Dengan napas tersengal-sengal. Matanya dan mata Kanaya saling mengunci satu sama lain. “Aku mohon...jangan pernah sekalipun berpikiran untuk menyerah sayang. Aku tidak akan pernah mengijinkanmu pergi.” Tukasnya dengan tatapan memohon dan penuh pengharapan. Matanya yang juga basah oleh air matanya. “Jangan menyerah!! Aku mohon....” lirih Reynand sendu. Lagi, matanya menatap Kanaya dengan sorot mata sedih dan terluka. Reynand memeluk tubuh mungil Kanaya dengan erat. Menumpukan wajahnya di ceruk leher dan bahu Kanaya. Tangisnya pecah saat itu juga. Ia tampak rapuh. Merasa tak pernah bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan. Semuanya harus sesuai dengan keinginan orang tuanya. Hidupnya penuh aturan dan larangan dari mereka. Membuat Reynand muak dan....lelah. Ia lelah harus hidup seperti

