapun.”Jawab Anne  menyematkan nama kekasih Lily. “Aku tidak membeli baju untuk Rolland.” Jawab Lily meletakkan kembali baju tadi lalu beralih mencari pakaian yang lain. “Ah, maaf. Jadi, untuk siapa?”Korek Anne  penasaran. “Mertin.”Jawab Lily.  Anne mengangguk, tentu dia mengenal Martin. Pria itu berada pada jurusan yang sama dengan Jose, dan berteman cukup baik Jose. “kalian berteman?”tanya Anne, karena mengingat Lily tidak sejurusan dengan Martin. Tapi, Lily 'kan Ratu teknik untuk apa Anne menanyakan hal itu. “Dia kekasihku."Jawab Lily santai. “Oh-Hah!? Apa?”Suara Anne meninggi menatap Lily tak percaya. Lily mendekap mulut Anne. “Kau berisik!”Gerutu Lily. Anne melepaskan tangan Lily dari mulutnya. “Kekasihmu? Bagaimana dengan Roll—” “kami berakhir satu bulan yang lalu.”ungkap Lily dengan nada ketusnya. “Astaga Lily! Kau itu berkencan atau siklus datang bulan?” Anne mengomentari gaya berkencan Lily. Gadis itu setiap bulan berganti kekasih, dan berkencan hanya 3 sampai 7 hari, persis seperti lama gadis mengalami datang bulan.  Lily mengeluarkan cengirannya. “calm An, martin akan menjadi yang terakhir.”Yakin Lily. “Kurasa...”tambahnya pelan. Tak! “Aw! Hei!”Lily meringis karena Anne  memukul keningnya.  “Tidak waras!”cibir Anne dan Lily tertawa tanpa dosa sebagai respon. Pandangan Anne  tertuju pada sebuah hoodie oversize berwarna hitam yang terpajang disana. Anne melangkah mendekati hoodie itu. Anne  menyukai hoodie itu, pikirannya kini melayang membayangkan pria yang gemar dengan warna hitam dan warna hoodie. “kau suka?”tanya Lily. Anne mengangguk. “aku akan membelikannya untuk Jose.” jawabnya dengan mata yang masih tertuju dengan hoodie tadi. Alis Lily menukik. Jose? Ah, Justin maksud Anne . Lily mengangguk setuju. “Justin akan terlihat bagus saat menggunakan itu.”Ungkap Lily. Anne dengan mata berbinarnya melihat kearah Lily. “Benarkan?!” seru Anne . Lily mengangguk. “Ada rangka apa kau membelikannya?”tanya Lily. Anne memikirkan jawaban yang tepat. “Terima kasih, mungkin?”jawab Anne . Lily mengangguk lalu ia ikut memperhatikan hoodie yang Anne  maksud “Membicarakan tentang Justin. Saat itu ia terlihat sangat marah, dan juga khawatir.” ungkap Lily. Anne menghentikan gerakannya. Apa Lily menyadari hubungan tak biasa mereka? “T-tentu saja, karena itu kedua kalinya, Yerry menggangguku." ucap Anne  cepat. Padahal pada kenyataan Lily mengucapkan itu tanpa tujuan tertentu. Ia hanya mengingat betapa Jose terlihat marah saat Yerry menyerang Anne di lorong malam itu.  “Dua kali?” tanya Lily yang bary menyadari. “Em, tidak - tidak! Pertama adalah Jeffrey, pria itu — aku’ kan sudah menceritakan padamu!” ralat Anne  menatap Lily kesal. “Aku ambil ini untuk Jose!”dalih Anne malas berdebat, ia memilih hoodie yang itu untuk Jose. Lily melongos. “Siapa yang menemani siapa?”sindirnya kepada Anne. Anne hanya terkekeh pelan lalu menggandeng Lily. “Ayo, pilih milikmu nona Lliy.”Ucap Anne membawa wanita itu kedaerah lain. Setelah menghabiskan satu jam lebih di toko pakaian, Anne dan Lily pun berpindah toko, berkeliling mall itu dan memilih sebuah rumah makan cepat saji sebagai tempat terakhir yang mereka kunjungi sebelum pulang. *** “Morning” sapa Jose. Tangannya melingkar indah di pinggang ramping itu. Jose mencium pipi gadis itu, ia lalu melesakkan wajahnya pada curuk leher sang gadis. “morning too!” balas–Anne –yang tengah memasak sarapan. Jose melepaskan pelukannya, membalik tubuh Anne  lalu melangkah mundur. Matanya turun-naik memperhatikan penampilan gadis itu saat ini. Anne kini mengenakan kemeja milik Jose, yang tentunya kebesaran di tubuh gadis itu. Jose menyeringai sebelum meraih kedua sisi pinggang Anne  lalu merapatkan tubuh mereka. “Kau sangat seksi.”Bisik Jose. Anne terkekeh.“Berhenti menggodaku! Aku sedang membuat sarapan!” Peringat Anne  mendorong tubuh Jose pelan. Namun pria itu malah menggesek bibirnya di wajah Anne . Bulu-bulu halus yang tumbuh diatas bibir dan dagu Jose membuat Anne  merasa geli. Ia pun menahan wajah pria itu. “Cukur ini!”Perintah  Anne . Jari-jari gadis itu menyentuh bulu-bulu halus yang ia maksud. “kenapa?”tanya Jose menatap Anne . “Bukankah aku mirip Steve Rogers?!”Tambahnya menggoda Anne . Anne mendorong wajah Jose menjauh. “Berhenti berhayal tuan Morèl!”Ucap Anne . Jose terkekeh pelan. Ia mengecup bibir Anne  sekilas. “Baiklah, Nyonya Morèl.”Balas Jose. “Akanku lakukan nanti.” lanjutnya. Anne diam-diam merona mendengar Jose memanggilnya ‘Nyonya Morèl’. Tangan Anne terulur untuk mengelus puncuk kepala pria itu, seraya mengagumi pahatan Tuhan yang sempurna ini. Ia menyisir poni pria itu hingga keningnya terpampang.  Anne berjinjit lalu mencium kening Jose yang menarik perhatiannya. Jose menutup matanya merasa-kan ciuman lembut Anne dikeningnya. Jose membuka matanya, tangan-nya terulur untuk mematikan kompor yang masih menyela setelah kompor itu mati, ia mengangkat tubuh Anne mendudukkan gadis itu di atas pantry. Jose mendongak untuk menatap mata Anne secara langsung. “Aku rasa aku tak bisa menahannya lebih lama lagi.”Ucap Jose.  Anne  mengernyit, ia pikir pria itu ingin melakukan seks, tapi kenapa ia malah menatap  Anne  serius. Tangan Jose mengelus pipi Anne dengan punggung tangannya. Mata pria itu melihat ketempat lain, menghindar untuk bertatapan dengan mata  Anne. “Anne...” “hmm?” Jose terdiam untuk beberapa saat, sebelum memutuskan untuk menatap  Anne . “aku...aku rasa aku...aku menyukai mu.”ungkap Jose pelan. “Bukan rasa suka untuk kakak dan adik.”jelas Jose. “aku mencintaimu.”  Anne membeku, ia tak tahu harus mengatakan apa. “Jo-” Ucapan Anne terpotong saat pria itu memeluk tubuhnya. “Aku hanya mengungkapkan perasaanku, kau tak terperlu menjawabnya sekarang.”ucap Jose. “aku ingin kau tahu, bahwa aku sungguh mencintaimu, bukan hanya sekedar nafsu.”Jelas Jose. Anne masih diam, ia bahkan tak bisa membalas pelukan pria itu. Jika Anne boleh jujur, ia sebenarnya memiliki rasa yang sama untuk Jose. Tapi, ia terlalu takut untuk jujur. “Aku tidak masalah dengan hubungan kita saat ini.” tambah pria itu. Jose menarik diri lalu menatap Anne  yang masih terpaku, tangannya menyisir rambut Anne. “aku tak pernah menganggapmu gadis murahan, Anne.” ucap Jose serius.  Anne membalas tatapan pria itu. Tangan kecil itu menarik dagu tegas sang pria, lalu mencium bibir pria itu dengan lembut, mencoba untuk menjawab semua pernyataan pria itu lewat ciuman. Anne melepas tautan bibir mereka. “ya, aku tak menjawabnya sekarang.” ungkap Anne. “Tapi! Aku bisa memastikan bahwa aku tak akan mendekati pria lain saat ini.” tambah Anne menjanjikan. Sedikit menenangkan gejolak pada batin Jose. Walaupun, pada kenyataannya pria itu menginginkan jawaban yang lain. Tetapi, setidaknya ia bisa memastikan tak ada pria lain selain dirinya, untuk saat ini. “dengan kata lain, aku adalah milikmu.”tambah Anne .Anne tersenyum lalu merunduk untuk bertemu dengan telinga Jose. “Aku milikmu.”bisiknya. Jose menyeringai menyadari gadisnya tengah menggoda dirinya. “Ya, kau milikku.” balas Jose berbisik. Anne memijit bisep Jose yang terpampang jelas karena hanya mengenakan celana basket sebagai penutup tubuhnya. “Aku ingin sarapan diranjang.” ungkap Anne  dan Jose tahu maksud gadis itu. “Aku juga.” Balas Jose dengan senyuman nakalnya. ***  Anne mengalungkan tangannya di leher Jose lalu membawa pria itu kedalam ciuman. Jose memiringkan kepalanya agar dapat berciuman lebih leluasa, Jose mengangkat tubuh Anne  yang membuat Anne  secara reflek melingkarkan kakinya di pinggang Jose. Pria itu membawa