Kontrak Kerja

1039 Kata
BAB 3 Mendengar apa yang baru saja Ara ucapkan, Alfaro dan Rendi saling pandang satu sama lain. Namun Alfaro kembali acuh dan memilih membuka kembali dokumen kontrak kerjanya. “Tapi kenapa Nona Ara? kok tiba-tiba?” Tanya Rendi menatap Ara heran, berbeda dengan Alfaro yang sudah mengerti jalan pikiran Ara. Tanpa menunggu penjelasan dari Ara lagi Alfaro dengan sigap langsung menandatangani Surat kontrak tersebut tanpa diketahui oleh Rendi dan juga Ara. “emm—Saya…” belum selesai Ara menjelaskan kini suara bariton sudah memotong ucapannya. “Sudah saya tanda tangani. Ini suratnya Ren kamu sudah bisa keluar.” Ujar Alfaro tegas dan dingin sambil memberikan berkas tersebut kepada Rendi. ‘Nih orang ngajak ribut apa ya? kan aku udah bilang nggak jadi kerja tapi malah tetap saja di tanda tangani!!’ gerutu Ara dalam hati sambil menatap tajam sorot mata Alfaro. Meski begitu bos Al hanya menatap datar tanpa menunjukkan apa yang sedang ia rasa. “Pak, saya kan sudah bilang mau mengundurkan diri jadi sekretaris bapak. Kenapa bapak malah menanda tanganinya?” protes Ara kesal dan menatap mata Alfaro dengan tajam. “Kamu bilang jika kontrak ini belum saya tanda tangani maka kamu akan keluar, tapi saya sudah menanda tangani nya sekarang. Apa kamu masih ingin keluar dari tanggung jawab kamu?” jelas bos Alfaro dingin menatap Ara seolah-olah sedang ingin mengajak duel maut dengan sekretarisnya “Kenapa bapak malah menanda tanganinya kalau sudah tau saya mau mengundurkan diri? Kan bisa bapak lebih menghemat bolpoin bapak agar tidak mengisi tanda tangan di berkas kontrak itu dan membuat berkas itu bersih tanpa noda dari tangan bapak? Jadi saya juga akan dengan mudah langsung keluar dari kantor bapak!” kata Ara dengan satu tarikan nafas dengan suara yang berusaha di lembutkan meski sebenarnya dirinya ingin memaki bosnya itu. Ara menatap mata Alfaro dengan tajam, ia sudah sangat geram melihat wajah mantan pacarnya dulu yang akan menjadi bosnya sekarang. Sudah sedari tadi Ara menahan emosi akibat ulah Alfaro, ingin rasanya Ara memaki laki-laki di depannya dan memukul menggunakan tangan cantiknya dengan sekuat tenaganya. “Memang kenapa anda ingin mengundurkan diri nona Ara? Bukan kah tadi anda sudah sangat senang dengan pekerjaan baru ini, anda juga bilang akan menjadi sekretaris yang terbaik tapi kenapa belum ada satu jam anda sudah berubah pikiran?” Sahut Rendi dengan seribu pertanyaan yang di lontarkan untuknya. Meski pertanyaan itu di ucapkan oleh Rendi yang penuh penuntutan sambil menatap lekat bola mata Ara. Bagaimana pun juga jika sampai Ara mengundurkan diri pasti dirinya juga yang akan kena marah dari Alfaro dan belum tentu Alfaro akan menerima sekretaris lainnya selain Ara. Memang benar yang di katakan oleh Rendi, jika Ara sudah sangat bahagia menerima pekerjaan yang sudah ia impikan sejak masih duduk di bangku SMA. Namun impian itu seketika sirna karena melihat bosnya adalah mantan pacar yang di bencinya walaupun nanti Ara bisa bersikap professional namun dirinya malas jika harus bertemu dan berurusan dengan bosnya setiap hari. “Maaf pak Ren, menurut saya kalau kita bekerja juga harus mencari tempat nyaman dengan orang yang nyaman pula. Saya nyaman bekerja dengan Pak Rendi dan kantor ini tapi saya tidak untuk Bosnya. Karena saya disini tiba-tiba merasa tidak nyaman maka dari itu saya berubah pikiran dan ingin mengundurkan diri saja.” Jelas Ara tanpa merasa bersalah sama sekali, sedangkan Rendi menatapnya penuh tidak percaya jika seorang pekerja baru bisa berbicara begitu tidak sopan dengan atasannya. Seharusnya jika Rendi yang menjadi bos pasti Ara akan di pecat detik itu juga. Rendi melotot menatap Ara sebagai bentuk kode agar tidak berbicara sembarangan didepan bosnya namun tetap saja yang di tatap tidak meresponnya. Alfaro yang mendengar ucapan Ara hanya menunjukkan sikap datar tanpa ekspresi. Rendi yang melihat Alfaro di rendahkan di hadapannya sendiri masih bisa bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa, Rendi merasa ini bukanlah sifat asli bosnya. Bagaimana pun juga dirinya sudah bersama dengan bos Alfaro selama kurang lebih lima tahun lamanya jadi, ia mengerti jika Bosnya tidak suka di remehkan orang lain apalagi seperti Ara yang baru saja dijadikan karyawan barunya. “Sudah cukup, kalian bisa keluar.” Sahut Alfaro dengan tegas. “Tunggu, untuk kamu Nona Arabella hari ini kamu harus membuka file lama untuk di pelajari nanti saya akan perintahkan orang untuk mengantarkannya di meja kerja barumu.” Tambah Alfaro lagi Ara menarik nafas berat mendengar penuturan Alfaro untuknya, sungguh ia merasa hari-hari kedepan nanti pasti tidak akan berjalan dengan menyenangkan. “emm..Baik pak.” Jawab Ara sopan meski sebenarnya ia tidak ingin menjawab perkataan Alfaro padanya walau bagaimanapun juga Alfaro adalah bosnya sudah semestinya ia harus mempertahankan sikap professionalnya. “Baik pak kalau begitu kami permisi dulu.” Ujar Rendi pada Alfaro dan dijawab anggukkan olehnya. Rendi keluar bersama dengan Ara yang berjalan dibelakangnya, Alfaro hanya bisa menatap kepergian Ara dengan berat hati. ‘Apa kamu sangat membenciku Raly? maafkan aku.’ Ucap Alfaro dalam hatinya menatap punggung Ara yang mulai menghilang dari pandangannya. ~*~*~ Setelah Ara dan Rendi keluar dari ruang kebesaran Alfaro tiba-tiba ada seorang karyawan yang mengantarkan berkas di meja kerja Ara. Rendi yang melihat hanya tersenyum miring, ada rasa iba melihat Ara yang baru pertama kali bekerja sedang di siksa pelan oleh bosnya. namun dirinya tidak bisa membantu apapun, seandainya dirinya membantu maka konsekuensi yang di terima dari Alfaro adalah memotong gajinya dan kemungkinan terburuknya adalah mendapat surat pemecatan. Ara menatap bingung ke arah Rendi, soalah ingin menerima penjelasan dari asisten pribadi bosnya itu. Namun siapa sangka Rendi malah pergi meninggalkannya begitu saja. Ara menelan ludah dengan berat, ia memandang berkas-berkas yang sudah menggunung di depannya. Ia pun mendudukan diri di kursi, wajahnya menganga ketika dirinya duduk tidak dapat melihat pemandangan lain selain berkas-berkas itu. “Kenapa banyak sekali?” keluh Ara sambil mengusap kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. “Hehe, sabar yaaa!! Ini berkas yang harus kamu pelajari untuk satu hari ini. Kalau belum selesai pasti hari ini kamu akan lembur nona.” Sahut karyawan laki-laki yang melihat Ara mengeluh sambil memegang kepalanya. “Lembur? Aku bahkan belum ada satu hari bekerja disini tapi sudah di suruh lembur aja! Mana bisa aku satu hari menyelesaikan ini semua.” Keluh Ara sekaligus kesal karena melihat Alfaro yang berusaha menyiksa dirinya secara tidak langsung, hanya itu yang sedang Ara pikirkan tentang bos yang di bencinya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN