bc

Gairah Liar Mantan Suami

book_age18+
193
IKUTI
2.6K
BACA
revenge
love-triangle
family
HE
second chance
friends to lovers
arrogant
badboy
boss
drama
tragedy
sweet
bxg
city
affair
like
intro-logo
Uraian

kehidupan gemerlap Adam dan Jesika, tersimpan retakan dalam pernikahan mereka. Adam, seorang CEO sukses, mendambakan seorang anak untuk melengkapi hidupnya. Namun, Jesika, sang model terkenal, menganggap kehadiran anak hanya akan menghancurkan karir dan kesempurnaan tubuhnya.Saat perselisihan di antara mereka memuncak, Adam melarikan diri ke dunia malam, tempat ia bertemu Mira—mantan istri yang pernah menghancurkan hatinya. Dengan dendam yang belum padam, Adam memanfaatkan Mira untuk mendapatkan sesuatu yang Jesika tolak: seorang anak.Namun, rencana Adam tidak berjalan mulus. Saat skandal terungkap, kehidupan yang tampak sempurna hancur dalam sekejap. Antara cinta, dendam, dan tanggung jawab, mampukah Adam menemukan penebusan?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Pertemuan Awal
“Ahhhh ….” Seorang wanita tampak sudah tak berdaya dalam permainan pria yang merupakan mantan suaminya. Pria yang menawarkan sebuah kesepakatan untuk mengandung benihnya itu terus menghujani tubuhnya dengan berbagai sentuhan yang membuat lenguhannya sulit ditahan. Wanita bernama Mira itu coba menahan diri. Tak ingin terbuai dalam permainan panas Adam. Ya, mantan suami itu adalah seorang CEO. Pertemuan mereka di sebuah bar menjadi titik balik bagi Adam untuk membalas masa lalu pernikahan mereka yang menyakitkan. “Ini adalah balasan dariku atas rasa sakit yang kau berikan dulu!” Adam terus memancing hasrat Mira. Hanya mengulur waktu seolah enggan beralih ke permainan inti hingga Mira menggeliat hebat akibat sentuhan demi sentuhan yang ia berikan di bagian sensitifnya. "Mas, tolong berhenti!" seru Mira, coba menahan tubuh Adam agar menjauh dari bagian sensitifnya. "Berhenti melawan, Mira!" kata Adam dengan nada rendah, tetapi penuh penekanan. "Kau tahu semua ini nggak ada gunanya!” Mira pun pasrah. Membiarkan pria itu bermain dengan tubuhnya. Dalam diam, Mira menyesal. Seharusnya, ia tidak menerima tawaran dari mantan suaminya. Kisah yang hanya akan mengingatkannya atas rasa sakit yang sama sekali tak diketahui Adam. *** Beberapa hari sebelumnya. Tepat di sebuah bar yang menjadi awal pertemuan Mira dan Adam. Saat itu, Adam yang baru saja tiba di sebuah club malam, langsung memesan sebotol wiski demi bisa meluapkan rasa penat akibat berdebat dengan Jesika–istrinya. "Anak itu hanya akan menghancurkan segalanya, Mas. Karirku, hidupku, bahkan bentuk tubuhku." Sambil menyesap segelas wiski, pria bernama Adam itu terus saja mengingat jawaban Jesika saat mereka bertengkar hingga membuatnya pergi ke sebuah club malam. Penolakan sang istri atas permintaannya sudah pasti sangat menyakitkan. Bagaimana tidak kecewa, Adam sebenarnya hanya menginginkan seorang anak. Namun, Jesika selalu menolak dengan berbagai alasan yang menurutnya sangat tidak masuk akal, apalagi usia pernikahan mereka sudah berjalan selama dua tahun. Adam menarik napas panjang, coba menghalau rasa sesaknya. "Adam Hutama?" Sebuah suara lembut penuh keterkejutan itu terdengar. Adam pun langsung menoleh. Ia mulai melihat seorang wanita yang tidak pernah ia sangka akan ditemuinya di tempat itu. Ya, Mira–mantan istrinya, wanita yang meninggalkannya begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Saat ini, Mira mengenakan seragam pelayan dengan celemek hitam yang membungkus tubuhnya yang masih terlihat anggun. Wajahnya yang dulu penuh percaya diri kini tampak letih, tetapi matanya tetap memiliki sorot yang sama seperti dulu. "Mira?" Suara Adam terdengar hampir tak percaya. Mira tersenyum tipis. Ragu mendekat. Harusnya tadi ia diam saja tak menyebut nama pria itu. Namun sudah terlambat, Mira terpaksa harus menghampiri karena itu sudah bagian dari tugasnya sebagai seorang pelayan. Sambil melangkah lebih dekat, ia coba mengendalikan rasa gugupnya. Meski dalam mimpi sekalipun, Mira sama sekali tak menyangka bisa bertemu dengan Adam. Terlebih tempat di mana mereka bertemu, benar-benar membuatnya merasa rendah di mata pria itu. “Dua tahun berpisah dariku, ternyata kamu hanya bekerja sebagai pelayan?” tanya Adam dengan senyum sinis. Memindai penampilan Mira dari ujung kepala hingga kaki. Perasaan campur aduk seketika menguasainya—marah, benci, dan rindu. Namun, yang paling kuat adalah rasa dendam yang tiba-tiba menyala dalam hatinya. Benar seperti dugaannya, Adam seolah menghina. Statusnya sebagai pelayan sama sekali tak bisa ia banggakan sedikit pun. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Mira dengan tatapan canggung. Adam tersenyum miring. Entah kenapa, ide itu seketika muncul dalam pikirannya. Meski terkesan buru-buru, padahal mereka baru bertemu lagi, Adam tak ingin kehilangan kesempatan emas itu. Menurutnya, belum tentu Mira bisa ia temukan lagi di club itu setelah ini. "Temani aku minum, ada yang ingin kubicarakan!” Seketika rasa takut membuatnya ragu. Ia tahu bahwa permintaan Adam bukan sekadar basa-basi, tetapi ia tak punya pilihan. Pekerjaannya di club malam itu sudah cukup sulit dan ia tidak ingin ada masalah lagi. "Aku akan ke sana setelah pekerjaanku selesai," jawab Mira singkat, sebelum kembali melayani pelanggan lain. Mira berbalik, melangkah pergi, dan bekerja seperti biasa. Adam pun sejak tadi terus memperhatikan. Tak sekalipun pria itu melepaskan pandangannya dari Mira. Mengingatkan pada pertemuan pertama mereka yang membuat Adam langsung jatuh cinta. Walaupun Mira hanya seorang pelayan di sebuah toko kue kecil di pusat kota, Adam tetap menikahinya meski tanpa restu orang tua. "Kau sangat bekerja keras, Mira," kata Adam membuka pembicaraan. Ketika Mira masuk ke ruang VIP. Mira menunduk, tidak ingin menunjukkan ekspresi lelahnya. "Aku nggak punya pilihan." Adam menatapnya tajam. "Kau selalu bilang begitu, bukan? Nggak punya pilihan. Bahkan saat kau menghancurkan pernikahan kita, kau juga bilang karena nggak punya pilihan." Mira mendongak, terkejut dengan ucapannya. "Mas, aku nggak ingin membahas masa–” "Tapi aku mau!" potong Adam. "Aku mau tahu, apa yang sebenarnya terjadi? Atau kau masih akan menggunakan alasan klise itu?" Mira terdiam. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tetapi kata-kata seperti tertahan di ujung lidah tak bisa terucap. Ia tahu bahwa kebenaran tidak akan mengubah apa pun di antara mereka sekarang. Melihat Mira yang bungkam, Adam tersenyum dingin. "Kau tahu, Mira, aku bisa membuat hidupmu lebih mudah. Aku bisa memberikanmu semua yang kau butuhkan." Mira masih diam tak menjawab. Adam pu mendekat, menatap lebih lekat dari sebelumnya. "Tapi tentunya dengan syarat … aku ingin kau menjadi wanita yang akan mengandung benihku." Mira begitu terkejut dengan apa yang dikatakan Adam, tetapi ia tahu bahwa menolak permintaan Adam mungkin hanya akan memperburuk keadaannya. Ia sadar bahwa Adam bukan lagi pria yang dulu ia kenal—Adam yang sekarang penuh dengan dendam dan amarah karena ketidaktahuannya akan masalah sebenarnya dalam pernikahan mereka. “Bagaimana, Mira? Apa kau setuju?” tanyanya sambil memutar gelas wine di tangannya. “Nggak, aku nggak mau terima tawaranmu, Mas.” Adam tersenyum dingin. Ia menarik tangan Mira, kini wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. “Apa kau yakin?” tanyanya singkat. “Bukankah dulu kamu mengkhianatiku karena uang!?” Ucapan Adam seketika membuat Mira teringat pada kejadian tiga tahun lalu. Kejadian di mana pernikahan mereka hancur berantakan ketika Adam yang baru saja pulang dari rumah sakit memergoki Mira berselingkuh dengan pria lain di rumah mereka. Adegan itu nyatanya masih melekat jelas di benak Adam, adalah pukulan telak yang membuat Adam merasa dikhianati dan kehilangan kepercayaan pada cinta. Satu tahun setelah perceraiannya dengan Mira, Adam berusaha mengubur luka lamanya dengan membangun kehidupan baru bersama Jesika. Namun, hubungan mereka juga mulai retak karena perbedaan pandangan tentang masalah anak. Di tengah ketegangan itu, takdir kembali mempertemukannya dengan Mira. “Cukup, Mas! Aku nggak mau dengar apa pun darimu.” Mira akhir menjawab, lalu berdiri dari posisi duduknya. Mira segera melangkah meninggalkan ruang VIP. Namun, dengan cepat tangan Adam segera meraih tangan Mira dan menarik ke arahnya. Kini tubuh mereka saling berdekatan tanpa jarak. Adam memeluk pinggang Mira dan semakin menariknya masuk ke dalam pelukannya. Adam menatap Mira dengan tajam. “Kamu masih sama seperti dulu, Mira. Terlalu naif untuk mengakui kenyataan jika kamu membutuhkan uang.” Mira menatap wajah Adam dengan tajam. “Cukup, Mas! Harusnya kamu sadar, semua yang terjadi di antara kita sudah berakhir. Dan, sekarang kamu sudah punya kehidupan sendiri. Jadi, nggak seharusnya kamu memaksaku dengan tawaran gilamu itu!” “Semua nggak akan pernah berakhir jika kau nggak mengkhianatiku dengan pria itu, Mira!” bentaknya, Adam langsung menggenggam erat tangan Mira. “Cukup, Mas! Kamu nggak tahu, sebena–” Adam segera menarik Mira dalam pelukannya. “Sebenarnya apa? Memangnya apa yang aku nggak tahu, Mira? Aku tahu semuanya, kamu mengkhianatiku karena pria itu jauh lebih kaya dan bisa memenuhi semua kebutuhanmu, ‘kan!?” "Nggak perlu tahu! Lepasin aku, Mas!” bentak Mira yang tiba-tiba mendorongnya tubuh Adam agar menjauh darinya. Mira menatap Adam dengan tajam. Nafasnya terlihat memburu dengan cepat menahan emosi. "Sampai kapan pun aku nggak akan menerima tawaranmu itu,” katanya dengan suara hampir berbisik. Mira segera berjalan meninggalkan ruang VIP. Sementara Adam, hanya bisa berdiri sambil menatap punggung Mira yang semakin menjauh darinya. “Kita lihat saja nanti, Mira! Apa kamu masih bisa menolak tawaranku?”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
19.2K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.4K
bc

Beautiful Pain

read
13.5K
bc

Oh, My Boss

read
386.7K
bc

Revenge

read
35.2K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
33.4K
bc

Hati Yang Tersakiti

read
6.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook