Hatinya berdenyut nyeri kala mendengar kata demi kata yang diucapkan oleh orang tua Reynand. Seburuk itukah aku sebagai seorang anak pasti asuhan? Gumam Kanaya dalam hatinya dengan tetes demi tetes air mata yang sejak tadi berusaha ia tahan. Segera dihapusnya dengan kasar. Berharap agar Reynand tak melihatnya menangis. Kanaya memilih diam saat Reynand membuka pintu mobilnya. Dan segera berlari kecil ke arah kemudi. Setelah Kanaya masuk ke dalam. Selama dalam perjalanan. Hanya keheningan yang tercipta. Keduanya memilih untuk bungkam dan sibuk dengan berbagai pikirannya masing-masing. Reynand yang fokus pada jalanan di depannya. Sedangkan Kanaya memikirkan kembali apa yang di ucapkan oleh orang tua Reynand. Salahkah dia yang tumbuh besar disana? Salahkah dia yang tak tahu siap