mereka ke kamar dengan posisi bibir yang masih bertautan. Jose menendang pintu kamar miliknya setelah pintu itu terbuka mereka masuk, ia kembali menutup pintu itu dengan cara yang sama. Ia menghimpit tubuh Anne  dibelakang pintu. “akh!” Jose mengerang saat bibirnya di gigit Anne. Ia menarik diri lalu menatap Anne  tak percaya. “Love, kau sangat nakal.” ucap Jose sebelum kembali melumat bibir tebal milik Anne . Jose kembali melangkahkan kakinya, membawa mereka ke ranjang yang ada disana. Ia menjatuhkan tubuh Anne  keatas ranjang, lalu  naik ke atas ranjang dan memposisikan dirinya diatas Anne . Sikutnya menumpu berat tubuhnya, jari-jari Jose mulai melepas kancing kemeja Anne . Anne menatap mata hitam legam itu dengan lekat. “tak bisakah kau melakukannya sambil menciumku?”minta Anne . Jose terkekeh pelan mendengar permintaan Anne , ia lalu menuruti permintaan gadis itu, Menciumnya dengan lembut. Setelah semua kancing kemeja itu terbuka, Jose melepaskannya, tangannya melesak kepunggung Anne  mencari keberadaan pengait bra gadis itu. Setelah pengait bra itu terlepas, Anne  menarik branya membantu Jose. Tidak menunggu lama tubuh mereka sudah dibalut apapun dan mereka segera melakukan keiatan persenggemaan itu dengan gairah yang meledak-ledak akibat dari pengungkapan cinta dari Jose tadi membuat mereka begitu b*******h hingga mengganti beberapa posisi dalam hitungan detik karena begitu bersemangat. Anne adalah orang lebih dahulu meledak, tetapi Jose belum mendapatkan pelepasannya dan ia bergerak begitu keras untuk mencapai puncaknya. Saat merasakan pelapasannya akan dekat, sebuah suara mengganggu kegiatan panas mereka. Ting nong Ting nong “sial! Shh” Jose mengumpat saat bunyi bell yang terdengar hingga dalam kamarnya, mengganggu saja pikirnya, tak ingin menggubrisnya, Jose lebih memilih terus bekerja pada kegiatannya. “emhh, ada tamu Jo.” Ucap Anne disela kegiatan mereka mencoba menyadarkan Jose. Jose melirik pintu kamarnya sekilas,  persetan, ia hampir sampai. “sebentar lagi” Jose pun bangkit dari posisinya untuk bergerak membantu Anne. Drrtt Drrt “Mom!!” Pekik Anne saat membaca nama pemanggil dilayar ponsel Jose yang menyala akibat dari panggilan yang masuk. “Mom, disini Jose!” Ucap Anne sedikit memekik. Anne segera bangkit dari posisinya yang tadinya berada diatas Jose, begitu pula dengan Jose yang segera melihat ponselnya dan apa yang Anne adalah benar, ibunya memanggilnya, kemungkinan orang yang ada diluar pintu itu adalah ibunya. “Sial!”umpat Jose kembali, miliknya masih keras, dan itu sakit. “pergilah mandi, biarku bukakan pintu.” perintah Jose. Anne pun menuruti ucapan Jose dengan patuh, ia mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di kamar Justin, bergerak merapikan kekacauan disana sedikit lalu pergi ke kamarnya dengan keadaan telanjang bulat, ia segera masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya dengan perasaan yang panik dan gugup. Begitu Juga dengan Jose, ia segera meraih celana dan hanya sempat memasang celana basketnya itu dan dengan terpaksa memasang boxer untuk menutupi miliknya yang tengah mengeras. Ia berlari keluar kamar menuju pintu.  Benar saja tebakan Jose dan Anne, itu benar ibu dari Jose, wanita paruh baya itu datang. Jose menarik nafasnya dalam - dalam mencoba menyamarkan kepanikannya lalu menghapus keringat yang masih menyucur dari keningnya, ia merunduk melirik miliknya yang sialnya masih menegang itu, semoga saja sang ibu tak menyadari tentang hal itu. Klek Jose mendapati ibunya berdiri di depan pintu apartmentnya dengan raut masam dan juga sebuah koper yang ada dibelakangnya. “Hai, mom!” sapa Jose kikuk kepada sang ibu. “why are you so long?”tanya ibu Jose itu. “I'm?...I'm work out”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN