***
Selepas meninggalkan taman itu Jose segera membawa Anne pergi meninggalkan universitas mereka. Pria itu mengendari mobil dengan kecepatan tak tinggi, dan tak membawa Anne bicara.
Anne tadi diam-diam melirik Jose. Pria itu nampak sangat marah terlihat jelas dari rahangnya yang mengeras dan tatapannya yang sangat setajam pedang. Anne juga menyadari ada luka di wajah pria itu.
Saat mobil mereka telah terparkir di basement apartment, Anne membawa buku-buku itu ditangannya, namun segera Jose rebut tanpa suara.
Anne bahkan tak berani memprotesi pria itu karena terlalu takut.
Sesampainya di dalam apartment, Jose meletakkan buku Anne di sofa lalu langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Anne menghela nafasnya saat melihat itu, ia lalu masuk ke dalam kamarnya. Ia memilih masuk kedalam kamarnya untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya.
***
Setengah jam Anne habiskan untuk mandi sekaligus merenung di dalam kamar mandi, sekarang ia sudah menggunakan gaun tidur tipis yang ia balut dengan jubah tidur yang panjang.
Anne berniat mengobati luka Jose. Berbicara tentang berkelahi dan luka, Jose belum pernah berkelahi maupun terluka sebelumnya. Jadi, ini adalah kali pertamanya Jose berkelahi dan terluka.
Yang membuat perasaan Anne campur aduk adalah alasan pria itu berkelahi adalah dirinya.
Setelah membawa alat P3K, Anne berdiri dengan ragu di depan pintu kamar Jose. Ia menarik nafasnya, lalu menghembuskannya, mencoba untuk mengumpulkan keberaniannya menghadapi Jose.
Merasa cukup Anne pun mengetuk pintu kayu itu, tak ada sahutan.
Anne mengernyit, apa pria itu sudah tidur?
Dengan ragu, Anne membuka pintu kamar Jose.
Setelah masuk ke dalam kamar pria itu, Anne mendapati Jose berbaring terlentang di atas ranjangnya masih dengan pakaian yang sama. Terlihat Pria itu menutup matanya, melihat dari cara ia bernafas Anne yakin pria itu tidak tidur.
Anne duduk di tepi ranjang Jose, tepat disamping pria itu. “Jo, bangun. Kita obati dulu lukamu.” perintah Anne pelan.
Pria itu membuka matanya, tanpa bersuara ia mendudukkan dirinya. Anne pun mengusap salep itu pada luka Jose.
Jose bahkan tidak meringis, padahal luka itu terlihat cukup dalam.
“kenapa menangis?” komentar Jose saat menyadari wanita disampingnya itu terisak, dan mulai merasa bersalah karena membentak wanita itu tadi. Jose beralih menatap Anne serius, “Maaf aku membentakmu tadi. Aku hanya—”
“Aku marah, menyesal sekaligus bersyukur.” potong Anne ditengah isakkannya. Anne mendongak membalas tatapan Jose.
“menyesal karena aku pernah berkencan bahkan menangisinya, dan bersyukur karena aku tak lagi bersamanya.” lanjut Anne .
Jose menautkan alisnya saat Anne tak menyebutkan alasan ia marah.
“Aku marah karena kau terluka dan mengabaikanku.” lanjut Anne .
Jose menarik satu tangan Anne yang menganggur. “Maaf, aku sangat kesal tadi.” Ungkap Jose mengusap lembut tangan Anne . “pria itu tak pantas untukmu Anne .” tambah Jose.
Anne mengangguk lalu beralih memegang pipi pria itu, mengusap pipi itu lembut. “ya, aku tahu.” sahut Anne . Jeffrey memang sering membawa topik seks kedalam percakapan mereka, tentu Anne tidak nyaman dengan percakapan itu, jadi ia mengalihkan topik mereka.
Jose beralih menatap ke arah lain. “Pada dasarnya, pria itu hampir sama.” ucap Jose mengingat ia adalah salah satu pria berengsek yang merusak perempuan.
Anne diam tak merespon ucapan Jose. Ia masih mengusap pipi Jose, pandangannya beralih ke luka Jose. Anne merunduk lalu secara tiba-tiba ia mengecup luka pria itu.
Tentu Jose terkesiap dengan kecupan itu, Jose lantas menatap Anne . Mereka saling bertatapan.
Tangan Jose masih mengusap tangan Anne dengan lembut. Jose kembali terkejut saat merasakan tangan Anne mengusap bibirnya, belum lagi tatapan gadis itu yang menguncinya.
Jose sangat mengerti maksud dari tatapan penuh gairah wanita itu.
Jose beralih menarik tangan Anne yang menyentuh bibirnya. “Ann, kau tahu jika kita melakukannya lebih dari sekali kita mungkin tidak akan bisa berhenti.” ucap Jose memperingati.
S*ks itu seperti narkoba, sekali kau mencoba dan terasa nikmat maka kau kecanduan. Sekali saja sudah membuat Jose menggila, butuh waktu berminggu-minggu untuk dirinya agar bisa melupakan kejadian malam itu.
Anne nengangguki ucapan Jose, ia sangat tahu itu. “kalau begitu jangan berhenti.” jawab Anne tenang.
Jose mengernyit, bahkan otak pintarnya seketika membeku tak mengerti dengan yang Anne ucapkan.
Tangan Anne terulur melepaskan ikatan pada jubah tidur yang melekat pada tubuhnya. Sesaat setelah jubah itu terbuka, ia segera mendongak menatap Jose.
Jose melihat gaun tipis yang ketat di balik jubah itu, susah payah ia menelan salivanya. Sungguh, sekarang Jose tengah memasang benteng terkuatnya agar tak goyah dengan tubuh yang sialnya sangat menggoda itu.
Anne naik keatas ranjang, ia bertumpu dengan kedua lututnya, mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Jose. Anne mengalungkan kedua tangannya dileher Jose. “Katakan dengan jujur, aku seksi atau tidak?” Tanya Anne.
Jose mengernyit. Apa yang Anne tanya, jawabannya sudah jelas ia sangatlah seksi.
“K-kau seksi.” jawab Jose terbata, nafasnya tercekat karena posisi yang Anne ciptakan membuatnya merasa sesak.
Anne tersenyum lalu dengan gerakkan yang cepat ia sudah menempelkan bibirnya diatas bibir Jose. Ia beralih duduk di atas paha Jose, dengan bibir yang masih bergerak diatas bibir Jose.
Anne memang bad kisser. Ia sungguh tak tahu cara mainnya. Ingin Jose tertawa saat merasakan betapa kakunya ciuman wanita itu.
Baiklah, Jose menyerah akan gairahnya, ia sudah berjuang begitu keras, namun ternyata gairah itu sangat lah besar. “aku tidak akan berhenti, kau tahu?” peringat Jose sensual.
Lalu menatap serius wanita yang tengah menyerahkan diri padanya itu. Jujur, Jose akan berhenti jika Anne memintanya.
“Kau yakin?”Tanya Jose kembali.
Anne mengangguk tanpa ragu sebagai jawabannya.
Baiklah, jika itu kemauan Anne
“baiklah.” ucap Jose. Tangannya menurunkan boxernya. “I will do it as gently as possible” bisik Jose menyakinkan Anne .
Dan ya, mereka melakukannya lagi. Masih dengan keadaan sadar tanpa pengaruh alkohol sama sekali. Dalam pergelutan yang panas dan basah, mereka bertarung untuk mencapai kesenangan secara bersamaan.
Selesai mencapai puncaknya, Jose ambruk disamping Anne, masih dalam euphoria menegangkan sekaligus menyenangkan. Nafasnya terengah-engah, ia menatap Anne lalu menarik wanita itu agar lebih dekat dan mengecup kening wanita itu lama, Anne memejamkan matanya saat merasakan kecupan lembut dan hangat dari Jose, kecupan itu menjadi pendorongnya agar cepat mencapai dunia mimpi yang mungkin akan lebih nyenyak malam ini.
“tidurlah.” ucap Jose sesaat setelah melepaskan kecupannya lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Membawa tubuh Anne ke dalam pelukkannya, lalu rasa kantuk pun menghampirinya.
Entah, apa yang Anne pikirkan. Hingga memutuskan untuk membawa Jose masuk ke dalam setuasi yang sulit ini. Yang ada dalam pikiran Anne adalah penuntasan gairah yang selama ini ia pendam, yang selalu meledak-meledak saat ingatan malam itu melintas.
Ya, Jose bukanlah satu-satunya orang yang tak bisa melupakan malam itu.
Siapa yang bisa melupakan malam gila itu?
Dan juga, Anne membenci penghinaan yang Jeffrey berikan kepadanya tadi. Setidaknya ia dapat memastikan bahwa tubuhnya menarik karena Jose.
Untuk saat ini, Anne melupakan semua konsekuensi dari pilihannya. Membiarkan Jose memiliki tubuhnya, untuk perasaan? Anne tidak berpikir sejauh itu. Biarlah semuanya mengalir seperti seharusnya.
***
Saat pagi tiba, Jose dan Anne masih berada di ranjang yang sama dengan tadi malam, karena ini akhir pekan jadi mereka memilih untuk bermalas-malasan. Hari senin nanti mereka akan mulai disibukkan dengan kegiatan magang mereka membuat anak adam dan hawa itu enggan untuk beranjak dari atas ranjang yang empuk itu.
Mereka sudah bangun sejak lima belas menit yang lalu, tetapi terlalu malas untuk bangun atau sekedar membuka mata. Masih dengan posisi Jose masih yang memeluk Anne , sedangkan Anne dengan posisi membelakangi Jose.
Anne orang pertama yang membuka matanya, ia meranggangkan otot-otot tubuhnya sedikit kelelahan akibat kegiatan mereka tadi malam. Ia lalu berbalik menghadap Jose. Ia mengulas senyum lalu terkikik pelan melihat wajah Jose yang terlihat sangat Angelic saat ini. Ia kembali menutup matanya, namun tangannya dengan nakal menyentuh rahang Jose dan mengusap bagian atas mulut pria itu yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Alhasil, Jose jadi terkekeh pelan saat merasakan sentuhan Anne, ia lantas membuka matanya. “apa yang kau lakukan?” tanyanya.
Anne ikut membuka matanya. “Menyentuhnya.” Jawab Anne.
Jose tersenyum, lalu menarik Anne lebih rapat dengannya. “sentuh yang lain saja, bagaimana?”tawarnya jahil.
Anne beralih mencubit bibir pria itu gemas. “Dasar, m***m!” sungutnya.
Mesum, katanya?
Siapa sebenarnya yang m***m disini?
Ingin rasanya Jose mengingatkan wanita itu tentang betapa mesumnya ia tadi malam, ingin menggoda Anne habis-habisan tetapi ia tidak ingin merusak moment pagi indah mereka hanya karena wanita itu kesal.
Jose beralih memainkan anak rambut Anne. Sedangkan Anne itu beralih mengusap bibir Jose. “kenapa kau sangat suka menyentuhnya?” komentar Jose mengingat Anne terus menyentuh bibirnya.
“hanya suka.”jawab Anne.
Mereka berdua pun memilih melanjutkan kegiatan mereka tanpa bersuara. “Anne?” panggil Jose.
Anne mendongak tanpa menjawab. “kenapa kau bertanya seperti itu tadi malam?” tanya Jose.
Anne mengernyit, pertanyaan yang mana yang Jose maksud.
“Kau seksi atau tidak.” Jelas Jose. Jujur, ia merasa sangat aneh saat Anne tiba-tiba bertanya hal seperti itu, ditambah ia terlihat senang saat Jose mengatakan bahwa ia seksi.
Anne mendesah pelan. “Dia bilang aku tak seksi, karena itu ia memutuskanku.” Ungkapnya .
“Jeffrey?”tanya Jose kembali. Anne mengangguk dengan bibir mengerucut. “Dia itu buta dan bodoh. Jangan dengarkan dia.” Ucap Jose dengan nada kesal. “kau tahu, kau sangatlah seksi.” tambahnya menatap Anne serius.
“benarkan! Aku ini seksi!” ucap Anne percaya diri.
Jose mengangguk. “Em, buktinya aku tak tahan melihat tubuhmu.” ujarnya jujur.
Anne mendelik. “Ternyata kau sangat m***m!” ucap Anne .
Jose kembali terkekeh, ia mempererat pelukannya pada tubuh Anne . “kau tak masalah kita seperti ini?"tanya Jose menyinggung hubungan mereka, sebenarnya ia sudah terpikirkan sejak tadi.
Anne mendongak, menatap Jose sebentar lalu beralih menatap d**a bidang pria itu. “selagi, tak ada oranglain yang tahu, aku tak masalah.” jawabnya santai.
Berarti ini aman disaat hanya mereka berdua, begitu?
Jadi, hubungan ini akan terus berlanjut, begitu?
“tapi, jangan lakukan hal berlebihan saat diluar, kau tahu teman Arianna sangat banyak.” peringat Anne .
Jose mengangguk lalu menyibak anak rambut yang menutup kening Anne , di ciumnya kening wanita itu.
"Jo?"kali ini Anne yang memanggil Jose.
Pria itu menjawab dengan gumaman. Tanpa berniat melapaskan ciumannya. “apa di Queens benar-benar ada Spider Man?” tanya Anne seperti anak kecil polos.
Jose melepas ciumannya, menarik tubuh agak menjauh dari Anne menatap wanita itu dengan alis yang menukik lalu membuat raut wajah seolah mengejek pertanyaan aneh yang Anne lontarkan. “pffftt”Jose menahan tawanya agar tak pecah. “Lalu, bagaimana dengan Thor, apa kau bertemu dengannya di Australia. Aku dengar ia berasal dari Australia.” sahut Jose menyinggung aktor dari film Thor yang berasal dari Australia.
Anne mendengus. “Aku serius, Jose!”sungutnya sedikit kesal dengan candaan Jose.
“Aku juga serius, Anne !”sahut Jose tak kalah. Malas menanggapi Jose, Anne pun memilih mengabaikan pria itu yang tengah tertawa. Bukankah aneh, mempertanyakan karakter fiksi di dunia nyata?
“kau sudah berkuliah, jangan membuat pertanyaan konyol seperti untuk orang lain.” peringat Jose sesaat setelah berhenti tertawa.
“Maksudku, apa itu salah satu mitos terkenal di Queens, atau benar-benar buatan manusia?” ketus Anne menjelaskan maksud dari pertanyaannya.
Jose mengherdik.“Mana aku tahu, aku hanya lahir disana.”jawabnya.
“Tapi, paman bilang kau lahir disini.” sahut Anne .
“jangan membahasnya, kepalaku pusing hanya untuk mencari kebenarannya.” balas Jose.
Sebenarnya Jose itu mempunyai fakta yang unik yaitu, terlahir dimana-mana. Maksudnya, Ayahnya mengatakan Jose dilahirkan di Selandia Baru, tapi sang Ibu mengatakan bahwa ia dilahirkan di Texas, dan ibu Anne ikut berargumen kalau Jose sebenarnya lahir di Jerman, lain halnya dengan kartu kelahiran Jose yang tertulis Queens, daripada mendengar perdebatan para orangtua itu Jose pun memutuskan untuk percaya kepada kartu kelahirannya saja, lagipula itu bukan masalah besar, bukan?
Mengingat sejak kecil mereka selalu berpindah-pindah negara, dan adik-adik Jose juga lahir di negara berbeda-beda. Jadi, wajar menurutnya jika orangtuanya itu keliru.
“Ayo, buat sarapan!”Anne mengajak Jose untuk sarapan karena perutnya sudah dihinggapi rasa lapar yang tak tertahankan.
Mereka pun pergi ke dapur untuk memasak makanan, sesekali Jose menjahili Anne dan sedikit meggodanya. Mereka benar-benar seperti sepasang kekasih. Dan, Anne tidak menolak saat sepupunya menyentuh kulitnya tanpa sengaja ataupun sengaja.
Sebuah awal yang baik mungkin...