A new journey

1828 Kata
Jose mengendarai mobilnya keluar dari daerah fakultasnya. Biasanya ia akan pergi-maupun kembali bersama  Anne , tapi satu minggu ini wanita itu memilih untuk menaiki angkutan umum, dibanding ikut bersamanya. Jose memahami alasannya. Jose melirik arloji yang melingkar di tangannya. Ah, sudah jam 9 malam. Ia akan melaksanakan magang, dan melakukan persiapan untuk itu sejak pagi. Ia melajukan cepat mobilnya saat gerbang universitas sudah terlihat. Mata Jose menyipit saat melihat seorang wanita tengah duduk di halte busway, terlihat tengah memijit pangkal kakinya. Jose menebak wanita itu pasti berjalan dari fakultasnya hingga ke halte busway ini, bodoh. Ia tak mungkin mengabaikan wanita itu."Masuklah!" suruhnya setelah menurunkan kaca mobilnya, gadis yang tak lain dan tak bukan  Anne  itu sontak mendongak, berkontak sesaat mata lalu kembali memutuskan kontak mata itu. "Masuklah, Anne !" ucapnya sekali lagi. Wajah Anne terlihat ragu untuk beberapa saat, wanita itu menghela nafasnya, dan berakhir mengangguki tawaran Jose. Jose membuka kunci pintu mobilnya. Mobilnya sedikit bergerak saat seseorang ikut masuk kedalamnya. Ia melirik Anne . "kenakan seatbelt-mu!" Ingat Jose.  Anne  menurut tanpa bersuara. Mobil itu mulai bergerak meninggalkan tempat itu. "ehm, kau sudah mendapat tempat magang, An?" tanya Jose memecahkan keheningan. "Hm." Jawab  Anne  dengan gumaman. "Kau ingin makan?" "Hm." gumanan lagi. Jose pun menghentikan mobilnya disebuah jalan yang lenggang,  Anne lantas menoleh melihat pria itu dan menautkan alisnya bingung, bukan-kah tadi ia menanyakan Anne ingin makan, itu berarti ia ingin membawa Anne makan, kan? Tapi, kenapa ia malah berhenti di jalanan sepi seperti ini. "Anne, kau boleh memukulku atau apapun, karena aku berengsek yang telah merusakmu. Aku pantas mendapatkannya..." Jose menjeda ucapannya ia mengunci mata  Anne  dengan matanya. " maafkan aku Anne .."lirih Jose dan  Anne  yakin pria itu serius terlihat dari sorot matanya yang sendu. "ku mohon, maafkan aku.."ucap Jose. "A-aku tak tahu itu pertama kalimu. "tambah Jose pelan. Mata  Anne  membulat dan beralih menatap Jose tajam, dan tersirat kekecewaan dimata wanita itu. "J-jadi, selama ini kau berpikir bahwa aku tidak perawan?" Tanya Anne menatap Jose berkaca-kaca, ia teramat kecewa. Pria itu seolah berkata bahwa ia menganggap Anne sebagai w************n selama ini. "Kau hidup bersama lebih dari tiga tahun, dan selama ini kau beranggapan aku w************n?!" Ia meneteskan air matanya saat mengucapkan itu. Rasa bersalah baru mulai jatuh menimpa Jose. Ia segera menahan tangan Anne saat sadar wanita itu melepas seatbeltnya dan akan keluar dari mobil. Jose menarik tubuh Anne, hingga wajah wanita itu bertabrakan dengan dadanya dengan keras. "Tidak, bukan itu maksudku!" Bantah Jose. Tetapi, sejujurnya Jose memang berpikir kalau Anne pasti pernah melakukan s*ks dengan pacar-pacar sebelumnya setidaknya sekali. Mengingat mereka besar di negara bebas dan sangat'lah mungkin untuk mengenalnya lebih awal, dan sekarang Jose sangat menyesal telah berpikir seperti itu.  Anne  benar, selama mereka tinggal bersama  Anne  memang beberapa kali berganti pasangan, tetapi ia tak pernah membawa pria ke rumah, menginap, maupun pulang lewat dari jam 9 malam. "Lepaskan!" Anne  meronta mencoba melepaskan pelukan Jose yang menyesakan. "Maaf!" lirih Jose mempererat pelukannya kepada Anne. Membuat Anne menyerah setelah beberapa kali berupaya melepaskan pelukan Jose, bahkan pukulan yang keras ia layangkan tetapi hal itu tak membuat pria itu melepaskan pelukannya, pria itu malah mengeratkan pelukkannya. Alhasil, Anne menangis di d**a pria itu. Setelah tangisnya mereda dan emosinya mulai menurun Anne mendongak menatap Jose. Jose merenggangkan pelukannya, tangannya terulur menyapu air mata Anne . "Maafkan aku."ucapnya pria itu sekali lagi. Anne  masih menatap Jose. "kau tahu, kau sangat jahat, Jo!" ungkap Anne . Mata elang milik Jose menatap Anne sayu. "Aku tahu." Balas Jose. Anne mengalihlan pandangannya, Jose menghela nafasnya saat melihat itu. Kedua tangan Jose beralih memegang pundak Anne. "Anne." panggil Jose dengan suara rendahnya. Mendengar itu,  Anne  kembali melihat kearah pria itu. "ku mohon jangan seperti ini."lirih Jose. Anne diam menunggu semua kalimat pria itu. "jangan abaikan aku, ku mohon." hati Anne  terenyuh mendengar nada putus asa pria itu. Anne mematung sesaat, dan sedikit terkejut karena tangan Jose mengelus pipinya yang basah dengan lembut. "Maafkan aku karena aku lancang menyentuhmu, melukai harga diri serta perasaan mu. Jika kau ingin memukulku kau boleh melakukannya." Buk! "akh-"Jose meringis tertahan saat Anne memberikan tamparan yang begitu keras di dadanya. Tidak sakit, itu terlalu mendadak jadi ia terkejut. "Tolong jangan menyuruhku untuk melupakan malam itu karena aku tak bisa."tambah Jose menatap Anne  serius. Degupan jantung Anne tiba-tiba terpompa dua kali lebih cepat. Tatapan mata Jose menjadi tambahan untuk momen itu. "Maafkan aku."Ungkap Jose sekali lagi melihat keterdiaman Anne . Setelah itu Jose melepaskan sentuhannya dari tubuh Anne , lalu beralih menenggelamkan wajahnya pada setir, ia mengcengkram erat anak-anak rambutnya frustasi, frustasi dengan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Melihat itu Jose meremat rambutnya dengan keras membuat Anne menahan tangan pria itu. "Jose."panggil Anne . Jose menoleh. "menyesalinya tak akan mengubah apapun yang sudah terjadi." ucap Anne . Sejujurnya, Anne lebih marah ketika Jose berbicara tentang kegadisannya, ia merasa Jose mengatainya ia gadis murahan. Walaupun, Anne tinggal di Negara bebas, ia tidak pernah melakukan hal itu karena kehidupannya telah ia habiskan untuk mengejar akademiknya.  "apa kau memaafkanku?"tanya Jose penuh harap.  Anne  mengangguk pelan. Melihat itu Jose menarik tubuh Anne kedalam pelukannya, pelukan yang sangat erat. "terima kasih, Anne." ucap Jose. Lagipula, mau sampai kapan mereka bersikap seperti orang lain? Dan juga, Anne  adalah orang yang sering membutuhkan dan merepotkan Jose, mana mungkin ia bisa bermusuhan begitu lama dengan pria itu.  Anne  diam tak membalas ucapan Jose maupun pelukan pria itu.  Anne  merasakan pelukkan erat itu merenggang, dan pelukan itu terlepas. Mereka saling bertatapan. "aku tidak akan melakukannya." ucap Jose. Anne mengangguk lalu membenarkan posisi duduknya. Ya, tidak akan... Hanya Tuhan yang tahu apakah ucapan Jose yang seperti janji itu benar atau tidak.   *** Seperti ucapan Jose, malam itu tidak ada yang terjadi, mereka kembali ke apartment. Tidur di kamar mereka masing-masing. Anne pun belajar untuk bersikap seperti biasanya. Walaupun mereka masih canggung, tapi hubungan mereka tak seburuk sebelumnya. Mereka makan bersama, dan pergi ke universitas bersama lagi, walaupun dalam keadaan hening, tetapi mereka melemparkan senyuman satu-samalain saat tak sengaja bertatap mata. Saat ini, Anne  tengah berada di ini berada di universitas. Dari pagi hingga sore Anne disibukkan dengan semua persyaratan untuk magangnya, ia bahkan lupa untuk mengisi perutnya, seingatnya ia hanya makan roti buatan Jose pagi tadi. Dan sekarang ia tengah berada dalam kelas malam.Anne  memijit pelipisnya saat pusing menderanya, di liriknya jam. Sepuluh menit lagi, maka kelas malamnya akan berakhir. Ia pun memilih untuk menahannya. Setelah sepuluh menit berlalu kelas mereka pun berakhir, Anne segera menyiapkan barang-barangnya bersiap untung pulang. Anne sedikit kesulitan saat aman membawa buku-buku tebal bahan pelajaran untuk magangnya itu. Anne melangkah hendak keluar dari dalam kelas. Langkahnya terhenti saat seorang pria tengah bersandar di kusen pintu seraya memandanganya. "pucat sekali.." komentar pria itu. "Jose. Sedang apa kau disini?" Anne bertanya. Jose menegapkan tubuhnya, lalu menunjuk punggung seorang pria yang Anne yakini seorang dosen. "Mentorku." jelas Jose. Anne mengangguk mengerti. Ah, jadi mentor pria itu dosen dari fakultasnya. Pria itu melangkah menghampiri Anne, tangannya terulur menyentuh kening Anne. "Kau melewatkan makanmu, ya?" tebak Jose setelah memeriksa suhu tubuh wanita itu.  Anne  mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk. "kebiasaan sekali, duduk 'lah di bangku taman itu. Aku akan membeli makanan." suruh Jose menunjuk taman di fakultas Anne yang sepi. Tentu saja Anne langsung menuruti. Mengingat setiap kalit ia melewatkan makan, dan berakhir jatuh sakit, Jose yang akan mengalami kesulitan karena merawatnya. Kalau Anne  pikir-pikir Jose sangatlah baik terhadapnya. Ia jadi tersenyum karena engingatnya. Sesampainya di sebuah bangku yang berbentuk bulat dan melingkari sebuah pohon besar itu, Anne segera meletakkan buku-bukunya dan ikut mendudukkan dirinya. Anne pun bersandar dengan sandaran bangku itu, mencoba melepas penatnya seharian ini. "sayang, aku ingin menciummu!" Anne tersentak saat mendengar suara seorang wanita masuk ke indera pendengarannya. Ia melihat kearah sumber suara itu.Ternyata itu sepasang kekasih, mereka baru datang dan duduk dibelakang Anne. Anne mungkin tak terlihat karena terhalang pohon besar itu. Anne mencibir pelan saat mendengar suara kecipak dari dua insan yang pastinya tengah berciuman itu terdengar jelas di telinganya. Ia berharap Jose segera datang agar ia tak menjadi obat nyamuk disana.  Anne bisa bernafas lega saat suara ciuman itu berakhir, dan berganti dengan suara kikikkan. "sayang?" "hmm?"  Anne sebenarnya tidak menguping, tapi mau bagaimana lagi suara mereka terdengar begitu jelas karena jarak tempat mereka duduk yang tidak jauh. "kenapa kau memutuskan Anne, dan lebih memilihku?" Tunggu! Anne membulatkan matanya saat mendengar nama yang sama dengan namanya itu terseret dalam percakapan dua sejoli itu. Jangan-jangan mereka?! Anne menunggu pria itu menjawab pertanyaan sang wanita, ia ingin mengkonfirmasi pria itu melalui suaranya. Sekaligus Anne ingin tahu juga apa alasan pria itu meninggalkan wanita bernama Anne itu. "Kenapa bertanya? Tentu saja, karena kau lebih seksi." Jawab pria itu.  Sial, Anne mengumpat. Itu benar suara Jeffrey mantan kekasih sialannya! Ah, jadi Anne tidak seksi?! Anne mengerti sekarang ada benarnya juga ucapan bereensek itu, Anne kurus dan tidak berisi, berbeda dengan kekasih barunya itu! "Jangan berbohong! Katakan yang sebenarnya!" wanita itu mendesak jawaban lain. "Em, baiklah," Eh-Tunggu, jadi ada alasan lain? "Hubungan kami hambar, dan tak menyenangkan sama sekali. Dia tak ingin melakukan s*ks, padahal aku yakin ia sering melakukannya , tetapi selalu menolak saat aku mengajak, munafik!" Anne terbalalak mendengar ucapan pria itu, jadi itu alasannya lainnya?! Anne menggeram tertahan, ia segara bangkit dari tempat duduknya. Ia akan menghadiahi tamparan untuk Jeffrey lalu mengucapkan kata terima kasih karena telah menyelingkuhinya dengan wanita yang 'sangat' pantas untuk pria itu. Mereka sangat serasi!! BUGH Langkah Anne  terhenti saat seorang pria sudah lebih dahulu menarik kerah baju Jeffrey lalu menampar pipi pria itu hingga tersungkur diatas tanah. "Justin!!" Pekik wanita yang tidak lain adalah Yerry, mantan kekasih Jose. Jose terlihat sangat marah, bahkan makanan yang ia bawa untuk Anne sudah terjatuh ke atas rumput taman itu hingga hancur tak berbentuk. Jeffrey yang juga tersulut emosi membalas Jose dengan melayangkan satu tamparan di pipi pria itu. Jose tidak memperlihatkan rasa sakitnya sedikitpun, ia kembali melayangkan pukulannya kepada Jeffrey dan itu berbunyi begitu keras. Sepertinya Jeffrey tak tahu bahwa Jose mempelajari banyak ilmu bela diri saat remaja. Anne segera melangkah mendekati saat melihat Jose yang memberi tamparan bertubi-tubi untuk Jeffrey, pria itu membalasnya tak kalah keras. Tetapi, Anne tahu siapa yang paling kuat diantara mereka. "Jose, hentikan!" Anne melerai mereka, dan menahan tubuh besar Jose mati-matian. Jose mendorong tubuh Jeffrey hingga kembali tersungkur. "F*ck you!" umpat Jose, ia lantas berbalik menatap Anne tajam. Anne dibuat terkejut dan takut dengan tatapan Jose yang tak pernah ia lihat sebelumnya. "kau menghabiskan waktumu untuk menangisi pria sialan seperti ini?!" ucap Jose setengah membentak. Anne mematung mendengar bentakan Jose. "Nikmati tubuh j*langmu itu, s*alan!" ucap Jose menatap remeh Jeffrey. Setelah mengucapkan itu Jose lantas menarik tangan Anne dengan kasar membawa wanita itu pergi dari sana. Matanya melirik tajam Yerry. "B*tch!" umpat Jose lalu membawa pergi Anne pergi dari sana dengan langkah yang besar.  Meninggalkan kedua pasangan yang memandang kepergian mereka dengan emosi yang tak kalah meledak-ledak, Jeffrey bahkan meneriaki nama Jose dengan menyematkan umpatan didalamnya, tidak peduli beberapa mata yang menatap mereka dengan bingung.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN