Dia?

1132 Kata
BAB 2 “Perkenalkan nama kamu sekarang!!” ujar laki-laki tersebut dengan nada suara yang sudah di naikkan satu oktaf dari sebelumnya. ‘Apa iya aku punya bos yang galaknya minta ampun ini? Oh ibu doakan anakmu agar bisa melewati rintangan kali ini.’ Gerutu Ara dalam hatinya. Ia sangat merasa kesal dengan calon bos barunya yang sepertinya akan seenaknya saja nantinya. Dengan satu tarikan nafas panjang Ara memberanikan diri menatap bosnya. Alih-alih bos melihatnya kembali namun siapa sangka jika kini bosnya malah membalikkan badan memunggunginya. hingga akhirnya Ara tidak bisa melihat wajah bos barunya yang terlihat galak itu. “Perkenalkan nama saya Arabella Frislly Baskara, biasa di panggil Ara. Disini saya akan menjadi sekretaris baru bapak, kalau saya ada tugas silahkan panggil saya saja karena meja saya ada di depan ruangan bapak.” Tutur Ara sedikit lebih tenang. “Kenapa kamu ingin menjadi sekretaris saya?” tanya bos lagi dengan suara yang merendah. Dapat Ara rasakan jika pertanyaan yang keluar dari bosnya itu adalah pertanyaan terberat. ‘Pertanyaan macam apa ini? Di semua interview yang ku pelajari tidak ada pertanyaan seperti ini. Memang ada bos yang tiba-tiba beri pertanyaan ini? Tapi kan aku sudah belajar dari Chandra tentang kesan pertama yang harus di lakukan agar kesannya nanti tidak buruk?! Ini aja kali ya yang aneh.’ Gerutu Ara yang masih diam dan berkutik pada pikirannya sendiri. Ia meremat ujung baju bagian bawah miliknya untuk menahan emosi yang sudah di pancing oleh bos barunya ini. “Apa kamu tidak bisa menjawab atau tidak punya mulut?” tanya bos lagi seolah sedang menunggu jawaban dari sekretaris barunya. Ara terkejut, kedua matanya membola melihat sikap bos yang membuat dirinya merasa tercengang. Pikirannya pun sudah pergi kemana mana, ia pun merasa bingung harus menjawab apa. “Oh, maaf pak. Saya hanya bingung saja.” “Kenapa?” “Kenapa pertanyaan bapak begitu aneh? 'kan saya disini di tugaskan sama Pak Rendi untuk menjadi sekretaris pengganti bapak.” Jelasnya sedikit merasa takut, karena mungkin saja bos barunya ini akan bertambah marah padanya. “Memang saya salah bertanya?” tanyanya lagi dingin. ‘Nih orang nggak punya sopan santun kali ya, kalau bicara saling tatap mata ke mata ini malah seenaknya aja. udah tanda-tanda bos galak’ umpat Ara dalam hati, Entah sudah berapa kali ia mengumpat kepada bosnya itu karena menurut Ara sendiri bos barunya sangat menyebalkan. Padahal ia berharap sesampainya disana ia akan langsung mendapat tugas dari atasannya. “Nggak salah, Pak.” Jawab Ara sopan sambil meredakan emosinya yang sudah tersebar luas dalam tubuhnya. “kalau begitu silahkan di jawab, kenapa kamu ingin menjadi sekretaris saya? Apakah kamu sudah mengenal saya?” tanyanya lagi sembari berdiri membelakangi Ara. Mendengar ucapan Bosnya, Ara tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana bisa orang ini berfikir aku akan mengenalnya? Apa dia artis? “Kalau itu saya minta maaf pak, karena selama ini kurang update tentang sosial media dan berita-berita karena saya di sibukkan oleh karya tulis saya jadi tidak mengenal bapak.” Jawabnya secara jelas karena itulah kenyataannya. ‘Seandainya kamu tau saya apakah kamu akan tetap bekerja disini?’ gumam bos dalam hatinya Setelah mendengar jawaban dari Ara, laki-laki itu berbalik dan menatap lekat sekretaris barunya. "Alfaro?" gumam Ara pelan Ara terpaku menatap pria yang berdiri di depannya yang sebentar lagi akan menjadi bos barunya. Sungguh hal ini sangat tidak di harapkan oleh dirinya. Ara membalas tatapan dengan terkejut, dalam hatinya ia ingin sekali marah namun ia sadar jika ini sedang berada di kantor. Oleh karena itu dirinya harus menjaga sikap agar tetap tenang meski rasanya ingin sekali mengumpat kasar secara langsung di hadapan Alfaro selaku bosnya. Alfaro mengerti arti dari mata wanita di depannya, tatapan Ara yang memerah terlihat jelas dari mata indahnya. Sepertinya ia ingin menumpahkan sebuah tetesan air yang akan membasahi kedua pipinya. Alfaro pun tau jika perempuan di depannya sedang menahan emosi. Tapi ia terkejut melihat perubahan yang ada dalam perempuan itu, bukan hanya cara berpenampilan saja yang berubah namun sifatnya yang bisa menahan kemarahannya juga. sepertinya hanya nama saja yang tidak berubah. ‘Kenapa kamu masih saja sama?’ batin Alfaro menatap sendu Ara yang berada di depannya. ‘Alfaro Pradipta’ gumam Ara pelan ketika melihat laki-laki itu berbalik menatapnya Entah perasaan apa yang sedang ia rasakan. Yang pasti seseorang yang ada di depannya itu sudah masuk daftar hitam dalam hidupnya dan sekarang laki-laki itu sudah masuk ke dalam daftar hitam hidupnya, yang artinya Ara sangat membenci laki-laki itu. Saat ini Ara bahkan masih merasa jika ini hanyalah sebuah mimpi. Tapi ia merasa tertampar keras karena pada akhirnya ia sadar jika itu bukanlah mimpi yang di inginkannya. Hari ini sungguh bukanlah hari keberuntungan untuknya, melainkan hari yang cukup menyakitkan, di ralat tapi sangat menyakitkan. Dalam hati ia ingin sekali marah dan memaki-maki orang yang ada di hadapannya itu. Tapi itu tidak bisa di lakukan karena dirinya tau jika sekarang masih berada di kantor. ‘Ara kamu tidak pernah mengenal laki-laki di depanmu, dia adalah kebencian yang paling dalam di hatimu, berusahalah professional Ara kamu pasti bisa.’ Kata Ara dalam hati untuk meredakan emosi dalam dirinya. Dengan satu tarikan napas panjang, Ara berusaha tersenyum melihat Alfaro yang tidak lain akan menjadi bosnya nanti. Meskipun ia tau itu adalah senyum palsu namun ia masih bisa mengendalikan diri jika ini sedang dalam ruang lingkup kantor otomatis dia juga menghempas jauh-jauh masalah pribadinya dengan bosnya itu. Apa kalian tau siapa dia? Siapa bos yang di maksudnya itu? Mengapa aku bisa membenci bahkan sangat benci? Dia? Tidak lain adalah Mantanku, Alfaro Pradipta. ‘Apa dia sudah memaafkan ku?’ pikir Alfaro saat melihat seulas senyum dari Ara. Suasana ruangan kerja di antara bos bersama sekretaris barunya terasa canggung dan tegang , hingga pada akhirnya ada suara ketukan pintu membuat mereka berdua melihat pintu secara bersamaan. “Masuk.” Kata Alfaro dengan suara beratnya. Alfaro dan Ara melihat kedatangan Rendi. Kedatangan Rendi memecahkan suasana canggung antara mereka. namun Alfaro juga senang karena kedatangan asistennya suasana kembali normal meski masih ada sedikit kecanggungan antara ia dengan sekretaris barunya. “Maaf pak mengganggu, ini ada berkas yang harus bapak tanda tangani.” Jelas Rendi sopan sambil memberikan sebuah dokumen kepada Alfaro. Alfaro menatap asisten pribadinya dengan lekat, seolah menunggu penjelasan lagi. Rendi yang memahami tatapan bosnya pun melanjutkan, “Ini adalah berkas kontrak kerja dari Nona Arabella yang akan menjadi sekretaris bapak selama dua tahun.” Tambah Rendi lagi. Mendengar apa yang di katakan Rendi, Ara tiba-tiba memiliki ide. Ia pun memberanikan diri untuk menyela pembicaraan Bos dan Asisten pribadinya. “Maaf pak saya memotong pembicaraan. Saya mau menyampaikan sesuatu, karena sepertinya saya berubah pikiran maka saya memutuskan tidak jadi bekerja disini. Berhubung kontraknya belum di tanda tangani oleh bapak jadi saya masih bisa kan untuk keluar?” kata Ara sambil menahan emosinya meski ia sedikit takut namun dirinya juga tidak ingin bekerja bersama dengan orang yang dibencinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN