Pembalasan Dendam

2279 Kata
Part 13 Tiga bulan yang lalu sebelum Alex mencari sekretaris baru…             “Sena” Sena menoleh, melihat seorang laki laki berjalan ke arahnya dengan berlari kecil.             “Stevan?”             “Kau sibuk?”             “Tidak, aku baru selesai bekerja, ada apa” Sena melihat Stevan dengan pakaian rapid an masih tercium aroma wewangian yang begitu segar, Stevan teman masa kecil Sena, dia sama seperti dirinya besar dip anti asuhan yang sama, hanya saja Stevan lebih dulu di adopsi dan beruntung ternyata rumah mereka tidak jauh dari rumah Sena. Stevan cukup beruntung di adopsi oleh keluarga berkecukupan dan begitu menyayanginya. Sebenarnya dulu Sena juga hampir diadopsi hanya saja keluarga itu tidak mau membawa serta Demian yang membuat Sena menolak, tidak mungkin bagi dirinya untuk berpisah dengan adiknya itu.             “Bisa kita bicara sebentar?” ucap Stevan Sena mengangguk, melihat sekeliling dan menemukan sebuah kedai kopi yang dekat dengan mereka saat ini.             “Ayo berbicara disana” Kini mereka duduk saling berhadapan, kopi hitam pekat milik Stevan dan cappuccino kesukaan Sena.             “Ada apa, katakanlah” Sena tau ada yang begitu penting untuk Stevan katakana, jika saja itu tidak penting mungkin Sena akan memilih untuk pulang dan beristirahat. Sekarang saja Sena masih menggunakan pakaian kerjanya, bekerja disebuah mini market paruh waktu cukup membuatnya bertahan hidup dengan Demian sampai saat ini.             “Aku menemukannya” Dua kata itu langsung membuat Sena terdiam, menatap Stevan dengan lekat. Wajah Sena langsung mengeras menahan amarah dan rasa sedih bersamaan.             “Dimana dia, katakana Stev”             “Tenangkan dulu dirimu” Stevan tau jika Sena menunggu saat ini tiba, tapi dia tidak mau Sena berbuat hal yang diluar kendali dan malah merusak semua rencananya.             “Aku tau Stev, aku akan berusaha tenang dan tetap dalam rencanaku, jadi katakan dimana keluarga b******n itu”             “Dominic Corporation”             “Dominic Corporation?”             “Laki laki itu adalah Thomas Dominic, teman Toni. Aku tidak tau lengkapnya apa yang terjadi dengan mereka, yang aku tau laki laki bernama Thomas itu kini sukses dan mendirikan sebuah perusahaan besar” Sena berusaha mengingat sesuatu, perusahaan itu terasa tidak asing ditelinganya.             “Lalu?”             “Bento, nama yang kau cari adalah tangan kanan Thomas jadi dia bekerja dibawah suruhan Thomas. Sisanya aku masih berusaha mencari tau”             “Tidak perlu Stev, itu sudah sangat membantu biarkan sisanya aku yang urus” Stevan yang bekerja sebagai polisi di pusat kota sangat membantu Sena mencari siapa orang yang membunuh orang tuanya. Stevan tau jika Sena dan Demian tidak memiliki orang tua bukan karena dibuang seperti dirinya tapi karena orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil, saat itu Stevan masih sebatas tau orang tua Sena meninggal, lslu sehari sebelum dia diadopsi dan meninggalkan panti asuhan Sena sempat mengatakan sesuatu pada Stevan.             “Selamat Stev aku merasa senang kau bisa memiliki keluarga, pergilah dan sukses lah, jadilah polisi, detektiv atau inteligen karena setelah itu aku akan meminta bantuanmu untuk mencari tau pembunuh orang tuaku” Itu adalah kalimat yang dikatakan Sena, Stevan memang tidak sempat bertanya lebih lanjut. Karena hal itulah membuat Stevan bertekat menjadi polisi seperti yang diinginkan Sena. Hingga akhirnya beberapa tahun berpisah Stevan bisa bertemu dengan Sena lagi, pertemuan yang tidak disengaja itu. Saat itu Sena berangkat kuliah dan terlibat kecelakaan kecil dengan pengendara mobil yang tidak tau diri kemudian Stevan datang membantu, saat itulah mereka bertemu lagi dan tidak menyangka jika rumah mereka berdekatan. Setelah itu Stevan menagih penjelasan Sena, namun Sena masih menunggu Stevan sampai siap. Saat itu Stevan memang masih polisi dengan pangkat yang rendah, jadi Sena berfikir Stevan belum bisa membantunya. Tahun demi tahun akhirnya Stevan sudah cukup mampu membantu Sena, lalu Sena menceritakan semuanya. Meminta Stevan untuk mencari sang tuan dan laki laki bernama Bento. Tidak perlu waktu yang lama Stevan mendapatkan sedikit informasi mengenai orang yang dicari oleh Sena. Sena sempat menceritakan rencananya setelah menemukan dua orang itu, Stevan hanya bisa membantu mengenai informasi dimana orang tersebut, Sena juga tidak mau Stevan terlalu terlibat yang malah akan menghancurkan karirnya.             “Sena?” Sena tersadar dari lamunannya, tersenyum manis lalu berdiri.             “Baiklah tuan Stevan terimakasih atau infonya, aku pergi dulu” Sena pergi meninggalkan Stevan yang kemudian Stevan mengejar Sena.             “Hey, apa yang akan kau lakukan selanjutnya. Untuk bisa masuk kedalam perusahaan Dominic bukan hal yang mudah Sena”             “Aku tau, tapi pasti ada jalannya” Malamnya Sena tidak bisa tidur, dia terus mencari cara agar bisa masuk kedalam perusahaan Dominic dan membunuh laki laki bernama Thomas itu.             “Kak kau tidak tidur?” Sena melihat Demian yang datang dan duduk disebelahnya, Demian memang belum tau tentang masalah orang tuanya, saat ditanya Sena selalu menyuruh Demian untuk menunggu waktu yang tepat, dia mau hanya dirinya yang menyelesaikan ini.             “Kau disini Dem, kenapa tidak tidur”             “Kau masih menyalakan lampu, ada apa?”             “Hmm tak ada” Sena diam lalu melihat Demian dan bertanya “Kau tau Dominic Corporation?”             “Dominic Corporation, siapa yang tidak tau perusahaan besar itu, perusahaan itu adalah donator tetap di sekolahku”             “Benarkah, kau pernah bertemu dengan Direkturnya?”             “Hmm entahlah, aku tidak yakin itu dia, ada apa?”             “Tak ada, mungkin bagus bisa bekerja diperusahaan sebesar itu”             “Bukankah sulit untuk bisa bekerja disana”             “Pasti. Ayo tidur Dem” Esoknya Sena menuju perusahaan Dominic, melihat sebesar apa perusahaan yang dibangun laki laki yang membunuh orang tuanya itu. Sena cukup terkagum dengan gedung yang menjulang tinggi itu, ingin rasanya Sena masuk dan bertemu dengan Presdir mereka dan langsung menusukkan pisau dijantungnya, tapi lagi lagi Sena tidak bodoh. Masuk kedalam saja pasti ditanya belum lagi tidak mungkin bisa masuk dengan membawa benda tajam. Hari itu berjam jam Sena habiskan untuk duduk disebuah cafetari didepan perusahaan Dominic, melihat gedung megah bertingkat puluhan itu dengan orang orang rapi keluar masuk dengan tenang.             “Iya tak apa, aku akan berusaha untuk memberitahukannya secepatnya, Hey jangan bodoh aku tidak akan melakukan hal berdosa seperti itu, tenang saja ini masih seminggu jadi belum terlihat, aku akan memikirkan sisanya, oke dah” Sena melihat seorang gadis yang makan seorang diri, makanannya bahkan masih bersisa banyak tapi dia terlihat sibuk menelpone seseorang. Gadis itu menghela nafas berat lalu pergi. Sena melihat sisa makannya yang masih banyak, berfikir apakah jaman sekarang orang orang sangat tidak menghargai makanan, padahal dirinya saja bisa makan dengan cukup sudah sangat bersyukur. Dilihatnya gadis itu berjalan lalu menyebrang jalan dan masuk kedalam gedung Dominic.             “Ah dia bekerja disana, pantas saja” pikir Sena. Sena pulang, sudah cukup menurut dirinya untuk tau tempat laki laki itu, sisanya akan dia pikirkan lagi. Lowong kerja Sekretaris baru dibuka…             “Sena” Stevan berteriak didepan rumah Sena, laki laki itu terlihat tidak sabar.             “Hai kak Stev, ada apa?”             “Demian, dimana kakakmu?”             “Dia sedang mandi dan bersiap bekerja, masuklah” Beberapa menit kemudian Sena menemui Stevan yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya.             “Stev”             “Kau akan bekerja Sena?”             “Yap, ada apa?” Stevan melirik Demian yang berdiri tidak jauh dari Sena.             “Dem pergilah sekolah, kau ujian hari ini” Sena tau ada jika Stevan akan memberikan info mengenai keluarga Dominic. Demian pergi setelah dia cemberut Sena tidak memberitahukannya, tapi benar jika dia ujian dan tidak mungkin untuk datang terlambat.             “Lihatlah” Stevan memberikan handphone miliknya dan Sena melihatnya, membaca apa yang tertera disana.             “Cobalah, mungkin ini jalan satu satunya walaupun terlalu sulit untuk bisa diterima”             “Sekretaris baru?”             “Presdir mereka sedang mencari sekretaris baru, aku tidak tau apa yang terjadi dengan sekretaris yang lama” Sena berfikir tidak perlu untuk sampai diterima, dengan bertemu Thomas saja sudah bisa membuat dirinya balas dendam, mungkin saat interview Sena bisa bertemu dengan Thomas dan saat itu juga dia akan membunuhnya.             “Aku akan coba” Sena bersiap untuk melamar pekerjaan itu, lamaran pekerjaannya sudah dia kirimkan kemarin dan lusa dia akan interview. Tidak boleh hamil? Sena sempat tertawa melihat syarat tidak masuk akal itu, tapi tak apa lagipula Sena tidak berminat untuk bekerja disana. Hari interview tiba, Sena berusaha untuk berpenampilan senatural mungkin, tidak mungkin bagi Sena membawa pisau dan benda tajam lainnya jadi dia hanya membawa penggaris yang dia tajamkan ujungnya, ini saja sudah cukup untuk merobek leher seseorang. Sena masuk dengan rasa dendam dan amarah yang sebentar lagi akan tersalurkan, menunggu beberapa jam lagi untuk interview membuat dirinya cukup gugup. Sena sedikit berjalan jalan kedalam gedung yang mewah ini, mungkin berjalan cukup jauh bisa membuat dirinya tersesat saking luasnya, berjalan sambil menggenggam kopi cappuccino kesukaannya. Sena melihat toilet diujung jalan, mungkin sedikit membenarkan penampilannya dan menengkan diri di toilet bisa membuatnya tidak terlalu gugup.             “Huft sabar Sena, kau tidak akan melakukan kesalahan, cukup optimis saja” Sena tau jika dia melakukan ini dia akan dipenjara, bahkan Sena sudah meletakkan tabungannya dikamar Demian dan sepucuk surat, tabungannya cukup membuat Demian lulus kuliah dan bekerja.             “Maaf Dem, kakak tidak bisa terus seperti ini” Sena merasa sudah cukup berdiri didepan cermin, rasa gugupnya sedikit mulai hilang dan dia harus segera menuju ruang interview bahkan kopinya sudah mulai dingin. “Oh s**t”             “Ouh maaf, maaf maaf aku tidak sengaja, aku cukup gerogi hari ini maaf” Sena bodoh, bisa bisanya dia malah menambrak seseorang dan menumpahkan kopinya. “Kau perlu santai sejenak nona” sena tau dia salah mengotori jas yang harganya sudah pasti sangat mahal, mengigit bibir bawahnya berusaha untuk tenang. Padahal baru saja rasa gugupnya berkurang tapi kini malah dia melakukan kesalahan. “Maaf, aku hanya gerogi untuk interview”             “Interview?”             “Aku hari ini ada interview di perusahaan ini, aku cukup gerogi untuk bisa menjawab dengan baik” “Maaf tuan, aku harap kau menerimanya, lagi pula itu tidak terlalu terlihat”             “Tidak terlalu?” Sena melihat laki laki didepannya, badannya yang cukup tinggi mampu membuat Sena sedikit menaikkan kepalanya. Tampan Bagaimana mungkin disaat seperti ini Sena masih memuji seseorang, oh ayolah Sena juga wanita dan dia tau laki laki tampan seperti apa. Sena menggeleng menghentikan semua bayangannya dan fokus untuk membersihkan noda kopi itu dan meminta maaf, lagi pula laki laki ini tidak mungkin keberatan dengan mencuci jasnya sendiri, uangnya tidak akan habis. “Kau sepertinya membutuhkan pekerjaan ini sampai begitu gerogi” Ingin rasanya Sena mengatakan tidak, toh dia memang tidak membutuhkan pekerjaan ini dia hanya ingin membunuh seseorang didalam sana. “Tentu, walaupun persyaratannya sangat tidak masuk akal”             “Tidak masuk akal?” “Iya tent…”             “Kau tidak punya televise atau sekedar membaca majalah nona…”             “Sena, panggil aku Sena, dan Tuan aku belum selesai berbicara setidaknya selesaikan jawabanku dulu sebelum kau mengajukan pertanyaan lain dengan memotong ucapanku” Laki laki ini cukup menyebalkan ternyata, dan apa maksudnya Sena tidak punya televise, dia punya hanya saja tidak ada waktu untuk menonton, separuh waktunya dia lakukan untuk bekerja dan tidur. “Oh tentu, maaf”             “Oke tidak masalah, jadi persyaratan untuk menjadi sekretaris tidak memperbolehkan sekretaris untuk memiliki anak selama jabatan, hey siapa yang merusak derajat wanita untuk mengandung, jika saja aku tidak butuh uang untuk biaya adikku dengan keras aku menolak melamar diperusahaan ini” sambung Sena.             “Apakah gadis diluar sana begitu menginginkan kehamilan, bukankah itu bisa merusak tubuhnya mungkin?”             “Tentu saja, itu karunia Tuhan bukan?”             “Dan apa maksudmu aku tidak punya televise, aku punya dan aku membaca majalah walaupu tidak sering, melihat ada diskon barang apa minggu ini biasanya akan terlihat di hari kamis, hehe” sambung Sena. Laki laki menyebalkan.             “Oh iya aku harus kembali, maaf soal tumpahan kopi tadi, aku harus segera kembali, senang bertemu denganmu tuan dan aku berharap bisa bertemu denganmu lagi jika aku diterima diperusahaan ini tentu saja” Setelah itu Sena meninggalkan laki laki itu, saat keluar dia melihat seorang gadis yang dia rasa pernah melihatnya.             “Ah gadis di cafeteria” Iya Sena ingat gadis yang menelpon dan tidak menghabiskan makanannya itu. Sena menunggu untuk interview. Beberapa menit kemudian dia masuk saat namanya dipanggil. Baru saja dia duduk sudah dikejutkan oleh laki laki yang dia temui di toilet, laki laki yang sama yang kini tersenyum licik padanya.             “Ekhem” Sena langsung tersadar, dia memperbaiki posisi duduknya dan mulai memperkenalkan dirinya. “Selamat pagi, perkenalkan saya Sena Rethallia Noah. Saya lulusan Universitas Managemen dan Bisnis dengan nilai memuaskan dan beberapa pengalaman organisasi dengan nilai yang baik” Sena berusaha memperkenalkan dirinya sebaik mungkin dalam kalimat yang dirasa tepat. “Baik nona Noah, ada lagi yang perlu kau katakan untuk mempertimbangkan CV mu?”             “Saya rasa itu sudah cukup”             “Presdir ada lagi?”             “Tidak”             “Apa? Presdir? Oh tidak aku akan mati, bodoh sekali kau Sena seharusnya kau memastikan seseorang yang kau ajak bicara” Tunggu dulu, Presdir? Tidak dia bukan orang yang Sena inginkan, seharusnya laki laki dengan wajah yang Sena kenal, bukan dia. Padahal Sena sudah menyiapkan penggaris tajam itu dibawah lengan baju panjangnya, tapi apa yang terjadi.             “Oh satu saja, untuk persyaratan mengenai kehamilan nona Noah katakan jika tidak keberatan, untuk hal itu mungkin bisa dibicarakan lagi”             “Benarkan? Bukankah itu peraturan perusahaan?”             “Aku belum selesai berbicara setidaknya selesaikan jawabanku dulu sebelum kau mengajukan pertanyaan lain dengan memotong ucapanku” Oke Sena paham jika laki laki ini membalikkan kata katanya tadi dan kini Sena tidak bisa mengatakan apapun. Setelah itu Sena keluar dari ruangan itu, dia tau jika laki laki yang dipanggil Presdir itu bernama Alex. Sena masih didalam gedung, duduk menunggu pesan balasan dari Stevan setelah beberapa menit yang lalu Sena menanyakan siapa Alex. Ting Satu pesan datang dari Stevan.             Antonio Alexander Dominic, anak tertua keluarga Thomas Dominic.             “Apa??”                
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN