Sekretaris
BAB 1
“Arabella Frislly Baskara.” Panggil pak Rendi selaku Asisten pribadi Bos di PT. Prakarsa Pradipta.
Bos yang terkenal dingin dan cuek sangat pemilih dalam memilih karyawannya. Semua persyaratan dari bosnya sudah bisa di pahami oleh Rendi, dan yang terpilih dan masuk dalam persyaratannya adalah Ara.
“Iya pak.” Jawab Ara sopan
“Silahkan masuk.” Imbuh Rendi lagi.
Ara mengangguk paham dan berjalan di belakang punggung asisten pribadi bosnya, kemudian ia duduk di tempat yang sudah di tunjukkan oleh Pak Rendi.
Drtt..Drt…Drt…
“Hallo Pak, Ini calon sekretaris yang baru sudah ada di ruangan bapak.” Ucap Rendi sambil memegang benda pipih di samping telinga kanannya.
Ara yang berdiri di samping Rendi bisa menebak jika itu panggilan dari Bosnya.
“….”
“Arabella Frislly Baskara Pak.”
“…”
“Baik pak saya mengerti.” Jawab Rendi sopan lalu memasukkan kembali ponselnya dalam saku kanan miliknya.
Ara yang masih menatap Rendi dengan tatapan penuh tanya pun mengerti, akhirnya Rendi pun menjelaskannya.
“Baik Nona Arabella karena Bos sedang ada meeting mendadak maka saya hanya akan menyampaikan bahwasannya anda telah di terima di kantor kami sebagai sekretaris bos. dan mulai besok pagi bos ingin bertemu dengan Nona sekaligus besok adalah hari pertama anda bekerja disini!” kata Rendi dengan suara bersahabat dan sopan.
“Apa saya beneran di terima kerja disini Pak?” tanya Ara memastikan, dirinya masih belum percaya apa yang di katakan laki-laki itu padanya.
“Iya benar Nona, maka dari itu silahkan anda beristirahat agar besok saat pertama kali bekerja bisa lebih semangat lagi.” Jelas Rendi dengan sopan di iringi senyum yang terpancar indah di wajah tampannya.
“Baik pak saya mengerti, Terima kasih. Saya permisi pulang dulu.” Ucap Ara sambil membukukkan badan di depan Rendi seolah-olah ia sedang menunjukkan sikap sopan dan ramah.
Dapat Rendi rasakan jika perempuan di depannya ini sungguh dalam kondisi suasana hati yang senang karena bisa di terima bekerja di perusahaan yang banyak di mimpikan orang termasuk dirinya dulu. dan Rendi pun hanya membalas dengan senyuman hangat.
Keesokkan harinya Ara mulai bekerja, bahkan sudah pagi sekali ia bersiap dengan semangat yang tinggi untuk bekerja setelah sekian lama ia hanya berdiam diri di rumah menjadi seorang penulis novel online di sebuah aplikasi. Setelah semua novel yang di buat selesai akhirnya ia membuka lembaran baru dengan mencari kerja lain di sebuah perusahaan dengan dukungan dari keluarga besar dan kedua teman laki lakinya.
Jika bertanya dimana teman perempuan Ara pasti ia akan menjawab jika semua temannya sedang sibuk mengurus rumah tangga mereka, kini hanya tinggal dirinya dan liya yang masih belum menikah, lebih tepatnya ia belum menemukan idaman hatinya yang cocok di jadikan gelar suaminya.
Umur nya yang masih 23 tahun setelah kelulusan kuliahnya tahun lalu membuatnya masih belum ingin memikirkan untuk menikah karena ia masih ingin berkarir lebih dulu.
Setibanya di kantor, Ara sudah berada di depan ruangan bos yang baru di jelaskan oleh pak Rendi padanya, ia melihat meja kerja yang cantik dan rapi di depan pintu ruangan bos dapat di pastikan jika itu adalah ruangan kerja sekretaris yang sebentar lagi akan menjadi ruang kerjanya.
Ara masih berdiri di depan ruangan bos barunya dengan pikirannya sudah melambung kemana-mana. Ia pun teringat akan perkataan dari pak Rendi jika sekretaris yang dulu mengundurkan diri karena tidak diperbolehkan bekerja oleh suaminya.
‘Andai saja aku bisa seperti sekretaris bos yang kemarin, aku pasti juga akan senang sekali, berdiam di rumah melayani suami dan mendapatkan gaji banyak tanpa harus bekerja seperti ini. Ah sudahlah, lagipula ini baru permulaan Ara kamu harus bisa bekerja dengan baik agar bisa mendapatkan uang banyak hehehe’ kata Ara terkekeh dalam hatinya
Pikiran Ara pun melayang tentang bagaimana bosnya nanti, akankah bos tersebut sangat galak? Kejam? Atau justru tampan dan baik? Memangnya masih ada bos yang tampan dan baik bahkan tidak akan suka mengomel ke bawahannya? ah sudahlah. Daripada dirinya melamun lebih lama lagi di depan pintu bos barunya dan berpikir hal yang belum tentu itu benar, lebih baik ia langsung menemui bosnya saja daripada penasaran dan berkabut dengan pikirannya sendiri.
Ara sedikit merasa takut untuk mengetuk pintu bosnya tersebut, dalam hatinya ia memiliki perasaan yang tidak bisa dijelaskan. jika di bilang senang tentu saja dia senang karena di terima bekerja di perusahaan yang bahkan banyak di impikan oleh semua orang namun berbeda rasa Ketika ia sudah sampai di depan pintu, terasa kakinya sangat sulit untuk melangkah maju dan belum siap bertemu dengan bos nya. namun pada akhirnya ia pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Tok tok tok
“Masuk.” Terdengar suara bariton dari dalam ruangan tersebut yang sangat dingin dan tegas. Perlahan Ara memberanikan diri membuka pintu ruangan yang baru di ketuk olehnya.
Mendengar suara tersebut membuat nyali Ara semakin menciut karena melihat bosnya sudah duduk di kursi kebesarannya duduk dengan tegas. Ia sedang membuka lembar dokumen menghadap cendela yang mengarah ke luar ruangan, sehingga laki-laki yang memegang dokumen tidak dapat melihat dirinya yang sudah berada di belakangnya dan berjalan menghampirinya.
‘Kenapa aku pernah melihat punggung itu? Kenapa terasa familiar? Semoga saja bukan itu orangnya, orang yang sangat ku benci dan aku tidak ingin ada pertemuan lagi dengannya.'
Dalam hati Ara ia mengucapkan beribu doa agar kesan pertama ia menemui bosnya akan baik-baik saja dan semoga saja dia bukan laki-laki yang sama yang dimana sekarang sudah sangat dibencinya.
Bagaimana tidak, ia merasa punggung bosnya sangat familiar dalam pandangannya tapi dirinya tetap berharap semoga bukan dia.
“Apa kamu sekretaris baru saya?” tanya Laki-laki itu dengan pandangan matanya masih fokus membuka dokumen yang ada di tangannya.
“Ii-Iya pak.” Jawab Ara terbata-bata namun tetap terlihat santai.
Seketika laki-laki tersebut berbalik ke arahnya, kini detak jantungnya kian semakin berdesir dengan cepat. Ara dengan cepat menundukkan kepalanya kala melihat bosnya berbalik ke arahnya, ia bahkan tidak berani membalas menatap kembali bosnya, ia memilih untuk menundukkan kepala. meski ia terkesan percaya diri namun untuk bertemu dengan orang baru pasti ia sedikit masih gugup.
“Araa?” gumam laki-laki tersebut ketika melihat sekretaris barunya menunduk.
Hatinya terasa goyah, ia merasa detak jantungnya tidak normal bahkan dirinya tidak menyadari jika ia tersenyum smirk melihat wanita cantik itu kembali bisa di lihatnya lagi. Ada rindu yang menggebu namun tak bisa di labuhkan itulah yang laki-laki itu rasakan saat ini.