A/n
Guys maafkan kesalahan gue, jadi dipart 5 yang terakhir gue lupa italic. Itu flashbacknya Nesya kenapa sampai bisa hutang budi. Dan di part ini juga bakalan flashback, aku kasih tau duluan biar nggak bingung. Kalau di italic takutnya kalian pusing, soalnya panjang banget.
----------------------------------------------------------------------
Nesya segera mendorong brankar yang direbahi Pieter, ia menangis karena sahabatnya itu sudah banyak kehabisan darah. Saat didepan pintu UGD para suster menyuruhnya untuk keluar.
Nesya akhirnya menurut, dan menunggu Pieter sembari berdoa untuk keselamatannya. Tidak lama, Dokter kepala di rumah sakit itu datang bersama istrinya.
"Bagaimana keadaan Pieter, Anesya?" Tanya Ibu Pieter yang tengah menangis histeris.
Bibir Nesya bergetar, ia sangat takut akan disalahkan jika Pieter sampai kenapa-kenapa. "Dia, dia masih di dalam, saya belum tau keadaannya."
Ibu Pieter semakin panik, ia menangis didalam pelukan Dom. Bibirnya tiada henti berdoa untuk keselamatan putranya itu. Tidak lama, seorang dokter keluar dari sana, mereka langsung menghampirinya dan mencercanya dengan berbagai macam pertanyaan.
"Dia sudah melewati masa kritisnya, namun sekarang ia dalam keadaan koma. Kami tidak tahu kapan pastinya Pieter akan sadar." Setelah mengucapkan itu, dokter itupun bergegas pergi.
Clara, ibu Pieter kembali menangis histeris. Dom mencoba menenangkannya, namun Clara malah pingsan. Membuat Dom semakin gelagapan, ia lalu menyuruh suster untuk membawakan brankar untuk membawa istrinya.
Sedangkan Nesya, ia masih duduk diam didepan UGD. Bingung harus berbuat apa, karena kesalahannya Pieter harus koma. Dan, tidak tau kapan bangunnya.
"Nesya?"
Merasa dipanggil, Nesya mendongakan kepalanya. Dahinya menhernyit saat melihat Dom sedang berdiri dihadapannya saat ini, Nesya lalu berdiri untuk menyamakan tingginya dengan Dom.
"Iya, ada apa, Pak?"
"Ikut saya, sebentar."
●●●●●
Dom membawa Nesya ke kantin rumah sakit, mereka duduk disalah satu meja yang kosong. Nesya bingung, karena Dom tidak kunjung juga berbicara.
"Pak, ada apa?" Tanya Nesya memulai percakapan.
Dom tersentak, dan akhirnya menanyakan hal yang sangat ia ingin tanyakan sedari tadi.
"Bisa kamu ceritakan, apa yang terjadi dengan Pieter?"
Nesya meneguk salivanya, cepat atau lambat pasti Dom akan menanyakan hal ini. Nesya belum siap menceritakannya, ia sangat takut kalau Dom akan membencinya.
Kalau Dom membencinya, habis lah sudah nasibnya sebagai murid teladan kesayangan Dosen. Dom adalah dosen, dokter kepala dan juga ayah baginya.
"Itu salah saya, Pak. Dia menyelamatkan saya, lalu dia.."
Dom mengangkat tangannya, memberikan isyarat "cukup". Dan Nesya berhenti berbicara.
"Apa kamu tau, bahwa Pieter menyukai kamu?" Tanya Dom.
Nesya membelalakan matanya, ia tidak menyangka kalau Pieter menyukai dirinya. Mereka adalah sahabat, Pieter selalu membantunya, dan memberikan perhatian padanya. Nesya tidak peka, ia hanya menganggap itu hal biasa karena Pieter adalah sahabatnya.
Siapa sangka, ternyata Pieter menyimpan rasa padanya.
"Saya tidak tahu, Pak." Ujar Nesya jujur.
Dom menganggguk mengerti. "Selama ini, dia selalu bercerita dengan saya. Pieter sangat mencintai kamu."
"Tapi, Pak. Kami hanya bersahabat."
Dom tertawa mendengar perkataan Nesya. "Entah kamu bodoh atau polos, di dunia ini wanita dan pria tidak bisa bersahabat. Pasti ada yang menyimpan rasa, entah si lelaki atau si wanita atau bahkan dua-duanya. Naas sekali, anakku lah yang menjadi korban."
Nesya hanya diam mendengarkan perkataan Dom.
"Nesya, kamu tahu, kamu hutang nyawa?" Tanya Dom, Nesya mengangguk mengiyakan.
"Kamu mau balas budi?" Tanya Dom lagi, dan di balas anggukan lagi oleh Nesya.
"Kalau begitu, setelah Pieter sadar, kalian harus bertunangan. Untuk membalas budi, jadilah istri Pieter. Mungkin kamu belum mencintai Pieter, namun seiring waktu berjalan kau akan bisa."
Nesya membelalakan matanya mendengarkan permintaan Dom, ia tidak mungkin bisa. Dihatinya hanya ada Rey, bahkan Nesya sudah berencana saat pulang akan kembali bersama Rey.
"Jangan coba-coba menolak, atau kuliah yang sudah dua tahun kamu jalani akan sia-sia. Atau bisa jadi, lebih buruk daripada itu."
Perkataan terakhir Dom, membuat Nesya pasrah sekaligus kaget. Orang yang selama ini ia anggap seperti Dewa, ternyata bisa mengancamnya sampai sejauh ini.
"Baik, Pak."
Nesya merutuki dirinya sendiri, setelah mengingat kembali perjanjiannya dengan Dom. Seharusnya Nesya tidak perlu mengiyakan, seharusnya ia pasrah saja saat Dom mengancam akan mengeluarkannya dari kampus, tapi ia tidak bisa.
Yang ia pikirkan, hanyalah perjuangan prang tuanya untuk membiayanya selama dua tahun waktu itu. Bukan jumlah yang sedikit, dan tidak mungkin Nesya kembali dengan tidak membawa hasil dan membuat perjuangan orang tuanya itu sia-sia.
●●●●●
"Misi selanjutnya, apa?"
Tiara, Jordan dan 5R nampak berpikir. Ini adalah hari kedua mereka di London, untuk melaksanakan Micin ReyNes part 2.
Misi cinta Rey Nesya part 2.
Tiara menjentikkan jarinya keudara, "gue tau!"
Mereka semua menatap Tiara penuh tanda tanya.
"Gini, waktu itu Nesya bilang dia mau tunangan sama Pieter itu karena cinta," belum selesai Tiara berbicara, Rey berdehem karena telinganya panas mendengarkan ucapan Tiara. "Diem nggak lo?" Tegur Tiara.
Rey akhirnya bungkam dan Tiara melanjutkan kembali kalimatnya. "Tapi itu sangat impossible, because Nesya itu cuman cinta sama si eskrim cabe." Tiara melirik Rey. Mereka terbahak karena Tiara menyebut Rey sebagai 'es krim cabe'.
"Jadi?" Tanya Tasya menunggu kelanjutan ucapan Tiara.
"Jadi, kita harus cari tau, apa yang bikin kakak gue mau tunangan sama orang yang nggak dia cinta. Kalau kita tau masalahnya, pasti kita bisa semakin mudah buat bikin dia balik ke Rey!"
Mereka semua mengangguk setuju, dan mulai mengatur rencana itu dengan sempurna. Sekitar lima belas menit, mereka selesai menyempurnakan rencana yang dibuat oleh Tiara tadi.
"Oke, ini berarti gue sama Tiara ke apartemen Nesya. Ajak dia hangout atau apa, intinya gue sama Tiara bakalan pancing dia buat cerita." Ujar Tasya mantap.
"Tunggu," sela Rio. "Apa yang bikin lo semua yakin kalau Nesya bakalan cerita?"
"Rio, gue sama Tiara itu yang paling dekat sama Nesya. Dan, dia itu tipe orang yang nggak bisa nyimpen masalahnya sendiri kalau ada tempat buat curhat. Makanya, ntar gue sama Tiara bakalan pancing dia." Jelas Tasya.
"Pancing pake apaan, Sya?" Celetuk Rasya.
"Adalah entar, lo semua nggak perlu tau. Itu urusan gue sama Tiara, lo semua tinggal dapet imformasi aja."
Rasya mengangguk mengerti. "Pake cacing biasanya cepet ditarik, Sya. Kalau enggak pake ulet sagu, beh bisa dapet yang gede!"
Revin menoyor kepala Rasya, "apaan si? Lo kira Nesya, ikan?"
"Kalau bukan ikan, ngapain di pancing." Gerutu Rasya.
"Diem, atau gue sumpel pake ulat bulu?" Tegur Rey. Membuat Rasya dan Revin langsung bungkam.
-----------------------------------------------------------------------
Hari ini cukup 4 part ya :")
Cuapek, rek.
Nah, itu diatas ceritanya kenapa Nesya bisa tunangan sama Pieter :). By the way, guys, alur cerita ini itu maju mundur, jadi kadang suka flashback sendiri.
JANGAN LUPA BACA CERITA GUE YANG LAIN YA, JUDULNYA RAGIO. SERU ABIS, NYESEL GAK BACA :)
#PROMOSIAUTHORABALABAL
Rara