Intern

1559 Kata
  ***   Hari senin, banyak orang yang membenci hari itu. Hari dimana siswa sekolah, maupun mahasiswa kembali menuntut ilmu, dan para pekerja kantoran kembali disibukkan dengan berbagai tanggungjawab mereka. Seperti halnya, Anne dan Jose yang pada hari ini akan memulai masa intern mereka. Fakta yang mengejutkan untuk mereka adalah tempat magang mereka hanya berbeda dua blok sehingga  Jose tak keberatan jika harus mengantar-jemput Anne. Tetapi, Anne sedikit keberatan dengan itu, menyebalkan menurutnya. Kembali pada pagi ini, melirik kehebohan pria dan wanita itu mempersiapkan yang terbaik dari diri mereka untuk hari pertama mereka. Seperti, Jose yang berlari ke dalam kamarnya dan kembali membawa sebuah tas. "Jo, rotinya!" ucap Anne sedikit berteriak. Anne tengah mengikat rambutnya sakarang, mencoba mempersiapkan dirinya dengan tenang walaupun kenyataannya dia juga panik. Mendengar ucapan Anne, Jose pun berlari kearah meja makan dan menggapai roti yang Anne maksud lalu menggigit ujung roti itu. Anne berdecak kesal melihat Jose yang terlihat sangat panik melebihi dirinya yang wanita. Anne yang sudah selesai dengan urusan rambutnya, berdiri menatap Jose dan menyadari dasi pria itu tak terpasang benar."Kemarilah!" perintah Anne . Pria itu kembali menyambar satu roti diatas meja itu lalu berjalan ke arah Anne yang tengah berdiri di depan kaca besar di ruang tengah itu. Ia berdiri tegap dihadapan wanita itu, mengerti apa yang ingin Anne lakukan terhadap penampilannya. Jose yang membawa selembar roti lainnya tadi itu mengarahkan roti itu kepada Anne karena ia tahu wanita itu belum menyentuh roti miliknya. "Terim-am ka-" Anne hendak berucap namun dipotong. "iya-iya, telanlah terlebih dahulu." potong Jose segera. Pipi Anne mengembul lucu membuat Jose gemas. Ia tersenyum melihat wanita itu begitu imut dengan wajahnya sekarang. Anne pun telah selesai mengunyah rotinya, dan juga merapikan dasi Jose.  "kau sudah siap?"tanya Jose. Anne memeriksa isi tasnya lalu mengangguk. "ayo, berangkat!" ucapnya. Setelah sekali lagi meyakinkan semua kesiapan mereka, Jose dan Anne pun pergi meninggalkan Apartemen untuk pergi ke perusahaan tempat mereka akan melakukan magang. *** Anne berdecak kagum saat mereka melawati perusahaan tempat dimana Jose akan magang nanti, perusahaan itu sungguh sangat besar dan megah, firma hukum tempat Anne  magang tidak ada apa-apanya dibanding perusahaan swasta raksasa itu. Jose yang luar biasa!  Anne menatap pria itu heran sekaligus kagum. Bagaimana bisa pria itu berhasil menjadi anak magang disana? Mungkin karena Jose siswa yang berprestasi, tampan, dan menawan sehingga perusahaan besar tak ragu untuk menerimanya, bahkan hanya untuk sekedar magang. Berbeda dengan Anne  yang lebih memilih magang lokasi magang yang berasal dari rekomendasi dosennya.Oh, apakah tadi Anne memuji Jose ?  Astaga kenapa ia menjadi memuji Jose dengan panjang?! Anne terus melamun tanpa sadar mereka telah sampai di depan firma hukum tempatnya akan magang. "hei, sudah sampai!" kejut Jose. Tersadar Anne pun segera menoleh dan menyadari mereka telah sampai di kantor tempat magangnya. Jose menatap Anne yang sedang melepas seatbelt-nya. Ia menarik sudut bibirnya. "Mana syaratku?" tagih pria itu. Anne yang tengah menyiapkan berkas-berkasnya berbalik melihat Justin lalu mendengus kesal. "Pria m***m, menyebalkan, mulai besok aku akan naik bus saja!" ucap Anne kesal. Jose terkekeh pelan. " Kalau begitu aku akan membuatmu tidak tidur semalaman." sahut Jose tanpa dosa. "Kau akan ketinggalan bus pagi lalu terlambat, dan terakhir nilai magangmu akan buruk." tambah menakuti-menakuti Anne dengan nada tenangnya yang menyebalkan. Entah mengancam atau apa tapi, ucapan pria itu bisa saja terjadi jika Anne ceroboh, tetapi Anne kan memang ceroboh. Memikirnya membuat Anne berdecak kesal. "Ayolah, tidak ada yang melihat kita disini." desak Jose. Anne menghela nafasnya sebelum mencondongkan tubuhnya mendekati Jose. Ya, syarat agar ia mendapati tumpangan gratis dari Jose adalah sebuah ciuman. Bukankah itu bayaran yang mahal untuk sebuah tumpang, Pria Morèl ini benar-benar!! Anne pun mencium bibir Jose, bukan sebuah kecupan seperti permintaan Jose, Anne memberi pria itu lumatan lembut yang tentunya pria Morèl itu balas dengan senang. Setelah merasa cukup untuk memuaskan nafsu m***m pria dihadapannya itu, Anne melepaskan tautan mereka dan memberi jarak untuk tubuh mereka. Jose terkekeh pelan lalu mengusap puncak kepala Anne dengan lembut. "Kau bisa melakukannya, semangat Anne!" Ucap Jose menyemangati Anne dengan antusias. Anne mengangguk lalu mencubit pipi Jose gemas. "Kau juga, sampai bertemu nanti Mòrel." Balas Anne bersiap keluar dari mobil Jose. Saat wanita itu sudah berada di luar, Jose menurunkan kaca mobilnya. "Kirimi aku pesan!" ingatnya sebelum Anne menjauh. Anne menoleh, tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban. Justin pun menaikan kaca mobilnya dan tidak berselang lama mobil pria itu pun meninggalkan kantor itu, Anne pun masuk ke dalam firma hukum tempatnya akan magang itu. *** "saya ingin bertemu, Miss. Donitha." ucap Anne pada resepsionis disana. Resepsionis itu mengangguk lalu membuat sebuah panggilan. "Apa anda pemagang?"tanyanya kembali. Anne pun mengangguk. "ya."sahutnya "Miss. Donitha ada di lantai tiga, dia akan menunggu disana." ungkap sang resepsionis. "terima kasih."ucap Anne sopan. Setelah mengucapkan kata terima kasih, Anne lalu berjalan menuju Iift yang ada disana.  Setelah memasuki lift itu Anne menekan angka 3 sebagai tujuannya. Tak menunggu lama lift itu pun memberhentikannya di lantai tujuannya. Anne menarik nafasnya lalu meghembuskannya perlahan mencoba untuk menenangkan kegugupannya. Setelah pintu itu terbuka Anne keluar dan segera disuguhkan ruangan perkantoran yang belum terlalu rame. Anne melihat seorang wanita dengan kemeja putih dan rok ketat berdiri dengan kacamata yang melorot. "Miss. Donitha?" sapa Anne. Wanita itu lalu tersenyum. Anne dapat bernafas, ia pikir wanita ini sangat galak ternyata tidak seperti itu. "Donitha Willbert"kenalnya. Anne menjabat tangan wanita itu. "Annethe Smith." kenal Anne kembali.  Donitha pun membawa Anne berjalan seraya memperkenalkan kantor mereka. "Nah, disini mejamu."ungkapnya menunjuk bangku kosong itu.  Anne mengangguk lalu menyimpan barang-barang bawaannya disana.  "Perhatian, perkenalkan dia anak magang baru kita. Annethe Smith."Donitha berbicara lantang menarik seluruh perhatian  orang yang ada di devisi yang sama dengan Anne. Semua orang bertepuk tangan dan menyambut Anne dengan ramah dan antusias, membuat senyum Anne mengembang. hahhh... maafkan Anne yang sudah berpikir hal buruk untuk hari pertamanya.  Setelah berkenalan dan beramah -tamah, Anne pun mulai mempelajari pekerjaannya disana dan mencoba mendekati rekan kerjanya. ***  "Justin Morèl."Kenal Jose dihadapan semua pekerja disana. Seorang pria yang tadinya bersandar dimejanya seraya memperhatikan Jo pun mendekatinya dengan senyumannya. "Vincent Altheo."kenalnya menjabat tangan Jose. Jose tersenyum ramah sambil membalas jabatan tangan pria itu.  "Panggil aku Theo." ungkapnya. "Baik."sahut Jose masih dengan nada sopannya membuat pria bernama Theo itu tersenyum. "Kau bisa santai kepadaku."ucap Theo santai, ia menepuk pundak Jo dan kembali ke mejanya.  Lalu seseorang menepuk pundak Jo, membuat pria Morèl itu menoleh. "John," pria itu segera memperkenalkan dirinya, menjabat tangan Jose dengan cepat dan membawa Jo bergerak. "Justin, ini bangkumu. Dan, aku salah satu pengawasmu, Miss. Jenny adalah istriku." ungkapnya.  Jo mengangguk lalu melihat meja tempatnya akan bekerja. "Terima kasih."Ungkap Jo. John tersenyum lalu pergi meninggalkan Jose, sepertinya Jose akan lelah, melihat bagaimana pria-pria itu berkenalan secara singkat, seolah tak rela membuang waktu begitu banyak hanya untuk berbasa-basi. Wow, kenapa juga ia setuju melakukan magang disini saat itu?! Lupakan! Jose segera merapikan mejanya, dan seperti yang diharapkan, semua pekerjaan tiba-tiba datang dan menjadi banyak.  What a beautiful day! ***     Anne memijit keningnya saat pundaknya bersandar dengan headboard ranjang miliknya. Hari pertamanya benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Sesampainya di apartemen ia hanya mencuci kakinya lalu memilih mengistirahatkan tubuhnya diatas ranjang tak berniat makan atau apapun itu. Tangan gadis itu terulur untuk mengusap puncuk kepala pria yang tengah berbaring dibawahnya, menjadikan pahanya sebagai bantal. Mereka bahkan masih memakai pakaian yang sama dengan pagi tadi.Kemeja mereka yang pagi tadi begitu rapi dan harum berubah menjadi kusut dan bau keringat. Anne memandangi wajah pria Morèl itu terlihat nyaman dengan posisi itu, ia lalu menyentuh wajah Jo. Merasakan sentuhan Anne, pria itu membuka matanya yang secara langsung melihat wajah cantik Anne . "Anne ?" panggil Jose. "ya?" "Kenapa kau memanggilku Jo?" tanya pria itu, karena antara Justin dan Jose itu sangat jauh menurutnya. "Karna itu namamu." jawab Anne. Jose mendengus pelan."I mean, kenapa Jose bukan Justin?" ralatnya. Anne nampak berpikir untuk beberapa saat. "Bukan 'kah lebih baik Jose dibanding Justin?" tanya Anne kembali. Jose mengangguk, semua orang yang Jose kenal memanggilnya dengan nama 'Justin', bahkan kedua orangtuanya. Terkecuali Anne , saat orangtua Jose mengatakan bahwa 'Jose' adalah nama lainnya. Dan seingat Jose, Anne  tak pernah lagi memanggilnya dengan nama 'Justin' melainkan terus memanggilnya Jose atau lebih seringnya Jo. Sejujurnya, ia lebih menyukai Jose dibanding Justin. Entah kenapa.. "Hmm. Kau benar. Jose lebih baik dibanding Justin." sahut Jose jujur. Lalu Morèl itu merengkuh perut Anne, dan menenggelamkan wajahnya disana. "Kau tak mandi?"tanya Anne . Jose menggeleng, lalu ia mendongak melihat wajah Anne. "tidak, untuk bergerak saja aku lelah." Jawab Jose dengan suara rendahnya yang berhasil membuat Anne gemas karena terdengar lucu. Sesaat setelah itu tak ada percakapan diantara mereka, mereka sama-sama tenggelam dengan rasa lelah mereka sendiri-sendiri. Sampai Anne tersadar dari lamunannya ketika merasakan sebuah tangan dingin mengelus perut ratanya, ia lalu menatap tajam sang pelaku. "aku masih mengingat dengan jelas kau mengatakan 'untuk bergerak saja aku lelah' beberapa menit yang lalu."ingat Anne mencibir Jose Jose bangkit dari posisinya berbaringnya menjadi duduk, memposisikan dirinya tepat didepan Anne yang tengah bersandar dengan headboard ranjang. Ia menyeringai tepat didepan wajah Anne , dan seringaian licik pria itu sungguh membuat hati Anne menjadi berdebar tak menentu. "Tidak ada lelah untuk itu." ucap Jose dengan nada yang sangat seksi. Sedetik setelah itu ia melumat bibir ranum Anne  dengan lembut.  Anne tersenyum dibalik ciuman itu, tangannya mengalung indah dileher Jose menerima serangan pria itu dengan senang hati. Mungkin sedikit olahraga malam dapat sedikit mengurangi rasa lelah dan stress hari pertama magang mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN