bc

Tentang Setelahnya

book_age12+
0
IKUTI
1K
BACA
sweet
like
intro-logo
Uraian

Meira Putri Adiwiguna cewek cantik, mungil dan pintar. Tapi tak menutup kemungkinan jika dia tidak memiliki kekurangan, sikap nya yang super manja di campur dengan suara ketawa nya membuat telinga orang sekitar rusak ketika mendengar nya.

.

Muhammad Dirga Diva Setiawan seorang laki-laki yang bisa dibilang tipe idaman kaum hawa. Rambut yang sedikit panjang menimbulkan kesan seperti K-Pop pada umumnya, kulit putih dengan rahang yang kekar membuat siapapun melihat akan memuji nya.

.

Bagaimana kisah mereka berdua selanjutnya? Apakah mereka terus bersama atau mungkin sebaliknya? Tetap stay dengan ceritanya 🔥🔥

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 (perkenlan tokoh)
"Ayolah jangan berlebihan, perpisahan ini hanya bersifat sementara dan tujuannya pun demi kebahagiaan mu dan keluarga mu" -Meira Putri Adiwiguna- ••• Namaku Meira Putri Adiwiguna, anak kedua dari tiga bersaudara. Dari pasangan ayah Satria Adiwiguna dan bunda Disa Kusuma Adiwiguna. Bukan hanya aku dan bundaku saja yang memiliki ujung nama "Adiwiguna", tetapi kakak dan adikku pun memiliki ujung nama yang sama. Kata ayahku agar menjadi ciri khas dari keluarga kami saja. Hari ini adalah perpisahan antara aku dan keluargaku, pasalnya aku harus menetap di asrama selama kuliah ini. Berat rasanya jika harus berpisah dengan keluarga ku karena sebelumnya aku belum pernah berpisah sejauh ini dengan mereka. Tapi harus bagaimana lagi, sudah saatnya aku mandiri dan tidak terus bergantung pada keluarga. "Kamu jaga diri baik-baik ya nak, gak usah manja lagi dan harus mandiri. Karena udah gak ada lagi yang bakal kamu suruh-suruh nantinya di sana. Udah gede harus bisa ngurus diri sendiri dong.." ocehan yang terdengar dari balik telpon dengan menampilkan wajah sosok pria terhebat ku. "Ashiaap ayahku tersayang, insyaallah meira bisa kok jaga diri baik-baik. Asalkan ayah sama bunda selalu doain Meira disini" jawab ku dengan sok tegar yang sebenarnya sedang menahan bongkahan kristal Dimata agar tidak keluar. "Iya itu selalu kok nak, kamu yang rajin ya kuliah nya. Jangan nonton yutub mulu, apalagi nonton gledek atau halilintar itu. Ayah gak suka, karena kalo kamu udah nonton itu pasti udah lupa segala nya" tutur ayah. "Saaih halilintar ayahh.. bukan gledek" sahutku dengan terkekeh. "Au ah gak ngerti ayah, udah gih sana masuk. Hati-hati ya anak ayah yang cantik, ayah mau lanjut kerja dulu" "Oke ayah, terimakasih atas dukungan nya hehe. Love you semangat kerja nya" "Love You too sayang, assalamualaikum" "Waalikumsalam" ucapku sambil memutuskan sambungan video call. Sebenarnya aku sedih ketika yang lainya diantar oleh keluarga besarnya saat detik-detik perpisahan, sedangkan aku hanya bisa melalui video call. Tapi gak masalah, masih ada bunda dan kakak yang saat ini sedang bersamaku. "Udah kangen-kangenan nya?" Tanya bunda ketika menerima ponsel yang ku berikan. "Emmm udah Bun" "Udah gak usah mewek gitu ah, nanti cantiknya hilang. Kan masih ada bunda sama kakak yang antar Meira" "Bun, nanti siapa yang bakal siapin sarapan Meira disini, terus siapa yang bangunin Meira pagi-pagi, kalo Meira telat gimana. Terus kalo Meira sakit siapa yang ngurus nantinya.. bunda ikut tinggal disini aja ya, nemenin Meira. Meira gak mau sendirian disini, nanti gak ada yang mau temenan sama Meira" rengek-ku kepada bunda "Mulai lagi kan manja nya, adek tuh harus mandiri. Kamu tahu kan kenapa bunda kuliahin kamu disini, Biar kamu bisa mandiri dan gak manja lagi, kalo adek terus-terusan sama bunda kapan bisa ngurus diri sendiri" cetus kakak "Tapi kan Meira takut sendirian disini kak" "Kamu gak sendiri kok nak, coba liat di belakang kamu. Banyak kok yang bakal sama posisi nya seperti kamu, untuk saat ini kamu memang belum mengenal mereka. Tapi selangkah kamu masuk gerbang sana, kamu bakal mengenal mereka bahkan bisa jadi keluarga baru kamu. Jadi kamu gak usah takut ya, percaya deh sama bunda" ujar bunda yang mulai menenangkan aku. Aku pun langsung menangis di pelukan bunda, tak sedikit yang memandang diriku saat ini. Dengan berbagai macam tatapan, membuatku sedikit takut. "Ya udah gak usah sedih-sedih, sana masuk. Sebentar lagi mau pembagian kamar tuh, jam kunjungan orang tua juga sudah mau abis. Bunda sama kakak juga mau pamit pulang” lanjut bunda yang melepaskan pelukannya. Aku pun menghapus air mata yang tadi mengalir, "adik mana, Meira mau peluk" ucapku yang sedari tadi tak melihat si centil. "Tuh sembunyi dalam mobil, katanya gak mau lihat mbak meira" jawab kakak. Aku pun menaikan satu alis, "kenapa?" "Takut nangis dia bilang" ucap kakak sambil terkekeh. "Dasar si centil yang cengeng" cetusku lalu menyusul adik ku yang sedari tadi didalam mobil. "Hey, kamu kenapa sembunyi dalam mobil? Gak mau peluk sama mbak ya" ucapku sesampainya di mobil. Dia tak menjawab hanya menggelengkan kepalanya, Keira yang di kenal ceriah mendadak jadi murung. Cup, akupun mengecup kening nya Keira sebagai tanda perpisahan kami. "Mbak kuliah dulu ya, nanti kalau libur mbak pasti pulang. Keira jangan nakal ya harus nurut sama bunda dan ayah" ucapku sambil memeluknya. "Iya mbak juga harus nurut sama guru, biar jadi murid yang teladan” jawabnya. Aku pun tersenyum memandang si centil ku, dari ia lahir sampai sekarang kami selalu bersama. Ini kali pertama kami berpisah yang pastinya ia akan sangat merasa sedih. Karena tidak akan ada lagi mbak Meira yang membacakan dongeng setiap sebelum tidur, tidak akan ada lagi mbak Meira yang membawa kan makanan setiap pulang sekolah. Hal itu yang akan selalu dirindukan nantinya. "Udah si centil mbak gak boleh sedih, nih mbak ada coklat buat Keira supaya gak sedih-sedih lagi" ucapku sembari mengeluarkan coklat dari dalam tas. "High five" kami pun melakukan ritual perpisahan. Aku dan Keira pun keluar dari mobil menuju tempat dimana bunda dan kakak duduk. "Yaudah kalo gitu Meira masuk dulu ya Bun, kak dan centil nya mbak" tutur ku sambil menyalami mereka. Tampak dua orang perempuan yang menghampiri kami, "mahasiswa baru ya, sini biar kakak yang bantu angkat barang nya" ucap mereka sesampainya. "gak usah kak, terimakasih. saya bisa angkat sendiri kok" jawabku. "Gak apa-apa dek, ini sudah jadi kewajiban kami" mereka pun mengangkat satu persatu barang yang ku bawa. "Oh iya dek, bunda titip Meira ya" ucap bunda kepada mereka. "Iya buk itu sudah pasti dan ibu gak perlu khawatir" jawab salah satu dari mereka. "Yaudah kalau gitu bunda, kakak sama adik pamit pulang dulu ya.. kamu jaga diri baik-baik, kalo udah bisa pegang handphone langsung kabari bunda sama ayah" tutur bunda yang memeluk ku lalu perlahan meninggalkan ku sendiri Disini. Seiring dengan kepergian mereka bendungan air mata ini sudah tak tertahan lagi, kakak tingkat yang sedang bersama ku hanya bisa menatap pilu. Aku pun melambaikan tangan kepada mereka yang telah berjalan jauh meninggalkan ku. "Sudah gak usah sedih, kan sekarang bakal banyak teman disini. Sekarang kita masuk karena sebentar lagi acara pembukaan nya akan di mulai" ucap salah satu kakak tingkat itu. Aku pun mengangguk dan mengikuti mereka dari belakang. ••• "Perpisahan.. mungkin sebagian orang membenci akan hal itu, tapi kali ini beda. Perpisahan demi sebuah impian yang pada akhirnya akan menciptakan kebahagiaan untuk orang yang sangat kita cintai."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
54.7K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook